08.15 am
Sunoo menuruni rumahnya, terdengar alunan lagu dari band THE 1975 dari ruang tengah yang sengaja dipasang oleh Seokmin–seperti biasa, Seokmin selalu memasang lagu ketika ia menyiapkan sarapan atau membersihkan rumah.
“Pagi pa.” Sapa Sunoo
“Pagi sayang, ini papa buatin bubur ayam kesukaan kamu. Abis makan dicuciin ya kak piringnya.”
“Oke pa. Makasih banyak yaa.”
Kegiatan Sunoo dan Seokmin di minggu pagi adalah membersihkan rumah, Sunoo menyapu rumah dan menyiram tanaman sedangkan Seokmin bagian mengepel.
“Kak, jam 10 kita kerumah grandma ya.”
“Ke makamnya sama grandma grandpa pa?”
“Iya sayang, bareng om han juga.”
“Oke. Aku udah siapin bunganya.”
“Wiiih bunga apa tuh?”
“Tebak doong.”
“Matahari?”
“KOK TAU SIHHHH.” Ujar Sunoo dengan mengerucutkan bibirnya.
“Papi kan suka bunga matahari, pasti kamu beliin itu lah.”
“Sebel ah.”
Seokmin tertawa melihat anak semata wayangnya yang makan bubur dengan bibir mengerucut.
10.27 am
“Nanti gak usah turun dulu ya kak, biar papa aja yang turun. Kamu tunggu mobil aja.”
“Papa jemput grandma sama grandpa dulu?”
“Iya laah, nanti biar kita langsung ke makam papi.”
“Oke.”
11.22 am
Mobil Seokmin berhenti di salah satu rumah berwarna putih yang sering ia datangi 18 tahun belakangan.
“Assalamualaikum ma, pa.” Ujar Seokmin sambil membuka pintu rumah tersebut.
“Waalaikumsalam nak, langsung berangkat aja yuk biar gak kesorean.”
“Iya pa, Sunoo nunggu di mobil tuh.”
“Han udah jalan? Mama sms dia belum dijawab.”
“Udah ma, kayaknya lagi di jalan tadi sebelum Seokmin berangkat Han nelpon Seokmin bilang ketemu disana aja.”
“Ooh yaudah ayo buruan.”
12.00 pm
Seokmin melangkahkan kakinya secara perlahan, selalu terasa berat tiap kali ia mengunjungi tempat ini. Ada perasaan sesak di dadanya tiap kali ia melihat nama yang tertulis di nisan berwarna putih, Hong Jisoo.
“Assalamualaikum papi, Sunoo bawain papi bunga matahari nih.” Ujar Sunoo sambil menaruh bunga matahari yang ia beli kemarin sore.
“Tau gak soo? Sunoo beli sendiri loh bunganya, mana dia rahasiain dari aku lagi. Marahin ya soo masa dia mau rahasia-rahasia sama papanya.”
“IH BOONG PI. Jangan marahin Sunoo ya pi.”
Jeonghan tertawa melihat Seokmin dan Sunoo yang berbicara di depan makam adiknya, “Halo Jisoo, Sunoo mau nginep di rumah gue loh seminggu. Jangan khawatir ya soo, gue kasih anak lo makan 4 sehat 5 sempurna kok.”
Ada isak tangis yang keluar tiap kali orang tua Jisoo mengunjungi makam anak bungsunya. Papa Hong yang tidak pernah mengeluarkan sepatah kata pun, tapi diam-diam selalu mendoakan. Mama Hong yang selalu membawa berbagai jenis bunga agar makam anaknya terlihat indah.
“Parah nih kakakmu soo, masa anakmu tadinya mau nginep di rumah mama gak dibolehin.” Sahut mama Hong
“Gak gitu ma, kan biar mama gak repot. Jisoo juga gak suka ngerepotin mama kan?” Ujar Jeonghan dengan tangan mengelus pundak mama Hong.
“Soo, tenang aja ya. Sunoo di rumah gue aman kok. Bisa main ps sama Ican. Lo jangan khawatir ya.” Ujar Seungcheol—Suami Jeonghan.
Sunoo tersenyum manis mendengar ucapan yang keluar dari orang tersayangnya, “Liat pi, banyak yang sayang sama aku. Jadi papi gak usah khawatir ya.”
Walaupun Seokmin berbicara dan sering mendatangi makam Jisoo, di hatinya yang terdalam Seokmin yakin Jisoo masih hidup diluar sana. Pasalnya, di dalam kuburan yang tiap minggu ia datangi hanya berisi peti kosong karena tubuh Jisoo dan seluruh penumpang pesawat tidak pernah ditemukan.