Setelah bertemu dan mengobrol hanya berdua saja dengan Soonyoung, Jisoo paham mengapa banyak orang menyukainya. Soonyoung memiliki kepribadian yang menyenangkan, mudah berbaur dan menempatkan orang lain diatas dirinya sendiri. Wajar saja jika Jihoon yang dikenal sangat dingin dan sering menolak banyak orang malah terang-terangan mendekatinya.
Menurut Jisoo, sangat mudah untuk jatuh cinta dengan seseorang seperti Soonyoung—lebih tepatnya jatuh cinta dengan Soonyoung. Selain kepribadiannya, Soonyoung juga memiliki paras wajah yang indah, tiap kali ia tersenyum atau tertawa matanya akan ikut hilang. Sangat menggemaskan. Postur tubuhnya juga sangat pas. Ditambah lagi dengan kepercayaan dirinya dan sosoknya yang suka mengeluarkan lelucon, ah setelah dipikir-pikir Soonyoung sangat cocok bersanding dengan Seokmin.
Bagaimana bisa Jisoo menggantikan sosok seperti itu di hati Seokmin?
Kalau berbicara tentang Jisoo, pasti orang-orang akan mengaitkannya dengan sahabatnya, Chungha dan Jeonghan. Ya bagaimana tidak? Kalau bukan karena mereka pasti Jisoo akan menjadi mahasiswa yang tidak dikenal siapapun selain teman dekatnya.
Sekarang Jisoo sudah berdiri didepan kamar kos Seokmin, ia sudah hafal dengan jalan menuju kos Seokmin karena ia sudah beberapa kali berkunjung kesini.
“Seok?” panggil Jisoo sambil membuka pintu kamar tersebut. Ia melihat Seokmin yang sedang tertidur pulas dengan handphone ditangan kanannya dan laptop yang menyala.
Jisoo bisa melihat kamar ini sangat berantakan, asbak rokok dan abunya yang berserakan dimana-mana, baju yang berserakan, botol minuman kosong dan piring kotor.
Oh god, batin Jisoo
Jisoo berinisiatif untuk membersihkan kamar Seokmin sebelum membangunkan si pemilik kamar.
“Seooook, bangun duluu”
“Hmmm”
“Buka matanya, makan yuk” ujar Jisoo dengan menaruh tangannya di kening Seokmin, berniat untuk mengecek apakah badan Seokmin panas atau tidak.
“Gak kuat kaaakk, pusing banget” rengek Seokmin
“Gimana mau sembuh sih kalau ga mau makan?”
“Gak kuat kakakk” ujar Seokmin dengan tetap berbaring tetapi sedikit demi sedikit membuka matanya
“Yaudah duduk dulu, jisoo suapin”
Seokmin menggelengkan kepalanya, “taro situ aja makannya nanti omin makan”
Jisoo memutar bola matanya, “nanti ga lo makan, keburu dingin gak enak”
“Pusiiiiing”
Jisoo dengan segera membantu Seokmin untuk dapat duduk diatas kasurnya.
“Iya tau pusing, makanya minum obat dulu ya?”
Inilah sisi Seokmin yang tidak banyak orang tau, Seokmin akan berubah menjadi sangat manja ketika sakit bahkan nada suaranya akan seperti anak kecil, sangat menggemaskan.
“Kakak suapin ya? Omin ga kuat”
Sebenarnya Jisoo sangat malas merawat orang sakit, tapi entah kenapa kalau Seokmin yang sakit ia akan rela merawatnya sampai sembuh. Alasannya mungkin karena sisi manja Seokmin yang jarang ditunjukkan?
“Iya disuapin, duduk dulu yang bener”
Seokmin buru-buru duduk dengan tegak sebelum akhirnya merengek karena kepalanya sangat sakit
“Kenapa bisa sakit sih?” tanya Jisoo disela-sela kegiatannya menyuapi Seokmin
“Patah hati”
Ooh Soonyoung.
“Sedih ya seok?”
“No seok seok me, Omin.”
Gemas. Sangat menggemaskan.
“Iya omin, omin sedih ya?”
Seokmin menganggukan kepalanya “heungg”
“Kok kakak tau Omin sakit?” lanjutnya
“Dari Soonyoung”
Mendengar nama Soonyoung, Seokmin langsung membuka matanya, “Hah? Kok bisa?”
Jisoo tersenyum, “iya, dia bilang ke Jisoo katanya suruh rawat Omin”
Seokmin mengerucutkan bibirnya mendengar jawaban Jisoo, oh dia ga mau rawat gue lagi batinnya.
“Dia keliatan baik-baik aja ya kak?”
“No? Dia keliatan sedih”
“Sesedih omin ga kak? Enggak kan?”
“Gatau Omin, kan Jisoo gak tau bisa aja dia nangis di kamar kosnya tapi pas ngobrol sama Jisoo dia bahagia”
“Hmm gitu ya, Omin sedih kak”
“Kenapa?”
“Omin sayang banget sama Soon, tapi gak bisa bareng karena ada benteng tinggi banget yang gak akan pernah bisa Omin hancurin”
Bagaimana rasanya mendengarkan seseorang yang kamu cintai bercerita tentang orang yang dia cintai? Menyakitkan bukan?
“Omin gak mau coba dulu? Siapa tau nanti bisa bersatu?”
Ucapan tersebut memang keluar dari mulut Jisoo, tapi hatinya mengutuk mulutnya yang berkata seperti itu.
“Tuhan kita aja udah beda, gimana mau panjatin doa untuk bersatu?”
Ada suara yang melemah saat Seokmin berkata seperti itu, seperti menahan tangis. Jisoo merasakan sakit yang Seokmin rasakan.
“Tadi Soon ngomong apa aja kak?”
“Ngomongin Omin, katanya Jisoo suruh bahagiain Omin”
Seokmin diam, mencoba memahami maksud dari perkataan Jisoo juga bertanya-tanya apa yang sedang Soonyoung pikirkan sampai ia menyuruh Jisoo untuk membahagiakannya. Bagaimana bisa Soonyoung menyuruh orang lain membahagiakan Seokmin kalau yang bisa membahagiakan Seokmin hanyalah Soonyoung seorang?
“Dia gak mau bahagiain Omin lagi ya kak?”
Demi Tuhan, Jisoo ingin memarahi semesta yang sudah menyusun skenario sejahat ini untuk Seokmin.
“Bukan gitu maksudnya, Soonyoung tetep bahagiain kamu kok tapi sebagai teman aja kayak Mingyu sama Minghao. Gapapa kan Omin?”
Seokmin diam, membayangkan harus melihat Soonyoung seperti ia melihat Mingyu dan Minghao. Membayangkan tidak lagi menempatkan Soonyoung diprioritas utamanya. Membayangkan hal-hal yang ia tidak bisa lakukan lagi dengan Soonyoung.
Sial, ia semalaman menangis karena ini tidak mungkin ia menangis lagi didepan Jisoo.
“Gatau kak, gapapa kali ya? Belum pernah dicoba soalnya”
“Dicoba dulu makanya, kalau gak bisa ya gapapa jangan dipaksa. Yang penting Omin tau kalo Soonyoung ga akan kemana-mana, cuma udah beda aja prioritasnya. Ya?”
Seokmin menganggukan kepalanya, “Takut kak”
“Takut apa?”
“Takut kalau Soon jadian sama kak Jihoon nanti dia lupain Omin, kalau kak Jihoon larang Soon buat ketemu Omin gimana? Takut kalau gak bakal ada Soon dihidup Omin”
“Gak akan, Omin. Percaya ya?”
Seokmin tidak menjawab, ia hanya menganggukan kepalanya.
Setelah makanannya habis, Jisoo buru-buru membersihkan bekas makanan tersebut dan memberikan obat kepada Seokmin
“Kak”
“Iya?”
“Peluk”
Jisoo terkejut dengan permintaan Seokmin barusan, “hah?”
“Peluk, biasanya kalau Omin sakit Soon suka peluk katanya biar cepet sembuh. Kata Soon sakitnya dibagi dua”
Jisoo tersenyum, selalu Soonyoung yang dibicarakan. Beritahu Jisoo bagaimana bisa ia menggantikan Soonyoung?
“Kaaaakk” rengek Seokmin
“Iya iya”
Jisoo menghampiri Seokmin dan memeluknya dengan erat selama 15 menit sebelum akhirnya ia lepaskan
“Kakak nginep aja boleh gaaaak?”
“Gak bisa, kan belum izin sama mama papa” ujar Jisoo, “Omin ikut aja yuk ke rumah, biar Jisoo gampang rawatnya?” lanjutnya
Seokmin menggelengkan kepalanya, “gamau, ngerepotin nanti”
“Gak bakal, mama yang nyuruh. Mama takut Omin kenapa-napa kalau sendirian di kos. Ikut yuk?”
“Naik motor?”
“Ya enggaklah, naik grabcar aja yuk”
“Mauuu”
“Yaudah, Omin ganti baju dulu sama bawa baju yang harus dibawa ya”
“Kakak besok gak usah kuliah ya? Temenin Omin aja”
“Iyaa gak kuliah”
“Yesss, sayang kakak”
Mungkin sayang yang dimaksud Seokmin berbeda dengan sayang yang Jisoo rasakan, tapi gapapa mungkin lain kali akan sama.