“Seokmin?” Jisoo menghampiri Seokmin yang tertidur di sofa ruang tengah.
“Kenapa soo? Gak bisa tidur?”
“Kinda? Kamu gak mau tidur di kamar aku aja?”
Seokmin menelan ludahnya, ia baru menyadari bahwa Jisoo memakai sweater kebesaran sehingga menampakan pundak indah miliknya.
No. Not right now.
“Gak usah, aku disini aja.”
“I know you miss me, Seok.”
“Iya, aku emang kangen kamu Soo.”
“Well, kamu tau kan kalo kamu bisa ngelakuin apa aja ke aku?”
Seokmin bangkit dari tidurnya, “explain?”
“I want you.”
“Kamu mau apa, Jisoo?”
Suara berat Seokmin adalah kelemahan Jisoo.
“Your dick inside of me.”
“Well, kayaknya besok pagi aku harus minta maaf sama Seungwoo.”
“You dont have to.” Jisoo mengerlingkan matanya dan menarik tangan Seokmin menuju ke kamar miliknya.
Tanpa basa-basi, Seokmin menutup pintu kamar dengan satu tangannya sementara tangan lainnya mencengkram pinggang Jisoo erat.
“I miss you, my beautiful Jisoo.”
Jisoo rindu ini.
Seokmin melumat bibir Jisoo dengan lembut. Bibir keduanya bergerumul.
“A-aaah.” Jisoo mendesah saat menyadari Seokmin menggigit kecil lehernya.
“Just fuck me already, Seok.”
Seokmin tertawa lalu mengangkat tubuh kecil Jisoo dan menaruhnya diatas pangkuannya dan kembali mencium Jisoo dengan lembut.
Jisoo yang berada diatas pangkuan Seokmin membalas ciuman tersebut. Jisoo menggeliat geli saat tangan Seokmin mulai bergerak dan menelusuri kedua paha miliknya. Jisoo menggoyangkan kedua pinggangnya dengan pelan yang dibalas dengan cengkraman erat di pinggangnya.
“Aku kangen wangi kamu.”
Jemari Jisoo menelusuri surai rambut Seokmin, lengan Seokmin begerak merapatkan jarak, bibir keduanya bertemu. Bibir Jisoo ditangkup dalam ciumannya. Terlarut dalam ciuman Seokmin, Jisoo mengalungkan kedua tangannya ke leher Seokmin,
Jisoo terlihat indah diatas pangkuannya, tanpa membuang waktu Seokmin menjatuhkan diri dengan Jisoo dipelukannya, tangan Seokmin merengkuh lembut pinggang Jisoo.
“Aku bakal ngomong ini terus but on a serious note aku beneran suka kalau kamu kaya gini, Seok.” bisik Jisoo
Tangan Jisoo membuka kancing baju milik Seokmin dan tangannya bergerak menelusuri dada bidang Seokmin.
“Aku juga kangen denger suara kamu, Soo.”
Seokmin memberikan gigitan kecil di daun telinga yang lebih tua dengan sengaja karena ia tau Jisoo menyukai itu. Seokmin memberikan kecupan ditiap sisi wajah Jisoo seiring dengan tangannya yang bergerak menggerayangi tubuh Jisoo. Dengan cepat Seokmin membuka sweater yang digunakan Jisoo. Ini bukan pertama kalinya ia melihat tubuh indah milik Jisoo.
Seokmin mempertemukan bibirnya dengan bibir Jisoo, melumat tiap inci bibir mantan suaminya dengan lidahnya. Ciumannya semakin turun, meninggalkan beberapa bekas merah di leher indah milik Jisoo. Jisoo tahu ini akan terjadi, karena sumpah demi apapun ia merindukan tiap sentuhan Seokmin pada tubuhnya. Inci demi inci, Seokmin beri kecupan di leher Jisoo. Gerakan Seokmin sangat lambat dan lembut.
Seokmin menyentuh paha dalam Jisoo, memberi remasan lembut tanpa memperdulikan benda yang mengeras di dekatnya. Jisoo lelah menunggu, ia menuntun tangan Seokmin untuk menyentuh miliknya, “sabar kali, soo? buru-buru banget.” Jisoo tahu Seokmin menyeringai dibalik leher miliknya, sampai Jisoo membuka mulutnya hanya untuk mendesah tertahan.
“A-aah.”
Penis yang digenggam Seokmin mulai digerakkan tanpa henti dengan tempo dipercepat membuat Jisoo mendongak tinggi, memperlihatkan lehernya yang dihiasi beberapa tanda merah.
Jisoo hampir keluar jika Seokmin terus menekan, menggesek dan memijat, semua Seokmin lakukan dengan berantakan, menghantarkan tubuh Jisoo ke nikmat duniawi yang sudah lama ia tidak rasakan.
“S-seokmin n-nghh.” Seokmin suka tiap kali Jisoo mendesah dengan namanya dan tentunya Jisoo tau itu. Genggaman Seokmin pada penis Jisoo semakin erat membuat Jisoo bergerak tidak nyaman dengan Seokmin yang menahan pinggul Jisoo.
“Seokmin, mau. Aku gak kuat lagi.”
“Bantu aku, Jisoo.” Perintah Seokmin yang membuat Jisoo meneguk ludahnya.
Seokmin menurunkan celananya sebatas paha dan mendekatkan tubuhnya kearah Jisoo.
Jisoo menyeringai dan menarik celana Seokmin sehingga lepas dari si pemiliknya. Yang lebih tua menungging dengan bagian bawah menghadap ke wajah Seokmin. Dengan cepat Jisoo melumat penis milik Seokmin, begitu juga dengan Seokmin melakukan hal yang sama.
Seokmin menarik kepalanya, melepaskan penis Jisoo dari rongga mulut miliknya, dan i membawa kedua jarinya memasuki ke lubang milik Jisoo, membuat Jisoo berhenti melakukan aktivitasnya untuk mendesah dan terbuai akan permainan Seokmin dibawah sana.
Jisoo membiarkan Seokmin melakukan apapun yang pria itu ingin lakukan kepadanya. Seokmin memberi jarak diantara dua jarinya membuat Jisoo menggeliat kesenangan.
“Masukin sekarang, Seok.”
Siapa Seokmin berani menolak perintah Jisoo? Dengan Jisoo yang masih menungging, Seokmin membawa penisnya kedalam lubang milik Jisoo, menekan pelan liang berkerut tersebut.
“Aaahh.”
“Nghh.”
Seokmin menarik tengkuk Jisoo untuk dibawa pada pergumulan mulut, ciuman ringan yang terkesan manis dan tidak terburu-buru membuat sesuatu dalam diri Jisoo bergairah.
Jisoo merasa tubuhnya sulit dikendalikan, saat benda tak bertulang milik Seokmin mengajaknya bertarung juga tangan Seokmin menggerayangi tubuhnya seductive, Jisoo hampir kembali mendesah jika Seokmin tidak tengah membungkam mulutnya. Sampai salah satu diantara keduanya mendesah tertahan, tak kuat menahan afeksi gila.
“Aaah.”
Hentakan pertama, hentakan kedua hingga hentakan ketiga disambut teriakan kencang oleh Jisoo.
Tak segan Jisoo mencengkram lengan Seokmin, butir keringat meleleh pada pelipis kening, matanya memejam dan bibirnya digigit kencang.
“Hey, u okay?”
Jisoo mengangguk pelan, “im good, please aku mau lagi seok.”
Seokmin mengangguk, enggan membuang kesempatan ia segera menggerakan penisnya secara perlahan dengan tempo yang beraturan. Lama kelamaan Seokmin mulai gila, ia merindukan ini. Merindukan Jisoo dan lenguhan yang keluar dari mulutnya. Seokmin menusuk lubang kenikmatan Jisoo dengan kasar. Tetapi Jisoo sudah tidak merasakan sakit, melainkan kenikmatan yang mendominasi.
Setelah memasukkan penis cukup dalam, Seokmin memeluk tubuh Jisoo erat dan memperhatikan penis Jisoo yang mengeluarkan cairan bening.
Seokmin memberi kecupan di leher Jisoo, diam-diam mengucap rasa sayang.
“I fucking miss you, Soo.”
Saat kalimat tersebut diucapkan oleh Seokmin, Jisoo mulai menggerakan pinggangnya tidak beraturan membuat penis Seokmin masuk lebih dalam.
“Seook—aaah! Sakit—aaah” Ucapan itu keluar bersamaan dengan pinggang Jisoo yang bergerak lebih cepat
“Didalem aja, S...seokk—aaah”
Apa yang Jisoo mau tentu akan dengan senang hati dikabulkan oleh Seokmin.
Seokmin memeluk tubuh Jisoo erat saat penisnya mengeluarkan banyak cairan putih. Seokmin tidak berhenti menggerakan penisnya dengan kasar sampai cairan itu memenuhi lubang anal milik Jisoo.
Jisoo juga merasakan hal yang sama. Ketika ia merasakan cairan memenuhi lubangnya, ia mencapai klimaks. Membuat tubuhnya lemas setelah pelepasannya. Seokmin mengeluarkan penisnya dari lubang milik Jisoo dan melihat cairan putih mengalir di paha milik Jisoo.
Napas keduanya memburu, Seokmin menjatuhkan badannya disebelah Jisoo, sedangkan Jisoo bergerak perlahan untuk memeluk tubuh Seokmin dan memberikan kecupan di bibir Seokmin sebelum akhirnya ia memejamkan matanya untuk tertidur.
“Seokmin, aku sayang banget sama kamu.”