selesai

• Jisoo pov

Sudah seminggu Jisoo tidak bertemu dengan Seokmin, seminggu belakangan Jisoo menjadi lebih sibuk dari biasanya. Terima kasih ke dosen dan kantor tempat magang Jisoo yang seperti tahu kalau Jisoo sedang patah hati dan butuh menyibukkan diri.

Kalau ditanya apa ada yang berbeda dari biasanya maka jawabannya iya, Jisoo yang biasanya di jemput Seokmin tiap hari selasa dan jumat untuk minggu ini Jisoo sama sekali tidak dijemput oleh Seokmin ya walaupun Seokmin mengirimkan saldo gopay agar Jisoo bisa pulang naik gojek daripada Jisoo naik kereta dan transjakarta yang akan membuatnya menjadi lebih lelah dan biasanya juga tiap malam Seokmin akan menelepon Jisoo dan menyanyikan sebuah lagu agar mengobati rindu sedikit.

Sekarang malam minggu dan Jisoo sedang menunggu kedatangan Seokmin, seperti katanya minggu lalu ia akan datang sabtu malam dan Jisoo harap Seokmin tidak ingkar.

“kak, gue di depan ini engga ada orang di rumah ya? kok gerbangnya digembok?”

Setelah membaca pesan dari Seokmin, Jisoo buru-buru membukakan gerbang untuknya, Jisoo melihat Seokmin terlihat biasa saja dan sama sekali tidak terlihat wajah tegang di mukanya. Apa cuma gue Jisoo deg-degan?”, batinnya.

Setelah menuntun Seokmin untuk masuk ke kamar baik Jisoo maupun Seokmin tidak ada yang mau memulai pembicaraan, Jisoo bisa melihat Seokmin sibuk memainkan handphonenya sepertinya ia sedang mengirimkan pesan untuk seseorang yang Jisoo tidak tahu siapa.

“Kak?”

“Iya?”

“Seminggu kemarin ada yang bikin kesel gak?”

“Hah?”

“Udah seminggu gak ketemu, ada yang mau lo ceritain gak?”

“Oh? Engga ada kok.”

Bohong. Banyak sekali yang pengen Jisoo ceritakan kepada lelaki di depannya, mulai dari dosen yang seenaknya menyuruh Jisoo revisi tugas dan bagaimana atasan di kantor menyuruh Jisoo lembur secara tiba-tiba, belum lagi waktu makan siang kemarin di kantin kantor ada yang menyenggol minuman Jisoo sehingga baju dan celananya basah total.

“Oh gitu.”

“Kalo kamu Seok?”

“Banyak, tapi nanti aja kali ya ceritanya. Ada yang lebih penting.”

“Iya.”

Hening.

“Kak?”

“Iya?”

“Capek gak?”

“Capek.”

“Mau peluk?”

Jisoo menganggukan kepala dan Seokmin langsung menghampiri dan menarik Jisoo kedalam pelukannya.

“Maaf ya kak kalau lo capek dan gue gak ada disitu.”

“Not your fault.”

Seokmin melepaskan pelukannya dan duduk di depan Jisoo, “kak? udahan yuk?”

Gimana?

Apanya yang udahan?

Jisoo menggelengkan kepala, “Gak mau.”

Jisoo yakin Seokmin tidak mendengar jawaban yang keluar dari mulutnya, pasalnya suara Jisoo sangat kecil dan entah sejak kapan matanya mulai berair.

“Kok geleng?”

“Gak mau, Omin. Gak mau putus dari Seokmin.”

Jisoo menunduk, ia tidak mau Seokmin melihatnya menangis.

“Loh? Kok putus?”

“Tadi omin bilang mau udahan.”

Seokmin tertawa mendengar ucapan Jisoo, “bukan udahan itu kak.”

“Udahan yuk berantemnya?”

Jisoo mendongakkan kepalanya, “Hah?”

“Yee siapa juga yang mau putus dari lo kak. Gue mana sanggup sih kalau hidup gak ada lo?”

“OMIN IH”

Seokmin tertawa melihat muka Jisoo yang basah karena menangis, “jelek dah lu nangis segala.”

“Kak?”

“Iya?”

“Kalau sewaktu-waktu aku minta untuk pergi, tahan aku ya?”

“Iya.”

“Ingetin aku ya kak, kalau rumah dan tempat aku pulang itu kamu.”