Dulu Seokmin gak percaya sama kalimat yang sering ibu bilang “jadi orang baik ya a, biar dikelilingin sama orang baik juga.” Soalnya dulu Seokmin salah satu saksi Younjung si anak baik dikelilingi orang jahat. Tapi sekarang pikirannya berubah, di sekeliling Jisoo semuanya orang baik.
“Seok, kata Jisoo kamu bisa masak?” Tanya Jeonghan sambil menarik tangan Seokmin ke arah dapur.
“Bisa sih kak, dikit tapiii.”
Jeonghan dan Seungcheol, dua sahabat baik Jisoo sejak duduk di bangku perkuliahan. Katanya sih mereka mau nikah tahun depan, doakan aja ya.
“Sebenernya gue gak mau ngerepotin tamu, tapi Jisoo sama Cheol tuh gak bisa masak. Bantu gue yaaa? Sekalian kita gosipin Jisoo.” Jeonghan mengedipkan satu matanya, mengisyaratkan bahwa ucapan barusan adalah rahasia.
“Hah? Gak repot kok kak, ayo mau aku bantu apa?”
“Soo, adek lo gue pinjem yaaa!” Teriak Jeonghan
“Jangan lecet.”
“BAWEL.”
Jeonghan mengeluarkan alat makan, “lo tata aja itu di meja makan.”
“Katanya masak?”
“Gue berubah pikiran, lo suka spaghetti kan?”
Seokmin menganggukan kepalanya, “Iya.”
“Great, gue masak spaghetti dan order sushi aja di restoran deket sini.”
“Okay?”
Jeonghan memperhatikan Seokmin yang sibuk merapihkan alat makan di meja makan, “bener bener jiplakan jisoo waktu kuliah.”
“Kak, udah nih.”
“Sini duduk, sambil lo liatin gue masak spaghetti.”
“Gak ada yang perlu aku bantu lagi?”
“Nope. Lo mahasiswa Jisoo ya?”
Seokmin menganggukan kepalanya, “iya dulu, kan sekarang kak jisoo udah gak ngajar.”
“Oh gitu, dia kalo ngajar gimana seok?”
“Tegas? Tapi asik juga. Aku gak tau sih boleh bilang ini apa enggak, tapi banyak mahasiswa/mahasiswi yang suka sama kak jisoo.”
“LOH IYAA??”
“Iya, mungkin karena kak Jisoo baik kali ya? Banyak yang salah ngeartiin sifat baiknya itu.”
“I agree, emang dari dulu kayak gitu.”
“Loh iya kak?” Jujur, Seokmin penasaran mahasiswa seperti apa Jisoo dimasa lalu.
“Iyaaa, dari dulu dia emang baik banget. Gak pilih-pilih kalo mau nolong orang, makanya banyak banget yang jadi suka sama dia, kalo bahasa anak sekarang mah baper ya seok?”
“Iya baper kak, emang dasarnya baik sih kak Jisoo.”
“Tapi baru lo doang yang dikenalin ke gue sama cheol.”
“Maksudnya kak?”
“Adadeh.”
Sekarang posisinya gini, di depan Seokmin ada Jeonghan dan disamping Jeonghan ada Seungcheol dan di sebelah Seokmin ada Jisoo.
“Jadi lo semester berapa seok?” Tanya Seungcheol
“Semester 5 kak.”
“Oh mau magang dong ya?”
Seokmin menganggukan kepalanya, “iya tapi belum tau sih mau magang dimana.”
“Di tempat gue aja seok.”
“Eh? Kak Seungcheol kerja di Hwang corp bukan sih? Aku pernah liat Kak Seungcheol disana? Apa salah liat ya?”
“Bukan hahaha, lo liatnya kapan?”
Seokmin mencoba mengingat kapan dia melihat Seungcheol di gedung itu, “kalo gak salah dua minggu lalu deh hari jumat.”
“Oh? Hahaha itu mah pas gue ada rapat sama petinggi situ, gue kerja sebagai auditor di 17. Pernah denger?”
“17? Daerah jaksel ya kak?”
“Iya, itu gue disitu kerjanya.”
“Oooh gitu.”
Jeonghan tersenyum melihat Seokmin yang percaya diri dan tidak malu-malu, sumpah demi Tuhan Seokmin mengingatkannya kepada Jisoo di masa lalu.
“Eh? Lo ke Hwang ngapain?” Kali ini Jeonghan yang bertanya.
“Jemput Younjung kak.”
“Wahhh pacar lo yaa?” Jeonghan tersenyum jahil sambil melirik Jisoo yang sebenarnya sudah tau siapa Younjung itu.
Seokmin membentuk tanda silang di tangannya sambil menggelengkan kepala, “bukan, Younjung sahabat aku dari SMA.”
“Ooh kirain pacarnya, Younjung magang disitu?”
“Kerja kak, baru kerjanya sih.”
“Oh i see, kapan-kapan kalo mau ke Hwang kabarin ya Seok biar kita ketemu dulu.”
“Oke kak.”