Dinner
“Gimana kerjaan disini, Soo?” Tanya Seungcheol–yang sebenarnya basa-basi saja. Karena Seungcheol pun cukup tau dengan pekerjaan Jisoo disini.
“Yaaa lo tau lah, Cheol. Gini-gini aja.”
“Yang perusahaan kemarin tuh, anaknya perusahaan lo. Beneran bangkrut?”
“Hampir, untung dibantu laah. Panjang banget ceritanya, kapan-kapan gue cerita deh. Pusing gue ngurusinnya.”
“Enough with obrolan pekerjaan dong, guys! Kita kan mau temu kangen.” Jeonghan angkat bicara karena sejujurnya bukan itu tujuan dia dan Seungcheol jauh-jauh datang ke Singapore.
“Okay, persiapan wedding kalian sampai mana?” Tanya Jisoo setelah menyuap sushi ke dalam mulutnya.
“70% lah, oh iya cincin yang gue titip udah ada di lo?” Iya, Jeonghan dan Seungcheol meminta tolong kepada Jisoo untuk mencarikan cincin pernikahan mereka, karena Jeonghan tidak menemukan yang diinginkannya di Indonesia.
“Temen gue dapet tuh model cincin yang lo mau, di US. Next week dia bawa kesini kok.”
“Great! Bawa ke Indonesia pas gue mau nikah ya, gue gak terima dalam bentuk paket!” Jeonghan menepuk tangan Jisoo pelan.
“Thank you, Soo.” Ucap Seungcheol.
“Jadi maksudnya gue harus dateng nih ke wedding kalian?”
“Oh jadi lo gak berniat dateng ke pernikahan sahabat lo nih?” Tanya Jeonghan
“Ayolah, Soo. Kita temenan udah bertahun-tahun loh.” Tambah Seungcheol.
“Di undangan lo tuh tulisannya ada +1, mau bawa siapa coba gue?”
“Lo disini belum ada, Soo?” Tanya Jeonghan. Akhirnya Jeonghan dapat bertanya langsung ke Jisoo tentang statusnya sekarang.
“Loh yang kemaren lo cerita itu, Soo? Gak jadi?” Tanya Seungcheol.
Jeonghan melirik Jisoo dan Seungcheol bergantian, “Cuma gue doang yang gak tau nih?”
“Aku lupa mau cerita ke kamu.” Jawab Seungcheol sambil mengelus lembut tangan Jeonghan.
“Okay, jadi gini Han. Bulan lalu, gue lagi main golf sama bos gue, nah disitu dia set up jadwal gue dan anaknya ngedate. Jadi seminggu setelah main golf, gue dinner sama anaknya. Perempuan, cantik. Lebih muda 6 tahun dari gue, katanya sih penerus bokapnya ini. Ngobrol cukup panjang, emang nyambung juga. Cuma ya yaudah, gue gak tertarik sama dia. Obrolan kita cuma seputar perusahaan dan kerjaan aja, diluar itu kita gak nyambung dan gak cocok sama sekali.”
“6 tahun ya dibawah kita, I see.”
“Iya, tapi ya karena golden spoon kali ya. Jadi dia tuh gak bisa hemat dan ya lo tau lah seberapa susah gue dulu. Ngeliat dia hamburin uang yang padahal bukan masalah gue tuh kaya gimana ya, gak cocok aja. Barang branded dari ujung kepala sampe ujung kaki bikin gue mual.”
Jeonghan memutar bola matanya, “LO NYINDIR GUE YAAA?”
“Dikit.”
“Shut up.”
“Gak usah bawa +1 kok, itu Jeonghan bercanda aja. Yang penting lo dateng.” Seungcheol angkat bicara.
“Betul, lagian gue juga ada +1 buat lo.” Celetuk Jeonghan dengan senyuman tipis.
“Oh God, gue gak mau ya di jodohin sama temen sosialita lo.” Tolak Jisoo—mengingat beberapa tahun lalu Jeonghan sempat mengatur blind date untuknya.
“Enggak! Yang ini lo kenal kok.”
Jisoo mengerutkan keningnya, “Gue kenal? Siapa?”
“Ada deh, jadi please dateng yaaa? Buat gue sama Cheol?”
“Okay. Untuk lo sama Cheol.”