When we first met
Seokmin masih ingat pertemuan pertamanya dengan Jisoo. Waktu itu Seokmin berumur 24 tahun mendapatkan tugas perjalanan bisnis pertamanya dan tujuannya adalah Bali. Menurutnya lumayan sih, Bali gak terlalu jauh, dia gak perlu susah payah ngomong pake bahasa inggris dan yang paling penting adalah dia bisa malam minggu di salah satu club di kota itu.
Waktu itu Mingyu masih kerja di kantor yang sama dengannya dan Mingyu adalah partnernya kali ini.
“Seok, party gak?”
“Anjing, gue masih capek.”
“Cupu, gue tinggal gapapa?”
“Iye, sana lo cari cewek.”
“Ralat, cari cowok.”
“Ya serah lo dah.”
Seokmin menyumpah serapahi dirinya yang harus merasa lelah dan karena itu dia gak bisa ikut Mingyu untuk bersenang-senang.
Pukul 22.00 Seokmin memutuskan untuk pergi ke salah satu cafe yang berada didekat hotelnya, dan disitulah dia bertemu Jisoo. Jisoo berusia 26 tahun duduk di salah satu sudut cafe dengan buku di tangannya. Cafe di malam minggu cukup ramai dan hanya tersisa satu kursi yaitu didepan Jisoo.
“Permisi? Maaf ganggu tapi gak ada kursi kosong lagi selain di depan lo. Gue boleh duduk sini?”
Jisoo mendongakan kepalanya dan menatap Seokmin, mungkin sedang meneliti apakah Seokmin pria baik-baik atau bukan.
“Iya boleh, duduk aja.”
“Makasih ya, lo baca aja gue gak bakal ganggu kok.”
Jisoo menganggukan kepalanya, “Iya.”
Seokmin menatap layar handphonenya dan melihat foto yang dikirim oleh Mingyu, di foto Mingyu terlihat mabuk dan ada laki-laki asing disampingnya yang akhirnya Seokmin tahu nama laki-laki tersebut adalah Wonwoo. Bisa dibilang Seokmin bosan dan gak tau mau ngapain di cafe ini, tapi kalau balik ke hotel juga malas mau nyusul Mingyu dia juga gak yakin Mingyu masih disana atau pindah ke hotel lain bersama laki-laki tersebut.
“Ajak ngobrol gak ya?”
“Tapi takut ganggu.”
“Muka masnya keliatan baik sih.”
Setelah berdebat dengan dirinya sendiri, Seokmin memberanikan diri untuk mengajak lelaki didepannya untuk mengobrol.
“Sorry gue tau tadi bilang gak bakal ganggu, gue cuma mau nanya nama lo siapa?” Seokmin, lo kedengeran aneh banget.
“Eh? Gak papa kok, nama gue Jisoo.” Jisoo menutup bukunya dan tersenyum manis.
“Pretty.”, batin Seokmin
“Oh, hi Jisoo. Gue Seokmin.” Seokmin mengulurkan tangannya yang disambut oleh Jisoo.
“Halo Seokmin, lo gabut ya?”
“Keliatan banget ya?”
“Iya, sorry tadi gue ngintip lo pas lo keliatan kesel ngeliat handphone.”
“Oh itu? Hahaha gapapa santai aja.”
Jisoo mengangguk, “okay.”
“Lo kesini liburan atau kerja?” Basi banget, Seok pantes ya gak ada pacar.
“Kerja berkedok liburan sih, lo?”
Seokmin tertawa, “Sama dong, jangan-jangan perusahaan lo yang tadi meeting sama perusahaan gue? Tapi kok gue gak liat lo ya disana?”
“Bukan bukan, gue pilot.”
Seokmin membelalakan matanya, “Pilot? Jangan-jangan kamis lalu gue penumpang lo?”
“Bukan kok, gue baru sampai tadi siang.”
“Ooh gitu.”
“Tapi bisa jadi pas lo balik ke Jakarta pilotnya itu gue.”
“Oh ya? Lo ke jakarta hari apa dan jam berapa?” Seokmin terdengar excited atau mungkin terlalu excited. Ya mau bagaimana abis lelaki didepannya ini terlihat manis.
“Minggu, jam 13.00”
“Garuda?”
“Iya. Lo naik garuda?”
Seokmin mengangguk, “Iya, wih pas banget. Bisa ketemu dong pas di Jakarta?”
Jisoo menggeleng, “kayaknya enggak soalnya pas lo turun dari pesawat gue masih harus ngurus ini itu.”
“Yaah, padahal gue mau ketemu sama lo lagi.” Bodoh. Ini kedengeran ngebet banget gaksih?
“Eh? Ya kalau mau ketemu lagi kan gak harus di bandara?”
Wih lampu hijau nih.
“Loh beneran?”
“Iya?”
“Kok lo mau aja diajak ketemu sama gue? Kalau gue orang jahat gimana?”
Jisoo tertawa, “mana ada orang jahat yang pasang wallpaper foto orang tua dihandphonenya?”
Seokmin menggaruk kepalanya, “Iya juga ya.”
“Tapi bener kan itu foto orang tua lo?”
“Iya bener banget.” Seokmin mengacungkan jempolnya, “Boleh minta nomor telpon? Biar gampang kalau mau ajak lo ketemu.” Lanjutnya.
Jisoo tersenyum manis, “boleh banget.”