Seokmin tahu apa yang ingin Soonyoung bicarakan dari semalam setelah Soonyoung mengiriminya pesan ia langsung menerka-nerka alasan dari ajakan Soonyoung tersebut sampai akhirnya ia menemukan satu hal yang masuk akal. Jihoon. Pasti tentang Jihoon.
“Waduuh berdua lagi nih datengnya? Yang kemaren lu pada gandeng dikemanain?”
Itu babeh yang bertanya dengan semangat.
“Ada beh, lagi sibuk makanya berdua kesini.” Jawab Seokmin dengan tersenyum
“Kayak biasa ya beh.”
“Siap.”
Saat mereka menunggu makanan biasanya akan diisi dengan candaan dan obrolan yang mengalir begitu saja. Bedanya kali ini Seokmin menunggu Soonyoung untuk berbicara.
“Kenapa sih? Tegang banget mukanya? Ngehamilin anak orang lu?”
“Anjing Seokmin, mulut lo dijaga ya.” Ujar Soonyoung sambil mengelus dadanya.
“Yaudah terus kenapa? Muka kamu tegang banget abisnya.”
“Maaf ya, Seok.”
Benar. Prediksinya benar. Pasti tentang Jihoon.
“Kenapa?”
“Aku pacaran sama Jihoon.”
Soonyoung memainkan jemari ditangannya, ia tidak berani menatap Seokmin.
“Kenapa minta maaf? Kan kamu gak salah.” Ucap Seokmin dengan tersenyum.
“Aku bilang waktu itu bakal nungguin kamu punya pacar baru mau move on, taunya bullshit banget. Maaf ya, aku gak nepatin janji.”
“Kamu gak janji apa-apa tentang itu Soonyoung, tapi kamu janji untuk bahagia terus kan?” Tanya Seokmin, tangannya kini menarik jemari Soonyoung dan mengelusnya lembut.
“Iya.”
“Kamu bahagia?”
“Bahagia, Seok.”
“Yaudah kalo gitu, tandanya kamu gak ingkar janji dan kamu gak perlu minta maaf.”
“Maaf ya aku ngelupain kamu lewat orang lain?”
Seokmin mengelus rambut Soonyoung lembut, “No need to feel sorry, bahagia terus ya ganteng.”
“Kamu juga harus bahagia. You deserves it.”
“Iya, aku usahain ya.”
“Kamu gapapa kan, Seok?”
“Gapapa kok, it such a privilege to have my heart broken by you.”