Kalau saja seokmin mengajak soonyoung berkencan saat mereka berdua masih diusia belasan mungkin soonyoung akan mengiyakannya, sayangnya mereka bertemu diakhir usia belasan dan jatuh cinta diusia puluhan.
Bagi soonyoung, seokmin adalah manifestasi dari hal-hal baik. Kehadiran seokmin dihidupnya memberikan warna baru yang sebelumnya tidak pernah ia lihat.
Seokmin yang selalu ceria, jujur saja soonyoung hampir tidak pernah melihat seokmin marah atau menangis kecuali satu waktu lalu. Saat itu seokmin marah besar kepada salah satu anak bem karena kelalaiannya yang mengakibatkan kerugian untuk bem tersebut. Soonyoung juga pernah tidak sengaja melihat seokmin menangis, waktu itu ia ingin memberi suprise kepada seokmin tetapi saat ia sampa di kos seokmin ia malah menemukan si lelaki mancung tersebut menangis sendirian entah karena apa, air mata tersebutpun langsung dihapus segera saat seokmin menyadari kedatangan soonyoung.
Menurut soonyoung, jejak seokmin ada dimana-mana. Di kamar kos soonyoung, di parkiran FIB kampusnya, di tukang bubur dekat kampusnya, ditiap sudut kota Depok dan bahkan diatas kasur miliknya.
Sekarang disinilah seokmin diatas kasur soonyoung sedang merebahkan badannya sambil menunggu si pemilik kamar menggosok gigi.
“Yang”
“Apa?”
“Kemarin kamu pulang sama kak jihoon kan?”
“Iya, kan kamu liat pas di parkiran”
“Bagus deh, aku takut kamu ditinggalin di jalan”
Soonyoung menoyor kepala seokmin, “gila ya lu”
Soonyoung menidurkan badannya tepat disamping seokmin sambil memperhatikan tiap sudut muka teman baiknya tersebut.
“Makasih ya seok?”
“Hah? Makasih kenapa?” tanya seokmin dengan kebingungan, posisinya kini mereka memeluk satu sama lain dengan tangan seokmin mengelus lembut surai rambut soonyoung.
“Udah ngertiin aku dan gak ngejauh”
“Alay, yakali aku ngejauh? Dari pas aku suka sama kamu aku udah tau konsekuensinya kaya gimana, makanya pas kamu nolak aku juga gak kaget malah aku paham banget”
“Ah anjing lo”
Seokmin terkejut mendengar ucapan kasar yang ditujukan soonyoung untuknya, “deh goblok malah nangis”
“Mau denger cerita lucu gak seok?”
“Mau” jawab seokmin sambil menghapus jejak air mata dipipi soonyoung
“Abis aku nolak kamu, aku sampe kos langsung cari negara yang ngelegalin nikah beda agama”
“Si anjing”
Soonyoung dapat melihat seokmin yang sedang menahan tangisnya, “kenapa ikutan nangis sih lo jelek”
“Tau gak nyong?”
“Apa?”
“Gue juga ngelakuin itu semalem. Gue cari tau negara mana yang ngelegalin nikah beda agama terus gue cari tau di google dan twitter gimana izin ke orang tuanya” ujar seokmin dengan tertawa, “sejauh itu pikiran gue nyong”
“Sialan”
“Nyong”
“Apa yang?”
“Makasih ya”
“Kalau lo mau mellow gue tendang ya seok”
“Anjing” ujar seokmin dengan tertawa, “Makasih udah sayang sama gue, gue juga sayang sama lo kok. Banget”
Soonyoung menghapus air mata yang entah bagaimana mengalir dipipinya, “Makasih juga ya seokmin”
“Seok boleh?”
Seokmin paham apa maksud kalimat soonyoung barusan jadi ia menganggukan kepalanya memberikan izin kepada soonyoung, “boleh”
Soonyoung dengan cepat menarik kerah seokmin, membuat seokmin reflek menutup mata saat ia merasakan bibirnya beradu dengan milik soonyoung. Entah sejak kapan tapi sekarang soonyoung sudah duduk dipangkuan seokmin dengan kedua tangan memeluk leher seokmin. Hal tersebut membuat seokmin menaruh tangannya dibelakang kepala soonyoung, berusaha mengikuti tempo ciuman soonyoung.
Sesekali soonyoung melepas tautan dibibir mereka untuk memberikan gigitan kecil dibibir seokmin yang membuat seokmin tersenyum kecil. Seokmin tau bagaimana cara menyesuaikan tempo, berbeda dengan soonyoung yang selalu terburu-buru. Kalau seokmin tidak mengambil alih dominasi maka dalam beberapa menit kedepan soonyoung akan kehabisan napas.
“Kebiasaan dah lo kalau cium cepet cepet banget kayak dikejar rentenir”
Kalimat barusan dibalas soonyoung dengan toyoran dikepala seokmin, setelahnya ia masih berusaha mengatur napas sebelum akhirnya mendekatkan kepalanya kearah seokmin agar si dominan dapat menciumnya dengan leluasa.
“Aku gak kemana-mana kok” ujar seokmin sebelum mencium bibir soonyoung. Seokmin meremas pelan pinggang soonyoung tiap kali soonyoung berusaha mempercepat gerak lidahnya.
Soonyoung membuka mulutnya sedikit lebih lebar, memberi akses bagi lidah seokmin untuk menunjukan dominasi melalui hisapan disela-sela ciuman. Malam itu, lenguhan soonyoung beradu dengan suara musik dari radio yang sengaja dinyalakan membentuk satu nada yang terdengar indah di telinga seokmin.
Soonyoung melepaskan ciumannya. Soonyoung berantakan, dengan rambut yang sudah tidak tertata rapi dan bekas saliva di bibirnya yang memberikan kesan berkilau tapi entah kenapa di mata seokmin, soonyoung terlihat jauh lebih indah dari biasanya.
“Mau?”
“Mau”
Sisa malam dihabiskan mereka dengan memberikan afeksi untuk satu sama lain.