We both know trying again never works.
Kalau ditanya apa arti Jisoo bagi Seokmin maka jawabannya adalah rumahnya. Dan arti Seokmin buat Jisoo adalah tempat dimana ia merasa aman, tetapi bukan rumahnya.
“Hey, udah lama?”
“Baru sampe kok, Soo. Duduk dulu, aku udah pesen makanan buat kamu.”
“Thanks ya.”
Tidak ada yang memulai percakapan, seolah-olah keduanya mengulur waktu setidaknya mereka bisa menghabiskan waktu bersama sedikit lebih lama. Keduanya diam sibuk dengan urusannya sendiri, Jisoo yang memainkan handphone dam Seokmin yang melihat-lihat interior cafe tersebut.
“Jisoo, kata Wooseok dia kemarin ketemu sama orang tuanya Seungwoo ya? Hasilnya gimana?”
Jisoo menggelengkan kepalanya, “Ya masih kaya kemarin, mereka belum bisa nerima aku tapi seenggaknya mereka mau ketemu aku nanti malam. Sebelumnya mereka gak mau ketemu aku tapi ya ini berkat Wooseok juga, aku titip makasih ya buat Wooseok.”
“Nanti aku sampaiin ke dia.”
“Iya, makasih ya Seok.” Jisoo tersenyum manis, “Aku boleh nanya gak?”
“Nanya apa?”
“Hubungan kamu sama Wooseok itu kaya gimana? Maksudnya aku kenapa kamu sama dia bisa bertahan sedangkan hubungan kita enggak?”
“Jisoo, dari awal kita gak pernah komunikasi dengan benar. Iya kan? Aku yang takut nyakitin kamu dan kamu yang selalu pendam semuanya sendirian. Komunikasi itu bukan kita banget gak sih, Soo? Kita tuh selalu gini, sama-sama takut, sama-sama dipendam sampai jadi bom waktu buat kita. Tapi, ini bukan salah kamu kok.”
“Seok, aku mau jujur sama kamu. Setelah denger ini aku tau kamu bakal benci ke aku dan aku gak masalah karena itu konsekuensi yang aku dapet, tapi aku mohon banget ke kamu untuk jangan larang aku ketemu Sunwoo.”
“Apa, Soo?”
“Waktu kita berantem parah dan aku ada urusan bisnis. Kamu sakit ya Seok? Di rawat di rumah sakit? Kenapa gak bilang ke aku?”
“Aku gak mau repotin kamu, Soo. Lagian kamu kerjanya jauh kan masa iya aku bikin kamu khawatir dan ya aku juga udah gede, bisa rawat diri aku sendiri tanpa nyusahin kamu. Maaf aku gak pernah cerita ya, kamu pasti tau dari Wooseok?”
“Iya, kamu kenal Hyungwon kan?”
“Mantan tunangannya Wooseok? Kamu kenal?”
Jisoo menimang-nimang apakah ia harus memberitahu Seokmin atau tidak, tetapi dia sudah separuh jalan dan rasanya menyesakkan tidak memberi tahu ini kepada Seokmin, “aku tidur sama dia pas bisnis trip.”
Seokmin tersenyum, “aku tau.”
“Kamu tau? Sejak kapan?”
“Sejak Hyungwon mutusin buat akhirin pertunangan dia sama Wooseok. Aku diem-diem ketemu sama dia, tujuan awal aku bikin di babak belur tapi dia cerita semuanya ke aku. Awalnya aku pikir Jisoo yang dimaksud dia itu bukan kamu karena ya berapa banyak sih orang yang namanya Jisoo? Dan pas dia sebut nama kamu aku rasanya kaya apa ya Soo? Aku lebih ke gak percaya sama dia karena ya aku pikir kamu gak mungkin lakuin hal itu ke aku, tapi dia tunjukin foto kalian berdua diatas kasur, wah gila rasanya kepala aku mau pecah. Aku mau marah juga gak bisa karena rasa sayang aku ke kamu lebih besar dari rasa marah aku jadi aku pikir ini karma buat aku dari perbuatan aku yang aku gak sadarin ya ternyata bener kan? Aku punya anak sama perempuan lain, walaupun posisinya pada waktu itu kita belum ada hubungan apa-apa.”
“Kenapa kamu gak bilang?”
“Terus kalau aku bilang buat apa? Aku nunggu kamu jujur, Soo. Aku pengen denger penjelasan dari kamu, aku pengen denger dari mulut kamu kalau yang Hyungwon bilang itu bohong.”
“Seokmin, aku minta maaf.”
“Aku selalu maafin kamu.”
Jisoo tersenyum lega, setidaknya dia sudah berkata jujur kepada lelaki yang disayanginya ini.
“Jisoo, waktu kamu ninggalin aku tau gak kalau aku diem-diem berharap kamu bahagia dan lebih bahagia dari waktu kamu sama aku tapi disatu sisi aku pengen kamu ngerasain sakit yang aku rasain. Waktu ketemu kamu lagi dan liat kamu baik-baik aja, wah gila rasanya aku pengen teriak ke kamu dan bilang gak adil rasanya kalau cuma aku yang menderita sementara kamu enggak.”
“Seok, aku juga menderita kaya kamu. Aku gak bisa tidur tiap malem karena ada rasa bersalah. Waktu tau kamu sama Younjung, aku cemburu Seok dan diem-diem aku berdoa biar hubungan kalian berakhir jadi kamu bisa balik ke aku.”
“Tapi udah gak bisa ya, Soo? Kita udah gak bisa bareng-bareng lagi.”
“Iya, maaf.”
“Aku yang minta maaf.”
“Seokmin, bahagia ya? Aku gak tau kamu nantinya bakal nikah sama Wooseok atau enggak tapi aku harap kamu bisa ketemu sama orang yang sayang sama kamu sebesar rasa sayang aku.”
“Iya, Jisoo. Kamu juga harus lebih bahagia sama Seungwoo daripada waktu sama aku dulu. Semoga urusan kamu sama Seungwoo dipermudah, nanti kalau nikah undang aku.”
Jisoo tertawa, “iya pasti aku undang.”
“Aku duluan ya, Soo. Wooseok nungguin di rumah. Titip salam buat Seungwoo.”
“Iya, sampaiin makasih aku ya ke Wooseok. Aku berhutang banyak ke dia.”
Seokmin tersenyum dan menurut Jisoo itu adalah senyum tertulus yang Jisoo pernah liat, “Iya. Makasih buat semuanya ya Jisoo.”