Seokmin pov.
Kalau ditanya apa yang membuat gue impulsif dan secara tiba-tiba mengajak Jisoo untuk jadi kekasih gue adalah sesimpel Jisoo makes me happy in a way no one else can. Jisoo memiliki kepribadian 180° berbeda dengan gue. Mungkin itulah alasan mengapa gue merasa cocok dengan dia, katanya perbedaan menyatukan.
Ohiya sekarang gue dalam perjalanan menuju rumah pacar baru gue (JIAAKKKKH) rencananya mau ke warung bubur langganan gue di Depok.
“Ayo min langsung jalan aja, papa mama lagi keluar.”
“Loh kemana kak?”
“Ke rumah saudara di Bogor.”
“Ooh gitu.”
Gue dan Jisoo memutuskan untuk memanggil satu sama lain dengan panggilan yang biasa gue pakai ketika gue lagi manja, dia memanggil gue omin dan gue akan memanggil dia dengan si kakak. Gemes kan?
Sesampainya gue dan Jisoo di warung bubur, babeh langsung menyambut gue dan Jisoo
“Widih sekarang kesini sama yang ini mulu.”
“Pacar saya nih beh sekarang.”
“Anak muda cepet juga yak jadiannya?”
“Lah kalo kelamaan takut diambil orang.”
“Iyaya bener juga lu. Kemaren si Unyong kesini sama yang kecil.”
“Ooh pacarnya itu beh.”
“Iye tau gue juga. Kayak biasa nih pesenan lu?”
“Iya beh.”
“Siap, duduk dulu nanti gue yang anter.”
Sebenarnya baik gue dan Jisoo merasa tidak ada yang berubah dari hubungan kami selain panggilan untuk satu sama lain sisanya masih terasa sama.
“Min, kamu masih main sama Soonyoung kan?”
“Lah masih dong, kenapa emang?”
“Nanya aja, soalnya si babeh kayaknya kaget kamu kesininya sama aku.”
“Iya kan biasanya sama Soon kemana-mana tiba-tiba sama kamu pasti banyak yang bingung kak.”
“Iyaya.”
“Iya, jangan cemburu lah, aku sama Soon udah ga ada apa-apa”
Jisoo tidak menjawab ucapan gue barusan tetapi ia menganggukan kepalanya
“Eh ada hubungan sih, temen.”
“Yee kalo itu aku juga tau.”
“Tapi Soonyoung beruntung loh bisa cairin Jihoon.”
“Iya, aku juga kaget pas tau kak Ji sukanya sama Soon. Emang jodoh gak kemana kak.”
“Bener, jodoh gak kemana.”
“Iyalah, nih jodoh aku aja didepan aku sekarang.”
“Males banget.”