Puncak 1.1
Seokmin pov.
11.00
Gue melihat jam di kamar, jam menunjukkan angka 11 siang. Gue menengok kesebelah ada Mingyu yang masih tertidur pulas dan gue buru-buru ke kamar mandi untuk mencuci muka dan sikat gigi. Setelah melakukan ritual pagi, gue melangkahkan kaki keluar dan melihat Younjung sedang membersihkan ruang tengah villa.
“Pagi yo, sini gue bantu.”
Younjung tersenyum, “Pagi anak rajin, ambil plastik sampah deh seok di laci dapur. Kalo udah masukin tuh sampah yang gue pisahin.”
Gue buru-buru mengambil plastik sampah dan mengumpulkan sampah yang berserakan, ada dua botol besar minuman bersoda, 4 box pizza dan plastik snack yang cukup banyak.
“Gila ini yang makan udah kayak gak dikasih makan 1 bulan.”
“Lo yang makan ya monyet.” Younjung melempar satu botol aqua kearah gue
Setelah membereskan sampah, gue memutuskan untuk duduk di sofa dan membuka handphone untuk melihat pesan yang masuk dan scroll twitter melihat-lihat video lucu. Younjung merebahkan badannya diatas sofa, kepalanya ditaruh diatas paha gue yang membuat gue langsung memainkan rambutnya, sebuah kebiasaan dari dulu.
“Seok, laper gak?”
Gue menutup handphone dan memperhatikan Younjung yang sedang asyik berselancar di aplikasi Gojek, “mau gofood?”
“Jauh deh jaraknya, sayang ongkos.”
“Mau cari deket deket sini? Keliling aja kita cari sarapan.”
“Yuk, sekarang aja langsung.” Younjung bangun dari posisinya dan menarik tangan gue
“Yaudah, tanya seje sama chae mau makan apa. Gue tanya yang lain.”
Gue langsung mengambil kunci mobil dan memanaskan mobil sembari gue mengambil jaket dan membangunkan Mingyu.
“Gyu, nyarap gak? Gue mau cari makan sama buyo.”
“Ngikut aja deh gue.” Jawab Mingyu dengan setengah sadar.
“Oke. Nanti gue telpon ya adanya apa.” Ucap gue sebelum pergi menutup pintu kamar
Gue bertabrakan dengan Minghao yang baru saja keluar kamar “Hao, nyarap?”
“Kasih tau digrup aja lu nemu makan apa ya.”
“Sip.”
11.50
Gue dan Younjung baru saja menghabiskan 1 mangkok bubur ayam dan sedang menunggu abang tukang bubur untuk membungkuskan pesanan gue. Setelah membayar makanan gue dan Younjung memutuskan untuk langsung balik ke Villa.
“Hari ini rencana kemana yo?”
“Mau ketemu temen.”
“Siapa?”
“Inget gak cowok yang gue ceritain pas gue masih kuliah? Yang si you-knows-who cemburuin itu?”
Gue mengerutkan kening, berusaha mengingat siapa cowok yang dideskripsikan Younjung, “Lupa, yang dj bukan?”
Younjung menganggukan kepalanya, “iya.”
“Ciaelah jadi nih sama yang ini?”
Younjung mendorong badan gue pelan, “jadi apaan, orang temenan doang.”
“Gue lagi nyetir monyet jangan dorong-dorong.” Gue melirik Younjung sekilas sambil tersenyum jahil, “jadian juga gapapa, tapi izin gue dulu.”
“Jisoo kali yang harus izin sama gue bukan Hyungwon yang izin sama lo.”
“Kak Jisoo woi, main Jisoo Jisoo aja lo.”
“Yee biarin.”
Lampu merah didepan cukup lama, membuat gue sedikit kesal.
“Sejeong rencana kemana?”
“Dijemput si abang, katanya mau main kemana gitu gue lupa.”
Gue cukup kaget, bisa-bisanya Sejeong mengajak abang kesini?
“Wah anjing, ngeri gue ketemu si abang.”
“Lo kenapa deh? Padahal keliatan pendiem gitu anaknya.”
“Takut cuy, hawanya menyeramkan. Mingyu aja takut padahal gedean badan Mingyu daripada si abang.”
“Tato di jarinya sih yang bikin keliatan menyeramkan.”
“Gak pake tato juga si abang udah nyeremin yo.”
Younjung tertawa dan menyetujui ucapan gue, “Jun sama Hao udah pasti malem mingguan. Kalo lo, Mingyu sama Chaeyeon ada rencana kemana?”
Gue menggelengkan kepala, “belum tau, tadi sih sempet ngobrol sama Mingyu kalo gak gabut ya di villa aja.”
“Oh gitu.”
Gue melirik Younjung, dan berpikir apakah gue harus izin untuk pergi nanti malam atau pergi diem-diem aja?
“Yo, jam 11 udah balik kan?”
“Udah, kenapa?”
“Gue mau pergi sama Mingyu jam 11.”
“Malem banget? Mau kemana?”
Otak gue berputar mencari alasan yang tepat karena gak mungkin gue jujur sama perempuan disebelah gue ini.
“Anjing.” Umpat Younjung, “Gak seok, gak.” Lanjutnya
“Yaelah yo, sekali doang. Sama Mingyu kok.”
“No.”
“Yo, please?”
“Lo gak bisa mabok, Seokmin. Minum alkohol satu teguk aja lo udah muntah.”
“Gue gak minum, janji.”
“Terus ngapain ke club malam kalo gak minum?”
Sial. Gue gak akan pernah menang kalau debat sama Younjung.
“Ya cuci mata?”
“Mata lo sini gue cuci pake sunlight. Gak usah macem-macem.”
Gue mengerucutkan bibir, sejujurnya Younjung ada benernya juga.
“Enggak ya, Seok. Kasian Chaeyeon sendirian di Villa.”
Betul juga.
“Gue ajak.”
“Jangan bikin gue marah deh, seok.”
“Iya iya, gak jadi ke club.”
Younjung tersenyum dan mengelus kepala gue dengan lembut, “good boy.”
19.30
Sekarang di villa hanya tersisa gue, Mingyu dan Chaeyeon. Kita bertiga duduk di sofa ruang tengah berdekatan. Mingyu sedang asyik dengan handphonenya, Chaeyeon sedang serius menonton film di layar televisi dan gue yang bosan karena tidak mengerti alur film.
“Boseeeeen.”
Mingyu menolehkan kepalanya ke gue, “Seok, kalo kita diem-diem perginya, dimarahin gak sama buyo?”
“Lo siap dibelah dua sama buyo?”
Chaeyeon tertawa mendengar jawaban gue barusan, “gak dibelah dua kali tapi dibelah tiga.”
“Cabut yuk?” Ajak Mingyu
“Kemana?”
“Chae, lo mau shopping gak?”
Chaeyeon menggelengkan kepalanya, “Shopping apaan si monyet, orang isi mallnya juga sama aja kayak yang di Jakarta.”
“Ke cafe aja yuk?”
“Mauuu ikutttt, Seokkkk.”
“Naik apaan?” Tanya Mingyu
“Grab aja.” Usul Chaeyeon lalu pergi menuju kamarnya
“Gak usah ganti baju ah, gini aja kita seok.” Ucap Mingyu
“Iya, gue juga males ganti baju.”
21.00
Live music yang disediakan di cafe daritadi menyiarkan lagu galau yang sumpah demi Tuhan gue gak perlu dengerin.
“Galau bener dah, pemilik cafenya ditinggal pacarnya apa gimana?” Keluh Mingyu sambil mengeluarkan sebatang rokok
“Bagi.” Pinta gue
“Jangan ngerokok, gue gak suka asapnya.” Chaeyeon menarik paksa lighter dari tangan Mingyu.
“Iyedah iye.” Ucap gue dan Mingyu bersamaan.
“Eh, buyo bentar lagi sampe villa.” Ucap Chaeyeon
“Balik dong kita?”
Chaeyeon menganggukan kepalanya, “kunci di kita, nanti buyo gak bisa masuk.”
Gue setuju, kasian kalau Younjung kekunci di luar malam-malam gini, “Pesen grab chae.”