Puncak 1.0

Younjung tersenyum ketika matanya bertemu dengan Junhui, pacar sahabatnya di depan kamar kosnya.

“Jun kangeen, kemana aja lo?”

Jun menarik tubuh Younjung kedalam pelukan, “Younjung, gue juga kangen sama lo. Maaf ya gue sibuk skripsian nih.”

“Yo, lo mau mandi dulu?” Tanya Minghao sambil mengacak rambut Younjung

“Iya, anak-anak mana?”

Minghao mengisyaratkan Younjung untuk lihat sendiri kedalam kosnya, “tidur.”

“Nanti bangunin anak-anak 15 menit lagi ya, biar gue selesai mandi bisa langsung cabut.”

“Sip, mandi gih.”

Younjung memasuki kamar kosnya dan menggelengkan kepalanya, ada Seokmin dan Sejeong yang tertidur diatas kasur miliknya, Chaeyeon yang tertidur diatas sofa dan Mingyu yang tertidur di lantai disamping sofa.

“Kayak penampungan ya yo?”

Younjung tertawa, “kalo gak ada kak jun lo tidur disamping Mingyu.”

“Bener sih.”

Butuh waktu 30 menit untuk Younjung membersihkan dirinya, tepat saat ia selesai membersihkan diri teman-temannya sudah siap dengan tas ditangannya masing-masing.

“Yo, dandan gak? Mau pesen grab nih?”

“Gak usah ah males, pesen grab aja Je.”

“Sip, posisi abang grabnya di pertigaan.”

“Yaudah kalian tunggu diluar gih, gue beresin kamar dulu.”


Mobil yang ditumpangi mereka memasuki pekarangan apartment mahal yang menurut Mingyu apartment ini hanya untuk orang-orang kelas atas.

“Sore kak.” Seokmin menyapa Jisoo dengan tersenyum manis

“Malem kali cil, langsung keatas aja ya ketemu dulu sama Pak Seungcheol biar kalian gak kemaleman.”

Seokmin menganggukan kepalanya, “rame tapi kak, gapapa?”

“Gapapa.”

Mereka menaiki lift dan turun di lantai 20.

“Kamu yang namanya Younjung ya?” Tanya Jisoo saat melihat perempuan asing yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.

“Iya pak, temennya Seokmin.”

“Senang ketemu dengan kamu, Seokmin cerita banyak.” Ucap Jisoo sambil menepuk pundak Younjung pelan.

“Kalo saya kenal gak pak?” Tanya Jun

“Kenal lah, skripsimu gimana?”

Jun tertawa, “Proses pak, nanti saya tanya-tanya bapak boleh gak?”

“Boleh, selama saya bisa bantu nanti saya bantu.”

“Mantap. The best dah emang bapak.”

Mereka sampai didepan pintu dengan nomor 2001 lalu Jisoo menekan bel tersebut.

Pintu terbuka dan menampilkan lelaki berumur 30an, “eh langsung masuk aja yuk.”

Mingyu mendorong tubuh Seokmin, “lo duluan, kan lo yang pernah kesini.”

“Ck, iyeiye.”

Seokmin tersenyum saat matanya bertemu dengan mata Jeonghan, “halo kak.”

“Seokmin kamu kemana aja? Kok gak pernah main kesini sih?”

“Hehehe iya kak, sibuk kuliah.”

Jeonghan mengedarkan pandangannya, “ini temennya Seokmin semua ya?”

Serentak semua teman-temannya menganggukan kepalanya, “iyaaa kaaak.”

“Salam kenal ya aku Jeonghan, tunangannya Seungcheol. Seungcheolnya lagi di kamar sebentar lagi keluar sama Samuel.”

Seokmin mengerutkan keningnya, “Samuel?”

“Anak gue.”

Seungcheol keluar dari kamarnya dengan tangan menggandeng Samuel, “Oh udah pada sampe? Mau langsung cabut apa gimana?”

“Eh jangan cabut dulu, tadi gue bikin cookies banyak kalian bawa ya buat nyemil di jalan?”

“Gapapa kak? Kita sih seneng dikasih.”

“Gapapa, kalian tunggu di ruang tamu dulu ya. Gue siapin bentar.” Ucap Jeonghan sambil menarik tangan Jisoo kearah dapur

“Kalian main sama Samuel dulu gapapa? Gue mau ambil kunci mobil.”

“Eh? Gapapa kakk, gue seneng main sama anak kecil.” Sahut Sejeong

“Okay titip ya.” Seungcheol pergi meninggalkan mereka di ruang tamu penthouse miliknya.

Mingyu mengedarkan pandangannya, “Gokil ni penthouse, kerjanya apa ya?”

“Bos kali ya.” Sahut Chaeyeon dengan mata kagum melihat Samuel.

Seungcheol berjalan menghampiri Jisoo dan Jeonghan yang asik berbincang, “Samuel keliatan nyaman main sama mereka.”

Mata Jisoo terpaku kearah Seokmin yang sedang asik bermain dengan Samuel yang berumur 8 tahun, lebih tepatnya Seokmin mengajarkan trik sulap yang membuat Samuel kagum dan merengek minta diajarkan.

“Samuel, kamu bisa bahasa G gak? Mau kak Mingyu ajarin gak?” Sayup sayup suara Mingyu terdengar.

Chaeyeon memukul kepala Mingyu dengan botol aqua yang sudah habis, “Jangan macem-macem, gyu.”

“Bercanda elah.”

Ada rasa sedih melihat interaksi Seokmin dan teman-temannya, disitulah Seokmin harusnya berada. Menikmati masa mudanya dengan bermain bersama teman-temannya. Bukan dengan Jisoo.

“Tempatnya memang disitu.” Seungcheol menepuk pundak Jisoo, “Egois kalau lo mau rampas masa mudanya.” Lanjutnya.

Jisoo tau dan sumpah Jisoo sama sekali tidak berniat merampas masa muda Seokmin.

Jeonghan tersenyum miris, “You know that lo bisa cari yang lain, right? Yang udah siap untuk menikah bukan anak umur 20an yang masih nikmatin masa mudanya.”

“I know, han.”

“But its hard, right? Lo takut dan bahagia di satu waktu. Pilihan di tangan lo dan lo tau kan apapun yang lo pilih gue dan seungcheol akan selalu dukung lo?”

Jisoo menganggukan kepalanya, “I know.”


“Heey, ini cookiesnya udah siap. Mau langsung berangkat?”

Seokmin menganggukan kepalanya, “iya kak, udah malem juga.”

“Yaudah yuk gue anter ke parkiran.” Seungcheol mengarahkan mereka keluar dari penthouse dan berjalan ke tempat parkir.

“Siapa yang nyetir malem ini?”

Minghao mengangkat tangannya, “gue kak.”

Seungcheol tersenyum dan menyerahkan kunci mobilnya, “hati-hati ya bawanya. gue gak masalah kalo mobil ini lecet atau rusak tapi kalian jangan sampe luka atau kecelakaan oke?”

Serentak tujuh kepala menganggukan kepalanya, “siap kak, makasih banyak ya.”

“Sama-sama, kalo pegel nyetir gantian ya hao.” Pesan Seungcheol

“Siap kak.”

Chaeyeon, Younjung dan Sejeong duduk di kursi belakang, Mingyu dan Seokmin di kursi tengah dengan kantong cemilan dan tas yang tidak muat di bagasi. Jun dan Minghao duduk di depan.

“Yaudah, cabut ya kak. Makasih semuanyaa!” Seokmin melambaikan tangannya sambil tersenyum

Jisoo tersenyum, “hati-hati ya.”

“Siap bos.”