Selama diperjalanan, Seokmin memberitahu Jisoo bahwa ia masih mempunyai orang tua yang lengkap dan sehat. Jisoo juga memiliki seorang kembaran, namanya Jeonghan dan dia sudah menikah dan memiliki satu anak laki-laki.
Jisoo tidak pernah merasa senervous ini sebelumnya, waktu dulu dikenalkan oleh Mr.Chwe ke kolega dan rekan bisnisnya Jisoo santai saja tidak nervous sama sekali padahal momen itu sangat penting untuk karir Jisoo kedepannya tapi sekarang jantung Jisoo berdegup kencang dan tangannya mulai dingin, hal ini karena sekarang dia sudah didepan rumah keluarga Hong. Ada orang tua dan kakaknya di dalam rumah tersebut, yang Jisoo takutkan adalah mereka marah dan tidak menerima Jisoo lagi.
“Papi kok bengong sih? Ayo masuk.” Ajak Sunoo sambil menggandeng tangannya.
Seokmin tahu Jisoo sedang gugup jadi ia rangkul bahu Jisoo dan mengelusnya pelan, memberi rasa aman dan nyaman.
“Assalamualaikum grandma, grandpa ini Sunoo bawa hadiah!” Teriak Sunoo dari depan pintu sambil mengetuk-ngetuk pintu berwarna coklat tersebut.
Tepat ketika pintu terbuka, Jisoo dapat melihat seorang lelaki yang memiliki wajah mirip dengan dirinya.
“JISOO!!!!” Laki-laki tersebut langsung memeluk Jisoo dengan erat.
“oh ini kak jeonghan?”, batinnya.
“Halo kak han?” Jisoo membalas pelukan Jeonghan sambil mengelus pundak Jeonghan dengan lembut.
“Jisoo, gue kangen banget sama lo.”
“Gue juga kak.”
Jeonghan melepaskan pelukannya dan menarik tangan Jisoo untuk membawanya ke dalam rumah.
“Ma, Pa Jisoo pulang.” Ucap Jeonghan sesampainya mereka di ruang yang Jisoo tebak adalah ruang keluarga.
Di ruangan tersebut, Jisoo dapat melihat dua manusia paruh baya yang sedang menangis.
“Pa, ma?” Sapa Jisoo dengan berjalan pelan menghampiri kedua orang tuanya.
“Jisoo, anak mama.” Mama Hong langsung menarik anak bungsunya ke dalam pelukan diikuti oleh Papa Hong yang ikut memeluknya.
“Papa kangen sama kamu, Jisoo.”
“Maafin Jisoo ya, pa ma gak inget tentang kalian sama sekali.” Jisoo menangis didalam pelukan kedua orang tuanya.
“Mama gak masalah, Jisoo. Selama kamu pulang ke rumah mama udah seneng.”
“Bukan salah kamu, nak. Papa seneng kamu pulang ke rumah.”
Ada Jeonghan, Seungcheol dan Seokmin yang ikut menangis melihat interaksi tersebut. Ada Sunoo dan Chan yang diam-diam berpelukan, memberi rasa aman dan nyaman untuk satu sama lain.
“Jisoo lapar nak? Mama buatin soto kesukaan Jisoo, makan ya?”
“Iya ma, Jisoo laper. Tadi Seokmin gak mau makan dulu.”
“Gimana sih lo seok? Masa adek gue dibuat kelaperan?” Ucap Jeonghan
“Eh? Kan ceritanya mau makan disini kak.” Sanggah Seokmin sambil menggaruk kepalanya.
“Ini kamar aku seok?”
“Iya, itu kan ada 2 pintu kan samping lemari nah yang sebelah kiri itu kamar mandi tapi kalo yang kanan pintu penghubung.”
“Penghubung? Kemana?”
“Narnia.”
Jisoo memutar bola matanya, “serius ih.”
“Kamar kembaranmu lah.”
“Aku deket banget ya sama kak han?”
Seokmin menganggukan kepalanya, “Banget. Dulu waktu aku mau deketin kamu yang galak banget ke aku bukan papa atau mama tapi kak han.”
Jisoo membelalakan matanya, “beneran?”
“Iya. Galak banget kak han tuh, eh tapi kamu jangan ngadu ya.” Seokmin menaruh satu jari didepan mulutnya.
Jisoo tertawa, “oke rahasia kita aja ya.”
Jisoo melihat sekeliling kamarnya, ada foto dia memakai seragam pilot, ada piala dan sertifikat yang dipajang disalah satu lemari kaca. Ada foto Jisoo sewaktu kecil dan ada foto Jisoo dengan laki-laki berpipi tembam yang dia tidak kenal.
“Ini siapa, Seok?”
Seokmin bangkit dari posisi tidurannya dan menghampiri Jisoo yang sedang memandangi foto Jisoo dan Soonyoung memakai seragam pilot.
“Soonyoung. Kwon Soonyoung.”
“Temen aku?”
“Sahabat kamu, kamu deket banget sama dia ya sedeket kamu sama kak han gitu. Kamu kenal dia waktu sekolah penerbangan eh taunya satu tempat kerja jadi makin nempel deh kalian.”
“Dia kemana seok?”
Seokmin tersenyum miris, “Copilot waktu kamu kecelakaan itu dia.”
“Kamu bercanda kan seok?” Jisoo menatap Seokmin berusaha mencari kebohongan dimatanya.
“Enggak sayang, maaf ya.”
Jisoo menangis, ada rasa sesal yang entah kenapa hadir memenuhi dadanya.
“Soonyoung punya anak kaya aku seok?”
“Enggak, dia baru tunangan. Kalau gak salah kamu sama Soonyoung ke Paris itu mau beli hadiah buat Jihoon.”
“Jihoon?”
“Tunangan Soonyoung. Kamu bantu Soonyoung untuk kasih kejutan buat Jihoon, kejutannya itu ya hadiah dari Paris. Makanya kamu sama Soonyoung excited banget waktu mau ke Paris, selain alasan kalian udah janji buat keliling Eropa berdua ya karena kamu gak sabar liat Soonyoung nikah.”
“Jihoon dimana?”
“Ada kok, aku masih sering ketemu dia kalau aku berkunjung ke makam kamu. Dia gak baik-baik aja karena Jihoon gak punya siapa-siapa selain Soonyoung.”
“Aku mau minta maaf sama Jihoon.”
“Bukan salah kamu sayang, dulu aku pernah minta maaf ke Jihoon on behalf of you dan dia bilang bukan salah kamu Jisoo. Selain itu dia udah punya pasangan baru kok ya walaupun aku masih suka ketemu dia di pemakaman. Katanya gak ada yang bisa gantiin Soonyoung dihidupnya.”
Seokmin menarik Jisoo kepelukan saat ia tahu tangisan Jisoo semakin kencang, “kamu mau ke makam Soonyoung?”
Jisoo menganggukan kepalanya.