heavenspile

Sumpah demi Tuhan Seokmin bukan orang yang cemburuan dan posesif dalam menjalani suatu hubungan, Seokmin sama sekali tidak masalah kalau pacarnya pergi berdua saja dengan temannya tapi Seokmin paling kesal kalau janjinya dibatalkan satu pihak terlebih jika orang yang diajak bertemunya tidak memberi kabar sama sekali.

Sekarang Seokmin sudah diatas motor kesayangannya di tempat yang sama seperti kemarin, Seokmin sudah mengingatkan Jisoo di jam makan siang bahwa ia akan menjemputnya dan dibalas dengan acungan jempol oleh Jisoo.

“Hi, Seok.”

“Naik.”

Jisoo tahu Seokmin sedang marah kepadanya dan ia tahu bahwa Seokmin berhak untuk itu.

“Mampir ke rumah? Tapi aku mau ngerjain tugas sama kerjaan kantor.”

“Iya, aku nonton netflix aja di kamar kamu.”

“Okay.” Ujar Jisoo sambil membukakan gerbang rumahnya agar motor Seokmin bisa masuk.

Terhitung sudah 2 jam lebih Seokmin berbaring di atas kasur Jisoo, jam menunjukkan pukul 9 malam dan si pemilik kamar masih sibuk didepan laptop.

“Kak?”

“Hmm?” Sahut Jisoo tanpa menengok ke arah Seokmin

“Kemaren kemana?”

Tidak ada jawaban.

“Kak?”

“Eh? Makan doang kok sama mas Seungwoo kemaren dia mau traktir gitu.”

“Berdua?”

“Iya.”

Seokmin tidak masalah Jisoo berdua saja dengan laki-laki tersebut yang menjadi masalah adalah Jisoo yang biasanya tidak pernah lupa dengan Janjinya mendadak lupa, tidak seperti biasanya.

“Jangan gitu lagi ya, aku gak masalah kamu makan malem berdua doang sama dia, aku juga gak masalah kamu jalan sama orang lain asal bilang sama aku kak. Aku kayak orang bego tau gak di depan kantor kamu berjam-jam taunya yang ditungguin udah gak ada di kantor.”

Jisoo menghela nafas, harusnya ia merasa bersalah tetapi mungkin karena perasaan lelah dan stress ia menjadi kesal atas ucapan Seokmin barusan.

“Kan aku udah minta maaf? Gak usah diperpanjang lagi lah.”

“Loh? Aku kan cuma minta sekali doang loh kak kenapa kamu jadi marah?”

“Seok kamu bisa gak sih ngertiin aku? Aku capek banget sama kuliah dan magang aku, aku cuma minta kamu jangan nambah beban aku.”

“Jadi aku nambah beban kamu kak? Aku cuma minta ke kamu untuk lain kali bilang ke aku bukan minta kamu ngejauhin Seungwoo.”

“Aku butuh temen lain, seok buat jadi batu loncatan di tempat magang. Mas Seungwoo mau bantu aku di tempat itu.”

“Aneh lo kak, gue gak peduli kak hubungan lo sama Seungwoo-Seungwoo itu. Gue cuma minta lo ngomong kalo mau batalin janji, ini kenapa jadi merambat kesana sih?”

“Seok udah ya? Kamu mau aku minta maaf lagi? Perlu aku sujud di kaki kamu?”

Seokmin terkejut dengan ucapan Jisoo barusan, “Gila ya lo. Sumpah lo gila banget kak.”

Jisoo menghela nafas, ia kelewatan dan ia tahu itu hanya saja egonya terlalu tinggi dan ia enggan meminta maaf.

“Besok Kalea balik ke Yogya jadi malem ini gue mau ketemu dia, gue cabut. Tenangin diri lo dulu, jangan chat gue kalo lo belum tenang.”

Seokmin dengan segera mengambil jaketnya diatas kasur Jisoo dan pergi meninggalkan Jisoo sendirian.

“Jadi kamu stay di Depok sampe hari apa le?” Tanya Seokmin sesaat setelah Kalea memasuki mobil yang Seokmin pinjam dari Minghao.

“Sabtu malem aku balik ke yogya.”

“Oh kamu masih ada kerjaan buat kamis jumat?”

Kalea menganggukan kepalanya, “iya, shooting music video.”

“Ooh gitu.”

Tidak ada lagi pembicaraan, Seokmin yang fokus mengendarai mobil dan Kalea yang sibuk bermain handphone.

“Eh seok, ini pacar kamu gapapa? Aku gak enak loh minjem kamu seharian.”

“Gapapa kok, malah dia yang nyuruh aku nganterin kamu pulang juga.”

“Pacar kamu baik, cocok sama kamu.” Ujar Kalea sambil tersenyum manis

“Kamu gimana? Masa secantik kamu ga ada pacar?”

Kalea tertawa mendengar ucapan mantan kekasihnya barusan, “ya karena aku cantik seok makanya susah cari pacar.”

“Yeee serius le, emang ga ada yang berani deketin kamu gitu?” Tanya Seokmin sambil melirik Kalea sekilas

“Hmm ada lah yang deketin tapi ya gitu seok.”

“Gitu gimana?”

“Ada niat buruknya, kemarin aku dideketin sama selebgram gitu taunya dia buat naikin engagement doang terus ada juga nih anaknya ganteng sih taunya dia matre parah.”

Seokmin tertawa mendengar cerita Kalea barusan, “demi apa? susah sih emang kalau udah terkenal gini ya jadi ga bisa bedain mana yang tulus mana yang enggak.”

Kalea menganggukan kepalanya, “bluetooth boleh ya seok?”

“Iya pake lagu dari handphone kamu aja.”

Setelah bluetoothnya sudah terkonek dengan sempurna, Kalea sibuk memilih lagu yang akan diputar untuk menemaninya dan Seokmin selama diperjalanan.

Cause I can't make you stay if you wanna go But I will wait for you to say “Come home” Now might not just be the time for us But know that what we have will always last

Sesampainya di studio foto Seokmin memutuskan untuk mengambil foto Kalea yang sedang bergaya di balik kamera, “cantik”, batinnya.

Jam menunjukkan pukul 12 siang yang artinya sudah masuk jam makan siang, Seokmin yang sedaritadi memainkan handphonenya menunggu balasan pesan dari Jisoo yang sayangnya tidak kunjung datang.

Omin maaf aku udah ada janji makan siang sama temen kantor, kamu makan siang sendiri aja ya, pesan tersebut masuk bertepatan dengan Kalea yang menepuk pundaknya.

“Makan siang bareng yuk?”

Seokmin dan Kalea memutuskan untuk makan di restoran dekat studio barusan dengan alasan agar tidak terlalu jauh untuk balik ke tempat tadi.

Sialnya ia melihat Jisoo sedang asyik makan berdua dengan lelaki yang tidak ia kenali, Jisoo sepertinya tidak menyadari kehadiran Seokmin. Harusnya Seokmin merasa biasa saja karena posisinya ia juga sedang makan siang bersama mantan kekasihnya tetapi yang membuat ia merasa marah adalah bagaimana lelaki didepan Jisoo dengan sangat santai mengelus kepala Jisoo dan Jisoo yang terlihat tidak kaget seakan-akan tindakan barusan adalah hal biasa baginya.

“Seok? Kamu kenapa?”

“Oh? Gapapa kok, makan le nanti kamu sakit lagi.”

“Yee kamu yang makan tuh aku daritadi udah makan, jangan bengong mulu.”

“Le.”

“Apa?”

“Kalo kamu liat pacar kamu dielus rambutnya sama orang lain marah gak?”

“Pacar kamu disini?”

“Jangan teriak, kebiasaan.” Ucap Seokmin karena ucapan Kalea barusan membuat lelaki didepan Jisoo melirik kearah mereka.

“Sorry, tapi bener?”

“Iya.”

“Yang mana?” Tanya Kalea dengan matanya yang menatap keseluruh ruang di restoran tersebut.

“Gak perlu tau. Kamu cemburu gak kalau gitu?”

“Iyalah, kamu gak inget emang waktu kamu jadi menang turnamen futsal terus ada cewek yang nyamperin kamu aku udah marah banget? Apalagi ini elus-elus.”

“Aku lupa kamu cemburuan parah.”

“Whats mine is mine, i dont share.” Ujar Kalea sambil menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya, “Pojok kanan pake baju warna coklat pacar kamu ya?” lanjutnya

“Iya.”

“Damn, ganteng juga.”

Seokmin mendelik mendengar ucapan barusan, “ya aku ganteng pacar aku juga harus ganteng lah.”

“Cowok depan pacar kamu naksir pacar kamu, keliatan banget.”

“Masa?”

“Bukan bikin cemburu ya seok, tapi cara dia ngeliatin Jisoo itu kayak ada heart eyesnya gitu paham gak? Kayak kamu liat pacar kamu gitu.”

Seokmin diam, ia langsung tidak nafsu makan.

“Tapi yaudahlah kan kamu pacarnya, udah pasti dia sayangnya sama kamu. Kalau kata aku juga pacar kamu itu gak bakal kegoda sama cowok didepannya, percaya deh sama aku pacar kamu tipikal cowok setia.”

“Iyasih. Percaya nih le?”

Kalea tertawa melihat Seokmin dengan muka cemberutnya, “Gak usah cemberut lah, percaya sama aku. Lagian kalau pacar kamu naksir cowok itu its his loss gaksih? Cowok kayak kamu cuma satu di dunia masa disia-siain?”

“Coba ngomong gitu le ke kamu di masa lalu.”

Kalea tertawa mendengar sindiran Seokmin barusan, “siaaalaaaaan.”

“Aku udah di depan.” Jisoo membaca pesan yang dikirim oleh kekasihnya, segera setelah ia membalas pesan tersebut ia buru-buru membereskan barangnya diatas meja dan pamit kepada teman kantornya, “mas, mba duluan ya.”

Jisoo bisa melihat motor Seokmin didekat gerbang masuk kantornya, si pemilik motor sedang asyik memainkan handphonenya.

“OMIIIIIN!!”

Seokmin yang mendengar panggilan Jisoo buru-buru memasukan handphonenya kedalam kantong jaketnya lalu melambaikan tangan kearah Jisoo.

“KAKAAAAAKK!!”

Jisoo mempercepat langkah kakinya, sesampainya ia didepan Seokmin ia buru-buru menarik badan Seokmin kedalam pelukannya.

“Kangen bangeeeett.”

“Waduh berat inimah kangennya udah stadium akhir ya kak?”

“Iya.” Jawab Jisoo sambil melepaskan pelukannya.

“Ye manyun aja tu bibir, cium nih.”

“Cium dong.”

“Anjing nantangin lagi, udah buruan naik aku tinggal nih.”

“Ish.”

Diperjalanan tidak ada yang memulai pembicaraan, Seokmin tahu Jisoo lelah seharian ini makanya ia ingin Jisoo beristirahat sedangkan Jisoo sedang malas berbicara jadi ia hanya mengalungkan tangannya dipinggang Seokmin dengan erat.

Sesampainya di warung nasi goreng yang dibicarakan tadi malam, Seokmin dan Jisoo langsung memesan menu makanan yang mereka inginkan.

“Di kantor gimana kak?”

“Not so bad sih min, tau gak tadi aku udah bilang aku bisa kerjain tugasnya so they gave it to me dan mereka bilang mereka suka hasil kerja aku.”

“Keren banget pacar aku.”

“Terus ya kan kamu tau aku magang di start up gitu jadi tadi aku ngambil snack sama ice creamnya mulu, kayaknya aku kelar magang jadi gendut deh.” Ujar Jisoo sambil mengelus perutnya.

“Mau gendut kek mau kurus kek kamu mah tetep cakep.”

“Basiiiiii.”

“Tadi aku sempet ke kampus udah mau pemira aja, sayang banget aku baru bisa nyalon semester depan.”

“Kamu mau jadi ketum?”

“Mau banget, ngeliat bang Jinhyuk tuh jadi motivasi aku banget. Dia time managementnya bagus, anaknya ramah pula.”

“Jinhyuk emang keren sih, min. Aku sempet ngobrol beberapa kali sama dia, wawasannya luas banget. Aku yakin kok kamu bisa kayak dia malah lebih dari dia.”

“Iyaya? Liat nanti lah, belum percaya diri.”

“Apapun keputusannya aku dukung kamu kok.”

“Makasih banyak ya kak.”

Hening.

Seokmin yang melihat Jisoo mengantuk langsung meraih telapak tangan Jisoo dan mengelusnya secara lembut sesekali ia memberikan kecupan ditelapak tangan kekasihnya.

“Capek banget ya kak?”

“Maybe? Kayaknya karena belum terbiasa nanti lama-lama ga terlalu capek kok.”

“Yee mana ada malah makin lama makin capek kali.”

“Hmm iyaya?”

“Kalau capek bilang ke aku ya kak?”

“Iyaa, emang kalau aku bilang kamu bakal pijitin aku?”

“Iya nanti aku pijitin, pijit plus-plus juga boleh.”

“OMIIIN!” Ujar Jisoo sambil memukul tangan Seokmin yang sedang mengelus tangannya.

“Kalau capek bilang ya kak, mau capek fisik atau mental bilang aja. Cerita kalau ada hal yang bikin kamu kurang srek, aku belum tentu bisa bantu tapi seenggaknya aku tau kalau kamu lagi capek atau kesel ya siapa tau aku bisa jadi punching bag kamu?”

“Iya Omin, makasih yaaa.”

Seokmin pov.

Kalau ditanya apa yang membuat gue impulsif dan secara tiba-tiba mengajak Jisoo untuk jadi kekasih gue adalah sesimpel Jisoo makes me happy in a way no one else can. Jisoo memiliki kepribadian 180° berbeda dengan gue. Mungkin itulah alasan mengapa gue merasa cocok dengan dia, katanya perbedaan menyatukan.

Ohiya sekarang gue dalam perjalanan menuju rumah pacar baru gue (JIAAKKKKH) rencananya mau ke warung bubur langganan gue di Depok.

“Ayo min langsung jalan aja, papa mama lagi keluar.”

“Loh kemana kak?”

“Ke rumah saudara di Bogor.”

“Ooh gitu.”

Gue dan Jisoo memutuskan untuk memanggil satu sama lain dengan panggilan yang biasa gue pakai ketika gue lagi manja, dia memanggil gue omin dan gue akan memanggil dia dengan si kakak. Gemes kan?

Sesampainya gue dan Jisoo di warung bubur, babeh langsung menyambut gue dan Jisoo

“Widih sekarang kesini sama yang ini mulu.”

“Pacar saya nih beh sekarang.”

“Anak muda cepet juga yak jadiannya?”

“Lah kalo kelamaan takut diambil orang.”

“Iyaya bener juga lu. Kemaren si Unyong kesini sama yang kecil.”

“Ooh pacarnya itu beh.”

“Iye tau gue juga. Kayak biasa nih pesenan lu?”

“Iya beh.”

“Siap, duduk dulu nanti gue yang anter.”

Sebenarnya baik gue dan Jisoo merasa tidak ada yang berubah dari hubungan kami selain panggilan untuk satu sama lain sisanya masih terasa sama.

“Min, kamu masih main sama Soonyoung kan?”

“Lah masih dong, kenapa emang?”

“Nanya aja, soalnya si babeh kayaknya kaget kamu kesininya sama aku.”

“Iya kan biasanya sama Soon kemana-mana tiba-tiba sama kamu pasti banyak yang bingung kak.”

“Iyaya.”

“Iya, jangan cemburu lah, aku sama Soon udah ga ada apa-apa”

Jisoo tidak menjawab ucapan gue barusan tetapi ia menganggukan kepalanya

“Eh ada hubungan sih, temen.”

“Yee kalo itu aku juga tau.”

“Tapi Soonyoung beruntung loh bisa cairin Jihoon.”

“Iya, aku juga kaget pas tau kak Ji sukanya sama Soon. Emang jodoh gak kemana kak.”

“Bener, jodoh gak kemana.”

“Iyalah, nih jodoh aku aja didepan aku sekarang.”

“Males banget.”

Aneh banget rasanya ngeliat Junhui duduk di sofa apart Minghao dengan satu tangan memegang gelas berisi kopi dan di tangan lain memegang remote televisi, terasa domestik.

“Jadi tujuan lo dateng ke Depok itu apa kak?”

“Kangen sama lo.”

“Basi.”

Jun tertawa mendengar ucapan sarkas barusan, “beneran.”

“Serah, yaudah ayo ngomong keburu malem.”

“Malem gue nginep sini aja kali ya?”

“Serah.”

Hening. Baik Minghao dan juga Jun saling menunggu satu sama lain untuk memulai pembicaraan.

“Hao.”

“Hm?”

“Ayo jadian.”

Minghao menatap Jun dengan tidak percaya, “sakit ya lo?”

“Serius, ayo mulai dari awal lagi. Kenalan dari awal, lupain yang dulu.”

Tidak ada jawaban dari bibir Minghao.

“Maafin gue, hao. Gue tau semua salah gue makanya gue berani minta maaf sama lo. Dari 2 tahun lalu semenjak masalah itu yang ngebuat lo mau ngerantau kesini gue selalu minta maaf sama lo, tinggal dari diri lo sendiri mau gak maafin gue?”

“Kak, lo tau gue udah maafin lo.”

“Terus masalahnya apa?”

“Gue belum bisa nerima lo, kak. Mau gimana juga lo alasan dibalik gue ogah untuk berkomitmen.”

“Cewek yang di twitter lo kemarin itu siapa? Cantik.”

“Temen gue.”

“Dia ya?”

“Apanya?”

“Yang bikin lo bisa lupain gue? Yang bikin lo mau ketemu gue lagi?”

“Mungkin?”

Jun terdiam. Memang semua salahnya dan dia tidak mempunyai hak untuk cemburu.

Dulu Minghao yang mengejarnya, beberapa minggu sekali Minghao akan mengunjungi Jun ke asramanya. Berkat Minghao dia bisa diterima di pendidikannya sekarang karena Minghao selalu menyemangatinya. Sampai akhirnya Minghao mengungkapkan perasaannya kepada Jun yang ditolak mentah-mentah oleh Jun dengan alasan basi “gue mau fokus pendidikan hao.” Nyatanya ia berpacaran dengan lelaki lain.

Setelah putus ia kembali dekat dengan Minghao dan Minghao masih menyukainya. Mereka akan bertemu, memadu kasih lalu Jun akan menghilang seakan pertemuan kemarin tidak ada artinya. Beberapa minggu kemudian Jun akan kembali menghubungi Minghao, mengajaknya bertemu lalu hilang lagi. Siklusnya selalu seperti itu. Jun yang terlalu percaya diri mengira bahwa Minghao tidak akan kemana-mana sedangkan Minghao terlalu bodoh karena selalu menerima Jun lagi dan lagi. Terlalu sayang, katanya.

“Palingan abis ini lo ngilang beberapa bulan kemudian lo dateng lagi seakan-akan lo gak ada salahnya. Gitu terus, capek kali?”

“Gue sibuk hao.”

“Sibuk pacaran sama orang Bandung?”

“Astaga.”

“Udah deh kak, gue capek. Ujung-ujungnya kayak gini lagi, mending gak usah dibahas. Lo-lo, gue-gue. Gak usah ada status juga gak masalah dari dulu juga gitu kan?”

“Ini lo nolak gue?”

“Iya, untuk sekarang. Gue masih belum bisa nerima lo karena gue tau ujung dari cerita ini kak. Paling juga besok lo ngilang lagi.”

this is minghao trying to let junhui go.

Seokmin tahu apa yang ingin Soonyoung bicarakan dari semalam setelah Soonyoung mengiriminya pesan ia langsung menerka-nerka alasan dari ajakan Soonyoung tersebut sampai akhirnya ia menemukan satu hal yang masuk akal. Jihoon. Pasti tentang Jihoon.

“Waduuh berdua lagi nih datengnya? Yang kemaren lu pada gandeng dikemanain?”

Itu babeh yang bertanya dengan semangat.

“Ada beh, lagi sibuk makanya berdua kesini.” Jawab Seokmin dengan tersenyum

“Kayak biasa ya beh.”

“Siap.”

Saat mereka menunggu makanan biasanya akan diisi dengan candaan dan obrolan yang mengalir begitu saja. Bedanya kali ini Seokmin menunggu Soonyoung untuk berbicara.

“Kenapa sih? Tegang banget mukanya? Ngehamilin anak orang lu?”

“Anjing Seokmin, mulut lo dijaga ya.” Ujar Soonyoung sambil mengelus dadanya.

“Yaudah terus kenapa? Muka kamu tegang banget abisnya.”

“Maaf ya, Seok.”

Benar. Prediksinya benar. Pasti tentang Jihoon.

“Kenapa?”

“Aku pacaran sama Jihoon.”

Soonyoung memainkan jemari ditangannya, ia tidak berani menatap Seokmin.

“Kenapa minta maaf? Kan kamu gak salah.” Ucap Seokmin dengan tersenyum.

“Aku bilang waktu itu bakal nungguin kamu punya pacar baru mau move on, taunya bullshit banget. Maaf ya, aku gak nepatin janji.”

“Kamu gak janji apa-apa tentang itu Soonyoung, tapi kamu janji untuk bahagia terus kan?” Tanya Seokmin, tangannya kini menarik jemari Soonyoung dan mengelusnya lembut.

“Iya.”

“Kamu bahagia?”

“Bahagia, Seok.”

“Yaudah kalo gitu, tandanya kamu gak ingkar janji dan kamu gak perlu minta maaf.”

“Maaf ya aku ngelupain kamu lewat orang lain?”

Seokmin mengelus rambut Soonyoung lembut, “No need to feel sorry, bahagia terus ya ganteng.”

“Kamu juga harus bahagia. You deserves it.”

“Iya, aku usahain ya.”

“Kamu gapapa kan, Seok?”

“Gapapa kok, it such a privilege to have my heart broken by you.”

Jisoo terbangun dari tidurnya, ia merasakan badannya terasa remuk. Dengan segera ia membuka handphonenya untuk mengecek jam, dilayar handphonenya tertulis angka 09:32.

Shit, kalo ketemu Seokmin gue harus gimana?, batinnya

Jisoo melihat ke sekeliling kamarnya ia tidak menemukan Seokmin dimana-mana, mungkin sudah berangkat ke kampus. Ia menghela napas lega dan buru-buru memakai baju.

Pintu kamarnya terbuka perlahan ada kepala Seokmin yang muncul dari balik pintu, “Soo udah bangun?”

“Eh? Hah? Udah kok barusan.”

“Yaudah, yuk mandi? Lo bisa jalan?”

Jisoo mencoba untuk bangkit dari kasurnya dan ia merasakan seluruh badannya sakit. Seokmin yang melihat ekspresi Jisoo buru-buru menghampirinya.

“Sini gue bantu.”

Seokmin membantu Jisoo untuk berdiri dan mengantarkan Jisoo ke kamar mandi yang terletak di kamarnya, “bathup lo udah gue isi air hangat, jadi lo gak bakal kedinginan santai aja”

Jisoo mengangguk, ia memperhatikan Seokmin yang sibuk mempersiapkan peralatan mandi untuk Jisoo.

“Lo mau ngeliatin gue mandi, Seok?”

“Hah? Enggaklah”

“Yaudah? Gue mau mandi ini, sana keluar.”

“Kalo butuh apa-apa panggil gue ya.” Ujar Seokmin sambil pergi meninggalkan kamar mandi.

Setelah Jisoo selesai mandi, ia melihat ada pancake dan susu coklat diatas kasur miliknya dan sprei kasurnya pun sudah diganti. Ia tidak menemukan Seokmin di kamarnya tapi ia mendengar sayup-sayup suara mesin cuci.

Pintu kamarnya kembali dibuka, “Soo? Udah selesai mandinya?”

“Udah kok, ini lo yang ganti spreinya?”

“Iya, lengket soalnya jadi gue cuci aja. Tadi ambil sprei baru di laci, gapapa kan?”

“Oh iya, thanks ya seok.” Jisoo tersenyum, “Thanks juga buat sarapannya”

“Anytime, badan lo yang pegel sebelah mana?”

“Semuanya.” Ucap Jisoo dengan mengerucutkan bibirnya

“Yaudah abis ini lo tidur aja nanti gue pijitin”

“Hah?”

“Kenapa? Katanya pegel?”

“Iyasih, tapi bukannya lo ada kelas pagi?”

“Telat gue, tapi tadi udah tipsen kok sama anak-anak.”

“Okay.”

Setelah Jisoo selesai sarapan, Seokmin langsung membereskan piring dan gelas yang ada diatas kasur dan kembali ke kamar setelah urusannya di dapur selesai.

“Seok? Lo selalu kayak gini ya?”

“Gini gimana?” Seokmin balik bertanya, tangannya sibuk memijit kaki Jisoo.

“Iya, lo selalu ngelakuin after care tiap kali lo selesai ngelakuin itu?”

“Oh itu, tergantung orangnya sih.”

“Gimana?”

“Ya kalo orangnya spesial buat gue, gue usahain buat ngelakuin after care.”

“Jadi gue spesial nih?”

“Iyalah pake nanya.”

Jisoo tidak menjawab ucapan Seokmin barusan, tangannya sibuk mengetikkan sesuatu dihandphonenya.

“Lo skip kelas aja, Soo”

“Hah?”

“Lo yakin mau kelas?”

“Enggak sih.”

“Nah yaudah.”

“Lo temenin gue ya, Seok?”

“I will. Gue emang tipsen seharian ini sih.”

Sebelumnya Jisoo tidak pernah diperlakukan seperti ini oleh mantan kekasihnya, mantannya hanya akan mengucapkan good morning dan ucapan manis lainnya sambil memberikan kecupan. Tapi ini berbeda, Seokmin melakukan after care untuknya. Ia merasa spesial and he feel loved.

Jisoo kira ia tidak akan menemukan alasan lain untuk mencintai Seokmin ternyata ia salah. Pagi ini, ia menemukan satu alasan lagi untuk mencintai Seokmin.

Televisi di kamar Jisoo menayangkan series Lupin, salah satu series yang viral di tiktok dan Jisoo penasaran seperti apa film yang katanya sangat seru.

Seokmin cukup serius dalam menonton, kata Seokmin ini genre kesukaannya.

“Kata lo Lupin salah ga ngelakuin ini?”

“Enggak, dia mau balas dendam kan atas kejadian bokapnya?”

“Kan bisa aja lapor polisi?”

“Lo ga liat itu detektifnya aja kerja sama sama si bapak tua” ujar Seokmin sambil memasukan tangannya kedalam mangkuk popcorn

“Yah abis, bentar gue tambah lagi” ujar Jisoo sambil berdiri dari kasurnya, Seokmin mengikuti pergerakan Jisoo

“Seok, temenin”

“Yaudah ayok”

Jisoo memunggungi Seokmim, tangannya bertumpu pada meja di dapur. Ketika ia berhasil mengambil popcorn tangannya terselip, ia tidak sengaja menjatuhkan gelas didekatnya. ㅤ Jisoo membungkuk mengambil gelas yang terjatuh, pandangan Seokmin terdistraksi. Jisoo menggunakan celana pendek, ketika ia menunduk celananya tertarik keatas dan mengetat. Sexy ass.

Sialan, Seokmin tidak pernah menyadari kalau tubuh berisi Jisoo terlihat sangat seksi dari belakang. Seokmim mengedipkan matanya, merasa sedikit pusing. Apa karena mereka berdua saja di tempat gelap sehingga Jisoo terlihat berbeda malam ini? ㅤ Jisoo masih membelakanginya, Seokmin masih memandangi badan milik Jisoo. Ia berdeham, “Soo”

Setelah selesai menaruh gelas dibtempatnya, Jisoo membalikan badannya, “apa?”

Pandangan Seokmin terfokus pada bibir Jisoo yang terlihat basah sehabis meminum air. Seokmin wonders how Jisoo looks if he suck Seokmin's dick. ㅤ

“Lo kenapa seok?”

“Hah? Oh gapapa, yuk naik keatas”

“Soo.” Panggil Seokmin sesampainya mereka di kamar Jisoo

“Apa?”

Seokmin diam, ia memikirkan bagaimana cara mengajak Jisoo untuk melakukan itu.

“Seok lo kenapa deh?”

“Ah anjing,” umpat Seokmin

“Apasih?”

Jisoo menoleh kearah Seokmin, ia menemukan Seokmin yang melihat kearahnya, bibirnya lebih tepatnya.

Oh, batin Jisoo

“Gue boleh?” Izin Seokmin

“Hah?”

Jisoo terkejut, disatu sisi ia ingin melakukannya tapi disatu sisi ia malu.

“Iya, gue boleh gak?”

Setelah diam cukup lama, Jisoo menganggukan kepalanya, “yaudah boleh.”

Lagian this is not his first time, Jisoo pernah melakukannya dengan mantan kekasihnya dulu. Begitu juga dengan Seokmin, this is not his first time, ia pernah melakukan ini sebelumnya dan terakhir kali ia melakukannya dengan Soonyoung di kamar kosnya.

“Can we kiss now?”

Jisoo tidak menjawab, ia mendekatkan badannya kearah Seokmin

“Seok, please do not main sama telinga gue, gue geli disitu” ucap Jisoo, posisi mereka sekarang adalah Seokmin setengah menimpa badan Jisoo.

Seokmin mengangguk, “then i will touch you there”ㅤㅤ

sebuah kecupan mendarat di wajah Jisoo, membuat pipinya bersemu merah. beruntung pencahayaannya hanya berasal dari televisi yang sudah mereka lupakan. Seokmin terlalu buru-buru dan Jisoo yang terlalu malu untuk kembali berbicara lagi.

“Tadi lo bilang kan lo gak suka disentuh dibagian mana, gue tanya lagi boleh?”

Jisoo mengangguk, Seokmin yang diatasnya sekarang bukan sosok yang biasa ia temui, aura dominan dan tatapannya membuat Jisoo mau tak mau menurutinya, “Kamu suka disentuh dan dicium dibagian mana Jisoo?”

“Dibawah”

“Dimana Jisoo?”

“Dibawah seok.” Jisoo melenguh ketika tangan Seokmin meraba pahanya, tangan Seokmin masuk kedalam celana pendek Jisoo.

“Disini?” Seokmin meremas lembut paha dalam Jisoo, dengan sengaja ia menyenggol penisnya yang mulai menegang. “Guide me, will you?”

“Oh fuck it”ㅤ ㅤ “Maunya dipegang dimana, Jisoo?”

“Dibawah, seoook.” Jisoo merengek

Seokmin menangkat dagu Jisoo, membawa bibirnya bertemu dengan bibir Jisoo. Ketika, mulut Seokmin sibuk dengan lidah Jisoo, satu tangannya perlahan menurunkan celana yang menutupi bagian bawah Jisoo, tangan lainnya mengusap pipi Jisoo lembut. ㅤ ㅤㅤ “Jisoo mau apa?” Tanya Seokmin disela ciuman mereka, lidah keduanya bertaut, dagu Jisoo sudah basah. tapi, hal itu tidak menghentikan Jisoo untuk kembali meraup bibir Seokmin. Manis. Jisoo suka dan Jisoo bisa gila.

“Mau seokmin.” Singkat karena Jisoo sibuk melumat bibir Seokmin, tangannya tidak diam, ia meraba penis Seokmin.

“Mau apanya?”

“I want your dick”

Seokmin bangkit dari posisinya dan berdiri di depan Jisoo. Dengan kesadaran penuhnya, Jisoo berdiri dan menekuk kedua kakinya, kini ia sejajar dengan penis Seokmin yang sudah menegang.

“Ajarin gue ya, Seokmin?”

Anjing. Sebutan Seokmin yang keluar dari mulut Jisoo terdengar jauh lebih indah dari biasanya. Seokmin yang tidak sabar segera melepas celananya dan ikat pinggang miliknya yang berada diatas kasur ia kalungkan di leher Jisoo, Jisoo tidak keberatan ia malah mengusap penis Seokmin

“Sebentar ya sayang, aku lepas dulu celananya”

“Dont you wanna try? Gimana kalau Jisoo jilat kontol Seokmin?”

Seokmin mengusap kepala Jisoo, “bawel juga ya kamu”

Mata mereka bertemu saat Seokmin mulai mengarahkan penisnya pada mulut Jisoo. Yang lebih tua mengangguk, seolah mengerti bahwa ia harus mulai membuka mulutnya saat ini.

“Kenapa langsung dimasukin?”

Tidak ada jawaban, Jisoo terlalu sibuk mengulum penis Seokmin.

Seokmin tidak suka diabaikan, “tadi berisik banget soo? Kok sekarang diem? Suka ya sama kontol gue?”

Seokmin menarik rambut Jisoo kearah belakang, membuat Jisoo melepaskan penis Seokmin yang ada di mulutnya.

“Use me, wrap your hands around my neck. Dont you like it watching me struggle to breathe?”

“You like being choked?”

Jisoo mengangguk dibawah Seokmin. Tangan Seokmin melingkar di leher Jisoo. Ada tekanan tiap kali penis Seokmin berhasil mengisi rongga mulut Jisoo.

“Jisoo, lo manis banget ya kalau lagi kayak gini?” Bisik Seokmin

Seokmin mengeluarkan penisnya saat Jisoo tersedak, “You okay?”

Jisoo tidak menjawab, kedua tangannya berusaha menarik pinggang Seokmin untuk mendekat

“I want your dick, please”

“Lo baru bisa nafas after making me cum in your mouth, right?”

Jisoo mengangguk, tidak ada jawaban. Jilatan yang membasahi penis Seokmin dan pijatan lembut sebelum Jisoo memasukan penis Seokmin ke dalam mulutnya. Basah. Hangat. Lidah Jisoo bergerak dengan berantakan, cenderung terburu-buru, hal ini yang membuat Seokmin memanggil nama Jisoo, berantakan tapi rapih, sangat pintar.

“Fuck, hong jisoo. Mulut lo enak banget”

Seokmin kehilangan kendali, ia terus memaju mundurkan pinggangnya tanpa memperdulikan Jisoo dibawahnya.

Tidak lama setelah itu, Seokmin mengeluarkan cairan putih. Seokmin langsung melepas penisnya, memberi ruang untuk Jisoo bergerak setelah dikunci dibawah kendalinya.

“Seok?”

“Telen”

Jisoo menggeleng, diwajahnya ada senyum. Seokmin tahu itu bagian dari permainan Jisoo.

“Telen, sayang”

Jisoo menggeleng.

“Then you have to kiss me, seok” ucapan Jisoo tidak terdengar jelas akibat cairan yang masih memenuhi rongga mulutnya.

Seokmin tersenyum, “i will, sayang”

Dalam hitungan detik, cairan kental itu tidak lagi memenuhi mulut Jisoo. Seokmin tersenyum lalu menepati janjinya, jadi ia mencium bibir Jisoo dengan lidah Seokmin yang sesekali berusaha masuk kedalam mulut Jisoo.

“Mau dienakin”

“Sama siapa?” Seokmin menjauhkan wajahnya, ia melihat Jisoo dibawahnya, bibirnya bengkak dan basah. Rambutnya berantakan, bagian bawah tubuhnya sudah telanjang.

“Sama Seokmin.” Jisoo menarik Seokmin untuk mendekat, bibir Seokmin dicium tanpa aba-aba. Ciuman kali ini terasa lebih panas dan intens, lidah Jisoo bergerak kedalam seolah mengabsen gigi milik Seokmin sementara kedua tangannya melingkar di pinggang Seokmin.

Jisoo melepaskan ciumannya, ia melepaskan kaus putih Seokmin matanya tertegun menatap badan Seokmin.

ㅤ “Jisoo mau aku apain? Dibikin enak sampe nangis? Atau mau dibikin sampe teriak?”

Jisoo menatap kedua mata Seokmin, aura dominan kembali menguar. “Take off your clothes”

Jisoo menuruti kata Seokmin, ia melepas bajunya, menjatuhkannya ke lantai.

“Seok, you can play with my dick. “

Tanpa menunggu waktu lama, tangan kiri Seokmin bergerak menyentuh penis Jisoo.

“Seok, pelan”

“Masa mintanya kayak gitu? Yang manis dong” ⠀ㅤ “Jangan cepet-cepet tangannya...seok”

Tangan Seokmin mulai mengocok kasar penis Jisoo, ia mempercepat gerakan tangannya. Mengocok penis Jisoo dengan genggaman erat sampai Jisoo mengeluarkan lenguhan panjang.

“Seok, stop. Seok–aah”

Seokmin menghentikan permainannya, Jisoo sudah berasa diujung kesadaran.

“Come here, little one. I will take care of you”

Seokmin menidurkan Jisoo di kasur sementara ia pergi mengambil benda dari ranselnya yang tidak pernah Jisoo pikirkan sebelumnya. Satu botol lubricant kini ada ditangan Seokmin

“Lo udah siapin?”

“Maybe?” ㅤ Tangan Seokmin mendorong kaki Jisoo agar terbuka lebar, ia mengeluarkan cairan dari botol lubricant tadi dan perlahan mengusapkannya ke lubang anal milik Jisoo. Cairan lube itu membuat jari Seokmin masuk dengan mudah. Napas Jisoo memberat, tapi Seokmin suka pemandangan di depannya. ㅤㅤ Satu jari, Jisoo melenguh memanggil nama Seokmin, membuat pemilik nama membungkam bibir Jisoo, “Soo, jangan berisik. Ini baru jari gue, gimana kalau kontol gue yang masuk? jangan berisik. tahan suaranya ya sayang”ㅤ ㅤ Jisoo mengangguk, kali ini ia mengigit bibirnya, wajahnya memerah, ia mulai merasa dibawa terbang oleh Seokmin, Penisnya kembali tegak, jari Seokmin membuka lubang analnya untuk sesuatu yang lebih besar dari hanya sekedar tiga jari. Tubuh Jisoo berkeringat.

Seokmin menutup mata ketika penisnya menerima rangsangan baru, ketika Jisoo mengambil posisi untuk duduk diatasnya dan membiarkan penis Seokmin memasuki lubang analnya.

“Enak?”

Tidak ada jawaban, Jisoo bergerak tidak beraturan, mengetatkan dinding analnya untuk mengejar kenikmatan.

“Jisoo....sempit banget. Enak. Gerakin lagi yang cepet”

Jisoo menuruti titah Seokmin hingga penisnya mengeluarkan cairan putih.

“Well, katanya mau take care of me. Kok malah kebalik seok?”

Terdengar nada meremehkan yang keluar dari mulut Jisoo.

Seokmin tidak menjawab,nia kembali merebut dominasi, ia melepaskan penisnya, tubuh Jisoo diangkat. Sekarang posisi Jisoo menghadap kaca di kamarnya.

“Lebarin kakinya, lo yang minta gue kayak gini”

Tidak ada waktu untuk Jisoo menjawab, ia menutup matanya ketika kepala penis Seokmin mulai memasuki dirinya, “S-seokmin aah!”

Seokmin memegang kedua sisi pinggang Jisoo, dengan sekali hentakan ia memasukan seluruh penisnya ke dalam Jisoo. keduanya melenguh.

“Gue mulai sekarang ya?” tanya Seokmin, tepat di depan bibir Jisoo. “Seok, move. faster, make me crazy”ㅤ

Seokmin kembali mencium bibir Jisoo, ia menggerakan pinggangnya lebih cepat, kedua kaki Jisoo terangkat dan menyilangkan kaki di pinggang Seokmin. Membawa Seokmin lebih dalam dan ketika Seokmin menyentuh titiknya, teriakan Jisoo tertahan.

“Tahan”

Jisoo dibuat kepayahan, terlihat dari kedua kakinya yang mulai bergetar ketika penis Seokmin menyentuh titik tersebut.

Seokmin melepaskan ciuman mereka, wajah Jisoo masih memerah, kali ini menatap Seokmin dengan pandangan sayu, mendamba untuk disentuh sekali lagi.

Seokmin masih menggerakan tubuhnya ketika Jisoo sampai ke pelepasannya, “Seokmin hngghh.” Cairan Jisoo mengotori perutnya sendiri dan perut Seokmin. Jarak mereka terlalu dekat dan Jisoo malu.

“Jisoo?” Bisik Seokmin, ia masih sibuk mengisi lubang sempit Jisoo dengan penisnya.

“You look so pretty”. Seokmin mempercepat tempo gerakan penisnya. Sesekali ia memberikan kecup di kening Jisoo.

Seokmin kembali mengeluarkan cairan putih kali ini didalam anal milik Jisoo. Dengan sisa tenaga, ia mencabut penis miliknya keluar dari anal Jisoo.

“Seoook.” Jisoo memeluk leher Seokmin, menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Seokmin. Seokmin memberikan kecupan ringan. Seokmin menjatuhkan diri di samping tubuh Jisoo. Keduanya masih terengah, kemudian saling menatap dan tertawa.

“Well, no one has to know what we do.” Kata Jisoo

“Okay”

Hari ini gak ada yang beda dari hari-hari sebelumnya, setelah selesai kelas Seokmin menjemput Jisoo didepan gedungnya untuk pulang bersama. Yang berbeda adalah kali ini Seokmin tidak pergi setelah mengantarkan Jisoo ke rumahnya, melainkan memarkirkan motornya di garasi rumah minimalis tersebut.

Semalam Seokmin sampai di rumah Jisoo cukup larut, Jisoo sendiri tidak tahu kapan Seokmin datang karena dirinya sudah tertidur lelap. Jadi semalam yang membukakan gerbang untuk Seokmin adalah Papa. Papa tersenyum melihat kedatangan Seokmin.

Sebenarnya Seokmin sudah sering mengobrol dengan Papa, mulai dari kegiatan di kampusnya sampai membicarakan olahraga sepak bola. Kata Papa dia tidak suka bermain sepak bola tapi ia suka menontonnya, jadi tiap kali ada pertandingan sepak bola Papa akan mengajak Seokmin untuk nonton bareng di rumahnya. Tiap berkunjung Papa biasanya menanyakan kabar Ibu dan Abah di Bandung, kadang Papa juga suka menanyakan kabar teman-teman kuliah Seokmin.

“Sini Seok duduk dulu,” ucap Papa sesampainya di ruang tengah

“Iya pa”

“Kamu beneran gapapa direpotin gini?”

“Ya gapapa kok pa, malah saya yang gak enak ngerepotin”

“Loh Papa malah seneng kamu nginep sini, kalo bisa seterusnya disini juga gapapa Seok”

“Yah jangan dong Pa, sayang dong saya udah bayar kosan nanti yang nempatin cicaknya doang”

“Sebenernya papa gak mau bicara panjang-panjang karena sudah malam juga. Papa cuma mau bilang jangan berbuat yang aneh-aneh selama Papa dan Mama gak ada di rumah, ya walaupun Papa percaya kamu gak bakal ngelakuin itu cuma wanti-wanti aja.”

“Iya pa, saya paham kok”

“Makasih ya nak, sudah sana kamu tidur.”

“Iya pa, duluan ya pa.” Seokmin melangkahkan kakinya dan pergi meninggalkan Papa di ruang tengah.

###

Sebenarnya tidak ada yang terlalu berubah, setelah selesai kelas Seokmin langsung menjemput Jisoo didepan fakultasnya untuk pulang bersama. Yang berubah adalah Seokmin tidak pergi setelah mengantarkan Jisoo ke rumahnya melainkan memarkirkan motor kesayangannya di garasi rumah minimalis tersebut.

Sesampainya di rumah, Jisoo dan Seokmin langsung membersihkan dirinya.

“Seok, laper”

“Mau makan apa?”

“Apa ya enaknya? Lo bisa masak apa?”

“Banyak, lo mau apa? Gue bikinin”

“Pengen udang balado”

“Sama apa? Enaknya sih nasi goreng”

“Yes yes yaudah itu aja”

“Mama ada udang gak ya?” Gumam Seokmin sambil membuka kulkas

Sementara Seokmin memasak untuk makan malamnya, Jisoo membersihkan rumahnya dan menyiapkan alat makan. Terasa domestik sekali, ya?

“Seok, lo ada tugas gak?”

“Gak ada sih, kenapa emang?”

“Nonton yuk abis ini?”

“Nonton apa?”

“Gue penasaran sama series di netflix”

“Ooh yaudah ayok aja”

Rasanya aneh banget ngulang kebiasaan lama yang sempat hilang. Kayak sekarang ini, udah berapa lama ya Seokmin gak antar jemput Jisoo ke kampus? Perkiraannya sih bisa sampai setengah tahun. Mungkin kalau jok motor Seokmin bisa bicara pasti dia udah nanya ke Jisoo, “kemana aja kak baru keliatan?” terus nanya ke Seokmin kayak gini, “yang kemaren ditolak ya bos?”

Sudah setengah tahun dan banyak kebiasaan yang sudah berubah. Seokmin yang biasanya belok ke arah kanan untuk menjemput Soonyoung tiap pagi lalu makan bubur di tempat langganan mereka kalau udah telat biasanya Soonyoung bawa roti yang ada di kosnya dia terus makan di jalan sambil suapin Seokmin yang lagi nyetir.

Sekarang kebiasaannya beberapa bulan lalu terulang, belakangan ini Seokmin lebih sering belok ke arah kiri menuju rumah Jisoo, biasanya Jisoo udah sarapan di rumah dan Seokmin akan sarapan sendirian di kantin fakultasnya. Tapi kali ini berbeda, orang tua Jisoo sedang pergi keluar kota mengunjungi keluarganya dan Jisoo lupa membeli sereal untuk sarapan jadi ia mengajak Seokmin untuk sarapan di tempat bubur favorite dia dan Papanya.

Sesampainya di tempat bubur, Jisoo menunggu Seokmin yang sedang memarkirkan motornya.

“Pagi beh,” sapa Seokmin sesampainya ia didepan gerobak bubur tersebut

“Loh si entong kok beda gandengannya?”

“Ya Allah beh, rahasia kita aja itumah beh. Coba babeh perhatiin muka dia, ngenalin gak?”

Babeh langsung merhatiin muka Jisoo, “Loh inimah Jisoo? Bapak sehat?”

“Iya beh, alhamdulillah sehat. Babeh sehat?”

“Sehat lah, kalo kagak sehat kagak jualan gue”

Seokmin tertawa mendengar jawaban babeh, “beh kayak biasa ya”

“2 nih kayak biasa?”

“Jangan atuh, 1 aja gapake bawang goreng ya beh”

“Kalau saya lengkap ya beh”

“Oke siap”

Setelah memesan, Jisoo langsung pergi ke bangku yang disediakan tapi Seokmin memilih untuk tetap berdiri didekat babeh.

“Yang biasa kemana tong?”

“Hah? Oh Soonyoung? Ada kok beh, paling nanti dia kesini”

“Gak berdua lagi lu?”

“Kagak beh, kelar udeh”

“Ye kagak dengerin gue si lu, bener kan nyang gue bilang?”

“Iya beh, emang lu paling keren dah beh”

“Yang ini seagama?” tanya babeh sambil melirik kearah Jisoo

“Aman beh, seagama”

“Nah sama yang ini aja udeh cocok”

“Doain aja beh”

“Si nyong sama siapa sekarang?”

“Yang seagama sama dia juga beh”

“Nah gitu kan enak, emang porsinya tuh kayak gitu. Ibarat kata bubur yak kalau dicampur-campur sama makanan lain mah kagak enak. Kayak lu berdua, anggep aja lu bubur nah si nyong sate ayam, apa enak digabungin? Kan kagak”

“Cakep bener bahasanya beh”

“Yaiyalah babeh gini-gini dulu suka bikin puisi, udah sana lu duduk nanti pelanggan gue kabur lagi ngeliat lu”

“Bisa aja, yaudah disitu ya beh” ujar Seokmin sambil melangkah pergi dan menghampiri Jisoo yang sibuk memainkan handphonenya.

“Kok lo bisa kenal babeh, Seok?”

“Siapa yang gak gue kenal sih?”

“Ye sombong”

“Dulu pernah telat ngampus kan nah pas itu dosennya killer, yaudah karena gue sama Soonyoung takut buat masuk kita milih buat skip kelas aja terus keliling cari sarapan nah nemu lah gerobak babeh semenjak itu jadi sering kesini bareng Soonyoung soalnya emang buburnya enak terus murah”

“Ooh gitu, pantes babeh bilang 2 kayak biasa”

“Iya, papa sering kesini?”

“Favorite papa inituh, tiap weekend papa maunya sarapan pake bubur babeh doang yaudah mau gak mau gue jadi sering makan juga. Enak sih emang”

“Kok sabtu gue gak pernah ketemu papa disini ya?”

“Gatau? Papa kesini tuh pagi, lo belum bangun kayaknya”

“Oooh gitu”

Gak lama Seokmin dan Jisoo mengobrol ada suara familiar yang masuk di telinga Seokmin.

“Pagi babeeeh, pa kabar nih?”

Itu suara Soonyoung. Buru-buru Seokmin menolehkan kepalanya kearah suara tersebut dan ia menemukan Soonyoung berdiri bersampingan dengan Jihoon.

“Nyooong,” teriak Seokmin

Soonyoung yang mendengar namanya dipanggil langsung menolehkan kepalanya dan melihat Seokmin yang sedang melambaikan tangannya dan didepan Seokmin ada Jisoo yang menatapnya dengan canggung.

“Gabung aja sini” ajak Seokmin

Jisoo terkejut mendengar ucapan Seokmin barusan, tapi dengan cepat ia merubah ekspresinya dan tersenyum ke arah Soonyoung lalu menganggukan kepalanya

“Bentar, mesen dulu”

Seokmin bisa melihat Soonyoung yang berbicara dengan Jihoon, mungkin mengajak Jihoon untuk bergabung saja dengan Seokmin dan Jisoo.

“Udah lama Seok?”

“Belum sih, buburnya aja baru sampe”

“Ooh gitu”

“Halo kak Jisoo,” sapa Soonyoung dengan tersenyum

“Hai Soonyoung”

“Ji, kenalin ini Seokmin sahabat gue”

“Halo Seokmin, gue Jihoon panggil aja Ji,” ujar Jihoon dengan mengulurkan tangan

“Halo kak Ji, gue Seokmin. Kemaren sempet ngobrol beberapa kali sih tapi emang belum pernah kenalan formalnya ya kak?”

“Iya, sibuk kan lo ketua divisi?”

“Lo juga kali kak”

Sarapan kali ini terasa berbeda untuk Seokmin dan juga Soonyoung, biasanya hanya ada mereka berdua di meja ini kadang bertiga dengan babeh dan babeh jadi konsultan kisah cinta mereka. Tapi kali ini berempat, ada Jisoo dan Jihoon didepan mereka. Berbicara banyak hal mulai dari kepanitiaan sampai masalah politik kampus yang Soonyoung dan Jisoo tidak tahu sama sekali. Harusnya terasa menyenangkan, tapi kenapa ada rasa sedih ya didada Seokmin dan Soonyoung?