“Dagingnya taro di kulkas dulu aja kak.” Ucap Jun sambil menunjuk kearah kulkas yang tersedia
“Oh okay, segini cukup kan ya Jun?”
“Cukup kok kak, lagian kita gak bakal makan banyak.”
Jisoo mengangguk, “Wonwoo mana ya? Kok gak keliatan?”
“Bentar lagi juga turun, tadi dia tidur sebentar.”
Tepat setelah Jun menjawab pertanyaan Jisoo ada suara langkah kaki dari arah tangga.
“Eh kak Jisoo udah sampe?”
Jisoo mengangguk, “barusan banget.”
“Kok sepi banget? Pada kemana?”
“Anak-anak lagi pada diluar tuh main, Mingyu sama Minghao lagi siapin buat bakar-bakar kalo Seokmin lagi naruh barang di kamar.”
Canggung. Jisoo gak tau mau ngomong apa masalahnya dia lupa dengan kedua orang disampingnya.
“Won, Jun gue pengen nanya tentang Jisoo yang dulu di mata kalian boleh?”
“Boleh lah sambil duduk aja yuk kak.” Jun menarik tangan Jisoo dan menggiringnya ke ruang tengah diikuti Wonwoo dibelakangnya.
“Jadi apa yang lo pengen tau kak?”
“Apa aja, mulai dari gimana gue bisa kenal kalian mungkin?”
Wonwoo dan Jun saling tatap saling memberi signal untuk siapa yang akan menjawab duluan.
“Gue dulu deh, kita pertama kali ketemu waktu double date.”
“Serius won? Double date?”
“Iya, waktu itu Seokmin yang ngide sih katanya pengen ngenalin lo ke Mingyu dan Mingyu pengen ngenalin gue ke Seokmin jadi dia bilang double date aja sekalian nah yaudah kita ketemu disitu. Dari situ kita emang jarang jalan bareng soalnya lo kan sibuk tuh jadi pilot dan rumah lo di Bandung tapi biasanya kalau lo main ke Jakarta pasti kita suka main kok, beberapa bulan baru deh kita kenalan sama Jun.”
“Bukannya waktu lo ke Bandung lo nginep di rumah Jisoo ya? Seinget gue lo disitu baru ketemu 2 kali?”
Wonwoo mengangguk, “oh iya bener, dulu gue sempet ke Bandung mau kabur dari masalah dan gue tanya lo hotel yang murah dimana eh lo malah nyaranin gue rumah lo. Tapi gue bersyukur banget ketemu sama orang tua lo kak, mereka baik banget.”
Jun memajukan badannya, “gantian guee ya.”
Jisoo mengangguk, “iya jun.”
“Kita pertama ketemu waktu Minghao ngenalin gue ke kalian dan Mingyu Seokmin, itu kayaknya 2 bulan sebelum pernikahan gue. Oh iya gue dijodohin makanya emang gak kenal lama sama Minghao.”
“Lo dijodohin?” Jisoo menatap Jun dengan tidak percaya masalahnya Jun dan Minghao terlihat sangat sayang satu sama lain seperti orang yang sudah kenal dan menjalin hubungan cukup lama.
“Seriussss, emang keluarga gue dan Minghao agak gimana gitu ya tapi gue bersyukur soalnya gue sayang banget sama Minghao.”
“Keliatan kok.”
“Seok, bawa gitar gak?” Tanya Wonwoo.
“Bawa won, mau gue ambil?”
Wonwoo dan Jun mengangguk, “Plis udah lama banget gak denger lo nyanyi.”
Seokmin hanya mengangguk lalu berjalan meninggalkan halaman villa untuk mengambil gitar di mobilnya.
“Sorry hao, gue pengen nanya Seokmin bisa nyanyi?”
Minghao tertawa mendengar pertanyaan Jisoo, “sorry sorry, iya bisa nyanyi jago juga dia main gitarnya.”
Jisoo hanya menganggukan kepalanya, “baru tau.”
Seokmin kembali dengan menenteng gitar kesayangannya, “mau request lagu apa?”
Seungkwan mengangkat tangannya, “Om lagu yang dulu om suka nyanyiin bareng om Jisoo.”
Jisoo mengerutkan dahinya, “hah gue bisa nyanyi?”, batinnya.
“Oh my lagu sheila on 7 yang Anugrah terindah yang pernah kumiliki?”
“Iyaaa ituuu.” Seungkwan menjawab dengan senang, “Aku kalo denger lagu itu ingetnya om Seok sama om Jisoo doang.” Lanjutnya.
“Kali ini om nyanyi sendiri ya, kayaknya om Jisoo lupa nih lirik lagunya.” Seokmin tahu dari ekspresi Jisoo kalau ia tidak ingat ini adalah lagu favorite mereka berdua dan sering dinyanyikan dimanapun mereka berada.
Melihat tawamu
Mendengar senandungmu
Terlihat jelas di mataku
Warna-warna indahmu
Menatap langkahmu
Meratapi kisah hidupmu
Terlihat jelas bahwa hatimu
Anugerah terindah yang pernah kumiliki
“Iiiih makasih ya om!!!!”
“Sama-sama seungkwan.”
“Ican, Sunoo, Chenle kita nonton film yuk di atas!” Ajak Seungkwan sambil menarik tangan mereka satu persatu.
Mingyu dan Wonwoo hanya tertawa melihat ekspresi senang Seungkwan ditambah Seungkwan yang paling tua ini seperti ketua geng yang diikuti anak buahnya kemana-mana.
“Anak lo gyu, mirip banget sama lo.”
“Iyalah anak gue, kalo mirip lo malah aneh seok.”
Minghao tertawa, “Sunoo ngeselinnya mirip lo nyet.”
“Sialan, chenle juga noh mirip lo.”
Jun tertawa mendengarnya, “aneh dong kalo chenle mirip wonwoo.”
“Iyasih.”
Jisoo melihat sekelilingnya, ada Jun yang bersender di pundak Minghao, ada Wonwoo dan Mingyu yang berpegangan tangan dan ada Seokmin yang mengelus punggungnya lembut.
“Seok, kesitu yuk? Langitnya bagus.” Jisoo menarik tangan Seokmin dan menggiringnya ke tempat yang dimaksud.
“Langitnya bagus? Ini kamu bilang i love you secara tersirat soo?”
“Pedeeee, beneran langitnya bagus. Liat deh bintangnya banyak banget.”
“Kamu suka?”
Jisoo mengangguk, “Aku seneng deh udah balik ke tempat yang seharusnya. Makasih ya Seokmin waktu itu mau dateng ke rumah dan gak nyerah buat bantu aku inget masa lalu aku.”
Seokmin menghadapkan badannya kearah Jisoo, “aku yang makasih ke kamu karena udah mau balik ke aku.”
“Makasih udah jaga Sunoo ya? Dia tumbuh jadi anak yang baik karena kamu.”
Seokmin tidak menjawab ucapan Jisoo, ia menangkup wajah Jisoo dengan tangannya dan mencium bibir Jisoo.
Diam-diam ada yang memperhatikan mereka dari jauh, merasa bahagia karena laki-laki bertubuh kecil itu menemukan kebahagiaannya.
“Joshua, bahagia ya sama Seokmin. Maaf aku terlalu cupu untuk ngasih tau kebenarannya, ini demi keselamatan kamu juga. Maaf dulu aku naruh kamu dalam bahaya. Aku sayang kamu. Selalu.”
“Woi ke kamar kali cium-cium aja lu.” Mingyu meneriaki Seokmin dan Jisoo yang sedang berciuman.
“Tai, ganggu aja.” Balas Seokmin dengan tertawa.
“Ayo soo kita ke kamar.” Ajak Seokmin sambil tersenyum.
Sifatmu nan s'lalu
Redakan ambisiku
Tepikan khilafku
Dari bunga yang layu
Saat kau di sisiku
Kembali dunia ceria
Tegaskan bahwa kamu
Anugerah terindah yang pernah kumiliki