Aneh banget, Jisoo ngerasa familiar sama rumah yang dia datangi sekarang, rumah orang tua Minghao. Kata Seokmin, Jisoo gak pernah kesini sebelumnya tapi kenapa ya Jisoo ngerasa familiar?
Sekarang di ruang makan keluarga Xu sudah tersedia berbagai macam makanan dari makanan lokal sampai makanan barat, yang jadi pertanyaan Jisoo adalah bagaimana bisa semua makanan yang disajikan adalah makanan kesukaan Jisoo? Sumpah demi Tuhan, Jisoo mulai merasa pusing.
Gak ada pembicaraan yang spesial saat makan malam, hanya nostalgia saat Seokmin, Mingyu dan Minghao semasa kuliah atau membicarakan bisnis wine keluarga Xu. Oh iya tentu saja wine kebanggaan keluarga ini juga disajikan sayangnya Seokmin tidak bisa minum karena harus menyetir.
Ada yang aneh dari bagaimana cara Ayah Minghao dan seluruh penjaga di rumah ini menatap Jisoo, seperti tatapan menyelidik dan penasaran. Mungkin penasaran bagaimana Jisoo yang sudah diumumkan meninggal dunia tiba-tiba muncul di acara makan malam, tapi enggak mungkin karena ada yang berbeda dari tatapan mereka dan Jisoo tidak paham. Jisoo merasa risih dari awal menginjakkan kaki di rumah ini sampai ia selesai makan tidak henti-hentinya bodyguard rumah ini memperhatikan tiap pergerakannya, belum lagi tatapan aneh dari Ayah Minghao dan tatapan sendu dari Minghao. Jisoo tidak mengerti dan Jisoo ingin pulang.
“Seok, pulang yuk.” Jisoo berbisik pelan takut suaranya terdengar oleh siapapun di ruangan ini.
“Mau pulang sekarang? Yaudah yuk kita pamitan.” Gak ada pertanyaan yang keluar dari mulut Seokmin perihal kenapa Jisoo tiba-tiba ingin pulang dan Jisoo berterima kasih akan hal itu karena dia juga gak tau gimana cara menjelaskannya kepada Seokmin.
Acara makan malam sudah selesai dari 30 menit lalu dan sekarang mereka sedang berbincang ringan sebelum akhirnya Seokmin bangkit dari kursinya dan berbicara kecil kepada Minghao dan dibalas anggukan oleh Minghao.
“Om, pamit pulang ya. Saya gak enak tinggalin Sunoo di rumah kakak lama-lama.”
Ayah Minghao menatap Jisoo dan Seokmin bergantian, “Oh ya silahkan-silahkan, jangan lupa dibawa wine dari saya ya.”
Seokmin mengangguk sebelum berpamitan dengan semua orang di meja makan, “Tenang om, saya gak bakal lupa.”
Setelah acara makan malam selesai, Minghao diajak Ayahnya ke ruang kerjanya. Minghao yang meminta penjelasan dari Ayahnya tentang Jisoo atau Joshua.
“Dia Joshua, bukan Jisoo suami teman kamu.”
“Maksud ayah?”
“Kamu tidak lihat di belakang telinganya ada jejak tato keluarga kita?”
“Bukannya sudah ayah hapus?”
“Iya tentu, tapi tato itu tidak hilang begitu saja masih terlihat sedikit mungkin temanmu tidak sadar dan semoga dia tidak sadar.”
“Lalu?”
“Dari bagaimana dia berjalan dan tatapannya penuh percaya diri itu sangat menggambarkan Joshua. Saya mungkin baru bertemu Jisoo beberapa kali tapi tatapan mata tidak berbohong. Saya yakin itu Joshua.”
“Anjing.” Umpat Minghao dengan menggebrak meja.
“Jangan ada yang tau bahwa Joshua masih hidup, itu membahayakan dirinya dan keluarganya yang sekarang.” Ayah Minghao menatap Minghao dengan tajam, “dan kau jangan macam-macam.” Lanjutnya.
“Macam-macam bagaimana? Mendekati Jisoo dan mengatakan kalau dia bukan Jisoo melainkan Joshua? Lalu menceritakan ke Jisoo bahwa dia dulu bodyguard saya yang dihukum oleh ayah saya sendiri karena melanggar peraturan?”
“Peraturan tetaplah peraturan, kau seharusnya bersyukur ayah tidak membunuhnya seperti biasanya.”
“Sialan.” Ucap Minghao lalu berjalan meninggalkan ruang kerja Ayahnya dengan penuh amarah dan rasa kecewa.
Yang tidak orang lain ketahui, Minghao masih mencintai Joshua sampai detik ini.