Meet.

Pukul 06.35

Seokmin membuka mata dan melihat televisi di depannya yang masih menyala, ia mengingat-ingat apa yang terjadi semalam.

“Pokoknya besok lo harus terus sama gue!” Itu kata terakhir yang Seokmin ingat sebelum Sejeong tertidur lelap.

Seokmin melirik ke samping dan melihat Sejeong yang masih tertidur pulas. Iya, mereka sudah biasa tidur sekasur seperti ini dan tidak merasa canggung atau takut sama sekali. Sejeong, Chaeyeon atau Younjung pun tidak pernah merasa takut walaupun tidur hanya berdua dengan Seokmin, Mingyu maupun Minghao.

“Jeee, bangun. Mandiiiii!” Seokmin menggoyangkan tubuh Sejeong dengan cukup kencang.

“Mandi duluan ah, tar bangunin gue kalo udah mandi.”

“Ih lo kan mandinya lama.”

“Udaah lo duluan aja, lo kan harus wangi, ganteng dan berkarisma.”

“Ngelantur, anjinggg. Gue selesai mandi lo udah bangun ya!”

Sejeong menganggukan kepala sebagai jawaban untuk ucapan Seokmin barusan.

08.00

Seokmin dan Sejeong telat sejam dari perjanjiannya dengan Jeonghan. Ini karena Seokmin yang tiba-tiba sakit perut karena terlalu banyak makan semalam dan Sejeong yang juga mandi terlalu lama.

Sejeong dan Seokmin memasuki ruangan yang dimaksud oleh Jeonghan, ruangan untuk keluarga Jeonghan merias diri. Setelah berbincang dengan kedua orang tua Jeonghan dan beberapa saudara, giliran Seokmin dan Sejeong lah yang dirias.

“Seokmin ya?”

“Iya kak. Kok tau yaa?”

“Jeonghan nunjukin foto kamu, katanya untuk kamu harus spesial.”

Seokmin tersenyum malu mendengar ucapan MUA barusan, “Spesial apanya?” ucapnya dalam hati.

10.00

Serentetan acara pun dimulai, Sejeong yang terus mengikuti langkah Seokmin dengan harapan Seokmin dan Jisoo bertemu pun mulai lelah.

“Lapeerrrrrrr, resepsi jam 7 ya? Keluar dulu yuk cari makan!”

“Kemana ih? Balik ke kamar aja.”

“Di seberang ada lawson, ayo laah.”

“Pake baju ini?”

“Ya emang kenapa?”

“Kaya kawin lari tau gak?” Seokmin menunjukkan jas yang ia pakai dan gaun pink milik Sejeong

“Gapapa sih, lagian tuh kita didandanin lagi jam 5, santai aja dulu. Keluar cari angin sampe jam 4 juga gak masalah. Jangan di kamar mulu lah.”

“Lo kenapa gak mau kita di kamar mulu deh? Biasanya juga lo males keluar?”

“Curiga mulu, gue boseeenn. Ayolaaah!”

“Ada abang ya nungguin di luar?”

“Ngaco! Abang mah nanti jemput gue pas malem kali.”

“Nebenggg.”

“Gampang, asal ikut gue dulu. Ayo buruan.”

Yang tidak Seokmin tau adalah Sejeong yang tersenyum ke Jisoo yang berdiri jauh di belakang mereka.

Jisoo tersenyum melihat Seokmin yang mengerucutkan bibirnya dan ditarik keluar oleh Sejeong, “Kaya anak kecil aja.”

“Lucu ya?”

Jisoo melirik ke arah sumber suara, Jeonghan dengan senyum liciknya, “Samperin lah.”

“Nanti malem aja.”

“Mau lo bawa kabur kemana anaknya?”

“Gak gue bawa kabur, tenang aja.”

19.00

Seokmin dan Sejeong bergandengan tangan memasuki venue tersebut, ini ide Seokmin sebenarnya dan Sejeong hanya mengiyakan, “Apapun yang penting malem ini lo harus seneng-seneng.”

Setelah berfoto dengan Jeonghan dan Seungcheol, mereka berdua pun memutuskan untuk pisah mencari makanan kesukaan masing-masing dan berjanji untuk bertemu di tempat duduk yang disediakan.

Sebenarnya, Jeonghan ingin makanan diantar ke tempat para tamu undangan duduk tapi mengingat banyaknya kolega Seungcheol maka ia mengubur dalam-dalam keinginan tersebut.

“Mana tuh katanya gak boleh pisah, ngeliat zuppa soup langsung ninggalin.” Cibir Seokmin dengan mata yang tidak lepas mengikuti pergerakan Sejeong.

“Mungkin karena zuppa soup jarang ditemukan?”

Suara itu. Seokmin sudah hafal diluar kepala siapa pemilik suara barusan.

Seokmin memutar badannya dan melihat Jisoo yang sekarang berdiri tepat di depannya.

“KAK JISOO?”

Jisoo tersenyum manis, “Maju, giliran kamu tuh ambil es krimnya.”

Seokmin buru-buru mengambil es krim dan berjalan pelan.

“Udah makan nasi? Kok langsung es krim?”

Seokmin menganggukan kepala, “Tadi sore makan nasi sama Seje. Masih kenyang, abis ini aku mau ambil dimsum, kakak mau ikut?”

Jisoo tertawa pelan, “Katanya kenyang kok makan dimsum?”

“Dimsum kan snack, gak bikin kenyang. Mau enggak?”

“Abisin dulu es krimnya, Seok.”

Seokmin buru-buru menghabiskan es krimnya, “Kakak kapan sampe sini?”

“2 hari lalu.”

“Oooh.”

Seokmin diam walaupun banyak sekali pertanyaan dan pernyataan yang ingin diutarakan.

“Skripsi udah sampe mana, Seok?”

“Hari minggu tuh dilarang bawa-bawa skripsi dalam obrolan apapun.”

“Jadi bahas skripsi pas weekdays aja?”

Seokmin menganggukan kepala sebagai jawaban.

“Oke, pertanyaannya diganti. Seokmin apa kabar?”

“Gini-gini aja, kak. Lo gimana disana?”

“Gue ya kayak yang lo liat aja, Cil.”

CIL. CIL CIL

Seokmin tersenyum mendengar panggilan barusan. Cil. Cil-nya Jisoo.

“Terus balik kesana kapan?”

“Pengen gue cepet balik kesana?'

“Enggaklah!”

“Minggu depan, kayaknya. Kebetulan gue balik kesini jadi sekalian ngelarin beberapa urusan disini.”

“Ooh gitu.”

“Kalo lulus mau kemana?”

“Mau ikut lo boleh gak?” Oke, itu adalah ucapan yang tidak keluar dari mulut Seokmin.

“Udah dapet orang dalem di perusahaan Kak Cheol.”

“Parah, nepotism ini.”

“Enak aja!”

Jisoo tertawa, “S2 lah di Singapore. Mau enggak?”