Soonyoung pov
Sore ini gue berbeda dari sore-sore sebelumnya, karena kali ini gue sedang di dapur rumah Seokmin bersama ibunya Seokmin. Kami berdua berniat untuk memasak menu makan malam kali ini, soto favorite gue dan ayam bakar favorite Mingyu gak lupa juga dengan kentang balado kesukaan Seokmin sedangkan Minghao tidak request katanya dia akan makan semua masakan yang dimasak.
Oke kali ini gue hanya berdua sama ibu karena Seokmin sedang tidur siang sementara Mingyu dan Minghao pergi keluar, yang gue tau Minghao ingin bertemu mantan kekasihnya yang sering Seokmin sebut dengan sebutan “Anak Taruna”. Mingyu memaksa untuk ikut Minghao dengan alasan receh, “Nanti kalo lo sendirian yang ada lo nangis lagi”. Gue ramal Mingyu akan diturunkan di tengah jalan oleh Minghao.
Menurut pendapat gue, ibu adalah sosok ibu yang menyenangkan. Ibu juga gak pernah neko-neko dalam masalah apapun yang bersangkutan dengan kebahagiaan keluarganya. Fisik ibu sangat mirip dengan Seokmin sementara Chan sangat mirip dengan Abah. Kalau kata ibu, “aa mah anak ibu banget makanya si aa suka nangis, si chan mah anak abah kalau nangis ga ditunjukin”
“Nyong, tolong irisin daun bawang sama cabai ya nak” pinta ibu sambil menunjuk kearah sayuran yang dimaksud
“Iya bu”
Keheningan mengisi udara selama gue dan ibu memasak sampai akhirnya ibu angkat bicara.
“Nak Soonyoung tahu kalau aa sayang sama kamu?”
“Tau bu”
“Kalau kamu sendiri gimana nak? Sayang sama anak ibu?”
“Sayang bu, sayang banget.”
Ibu tersenyum mendengar jawaban yang gue berikan
“Ibu senang kalau Soonyoung sayang sama anak ibu”
“Iya ibu”
“Ibu juga sayang sama Soonyoung, Soonyoung juga sudah ibu anggap sebagai anak ibu sendiri.”
“Soonyoung juga sayang kok sama ibu”
“Soonyoung tahu kan kemana arah pembicaraan ini?”
Gue enggak bodoh untuk tidak mengetahui maksud ibu barusan
“Tau kok bu”
“Kalau bisa jangan ya nak?”
Gue tidak kaget mendengar ucapan ibu jadi gue hanya tersenyum mendengarnya walaupun sejujurnya gue ingin menangis mendengarnya.
“Iya ibu, ini lagi diusahain” ujar gue dengan tetap mengiris cabai
“Nyong sama Seokmin kemarin udah ngobrol banyak bu, kita sama-sama tau kalau kita ga mungkin bareng karena agama kita yang beda” lanjut gue
“Iya nak, ibu gak maksa kamu untuk langsung hapus perasaan kamu ke aa”
“Iya bu, Nyong sama Seokmin sama-sama lagi usaha untuk ngeikhlasin semuanya. Doain ya bu biar Nyong sama Seokmin nemu kebahagiaan yang lain”
“Iya, Nyong. Tiap solat ibu gak pernah lupa untuk doain si aa dan kamu biar kesedihan kalian yang sekarang diganti sama kebahagiaan 200 kali lipat dimasa depan”
“Makasih ya bu atas doanya, Nyong juga gak lupa untuk doain ibu, abah sama chan biar sehat selalu”
Ibu menghampiri gue dan memegang tangan gue, mungkin ibu mendengar suara gue yang bergetar menahan tangis.
“Soonyoung, ibu minta maaf ya kalau aa dateng ke Soonyoung bukan dalam keadaan yang pantas menurut agama Soonyoung. Ibu harap kamu gak anggap ini sebagai perpisahan ya nak? Ibu pengen Soonyoung tetep main kesini, karena ibu suka sekali masak soto buat Soonyoung”
Sial gue malah menangis mendengar ucapan ibu barusan
“Maafin Soonyoung ya bu udah buat Seokmin sedih beberapa bulan belakangan ini”
“Bukan salah Soonyoung, jangan salahin diri sendiri ya nak?”
“Iya bu, makasih ya bu”
Ibu memeluk gue dengan erat sambil terus berbisik mengatakan bahwa gue akan baik-baik saja dan terus meminta maaf kepada gue.
Yang gue tidak tahu adalah Seokmin mendengar semuanya dan ia ikut menangis bersama gue dan ibu.