Seokmin dan Ibu

Pov Seokmin

Sore ini gue nemenin ibu beli lauk buat makan malem nanti sekalian ke pasar sih katanya ibu mau belanja buat masak sarapan besok. Ibu yang gue maksud bukan ibu kandung gue melainkan ibunya Soonyoung.

Dari awal gue kenal sama ibu, ibu adalah sosok yang baik hati dan sangat menyenangkan untuk diajak ngobrol banyak hal, mulai dari hal receh tentang seleb ibukota atau bahkan hal hal berat mengenai kehidupan. Ibu selalu menganggap gue sebagai anaknya, bahkan ibu sempat bercanda ke ibu kandung gue bahwa ia ingin mengadopsi gue. Lucu kan?

“Seokmin, kamu suka makan apa?”

“Apa aja seokmin makan bu”

“Pasangan kamu nanti beruntung loh nak”

“Kenapa gitu bu?”

“Kamu bukan pemilih makanan jadi gampang untuk pasangan kamu nanti masakin kamu”

“Kalo Soonyoung boleh bu jadi pasangan Seokmin?”

Ibu yang mendengar pertanyaan gue barusan hanya tersenyum sambil mengelus pundak gue ia tidak memberi jawaban apapun.

Selama di perjalanan pulang menuju rumah, ibu bercerita banyak mengenai Soonyoung yang sudah gue dengar ribuan kali tapi anehnya gue tidak pernah bosan.

“Kamu tau Soonyoung pernah nangis ngerengek minta patung mcdonalds untuk dibawa pulang ke rumah?”

“Hah masa bu?”

“Iya dia suka sekali patung itu, dia kira patungnya bisa buatin dia ayam mcdonalds jadi dia ngerengek minta dibawain pulang. Dari kecil tingkahnya selalu bikin pusing”

Gue hanya tertawa mendengar cerita barusan, tingkah Soonyoung memang selalu mengundang tawa.

“Nak seokmin, ibu mau ngomong boleh?”

“Iya bu”

Gue gugup dan takut kalau kalau ibu meminta gue untuk menjauhi Soonyoung walaupun tidak mungkin. Apa ibu tahu gue sayang sama Soonyoung in a romantic way?

“Nak Seokmin sayang ya sama Soonyoung?”

“Sayang banget bu”

“Soonyoung bilang sama ibu kalau dia juga sayang sama kamu”

“Iya bu, Seokmin tau kok”

Gue bisa memahami arah pembicaraan ini dan gue siap akan hal yang akan terjadi apapun itu.

“Kalau bisa jangan ya nak?”

Bingo.

Gue hanya tersenyum mendengar ucapan ibu barusan. Ketika mobil berhenti dilampu merah gue melihat ibu menitikan air mata. Buru-buru gue mengambil tisu yang ada di dashboard mobil dan memberikannya kepada ibu.

“Ibu sayang banget sama nak Seokmin, tapi ibu belum bisa menerima Soonyoung untuk menikah dengan lelaki dari beda agama.”

“Iya ibu, Seokmin paham maksud ibu”

Tanpa gue sadari gue ikut menitikan air mata yang langsung ibu hapus dari pipi gue.

“Seokmin dan Soonyoung udah bicara banyak bu tentang ini”

Gue diam sebentar menunggu jawaban dari ibu, tetapi ibu tidak menjawab mungkin meminta gue untuk lanjut berbicara.

“Kita sama-sama paham kalau kita gak bisa bersama bu, makanya sekarang baik Seokmin dan juga Soonyoung lagi proses melupakan satu sama lain”

“Iya Seokmin, ibu tau kalau melupakan itu tidak mudah. Ibu gak minta kamu untuk lupain Soonyoung sekarang”

“Iya bu, makasih ya bu”

Sesampainya gue di depan pagar rumah Soonyoung, ibu kembali angkat bicara

“Terima kasih ya nak sudah sayang sama Soonyoung. Ibu bukan minta kamu untuk berhenti menjadi teman Soonyoung, tapi ibu minta untuk tidak lanjut ke jenjang berikutnya ya nak”

“Iya ibu, makasih ya bu. Seokmin boleh kan main kesini?”

“Seokmin, ibu gak pernah minta kamu untuk menjauhi Soonyoung. Ibu sayang sama kamu nak, jadi ibu akan senang sekali kalau Seokmin masih mau datang kesini. Nanti ibu masak makanan kesukaan kamu”

“Iya bu, makasih ya bu”