heavenspile

bzzzt bzzzt

Dengan mata setengah terbuka Seokmin mencari handphonenya.

“Halo? Ini siapa?”

“Seok, lo dimana? Kita bentar lagi rapat.” Ucap seseorang diujung sana.

“Hah? Rapat apa?”

“Wah anjing, rapat yang kemaren lo minta lah. Lo baru bangun ya?”

“Iya, sorry gue lupa banget. Ini Hyunjae?”

“Iya, terus gimana? Batalin atau undur beberapa jam? Gak enak ditungguin anak-anak.”

Seokmin melihat jam yang tertera di layar handphonenya, 9.15 AM, “Batalin aja deh, gak keburu kayaknya kalau gue ke kantor. Sekalian gue gak masuk hari ini.”

“Bos kurang ajar. Yaudah gue bilangin ke yang lain.”

“Sip, thanks ya, Jae.” Seokmin menutup telfon dan mengedarkan pandangannya, kamar dengan dominan berwarna putih dan sedikit warna emas menambah kesan elegan.

Seokmin menggaruk kepalanya yang tidak gatal, “Gue minum berapa botol deh? Ini kamar siapa? Seokmin goblok.”

Tok tok

Belum sempat Seokmin memproses apa yang terjadi semalam, seseorang sudah mengetuk pintu yang ada di kamar tersebut.

“Seok, udah bangun?” Tanya suara dari balik pintu putih tersebut.

“Hah? Eh? Iya udah kok, masuk aja.”

Pintu didepan tersebut terbuka dan menampilkan sesosok lelaki berbadan kecil dengan membawa satu nampan yang berisi segelas susu dan satu mangkuk sup.

“Lah?”

“Surprise?” Lelaki bertubuh kecil tersebut tertawa kecil melihat ekspresi bingung di wajah Seokmin.

“Kok gue disini, Cing?” Seokmin menggaruk kepalanya.

“Coba lo cek iMess lo deh terus liat jam 12 malem lo chat siapa.”

Seokmin buru-buru membuka aplikasi iMess dan tertawa kecil, “Drunk text gue ke lo nih?”

“Ke gue doang? Apa ada yang lain?” Sarkas lelaki tersebut.

“Yaelah cing, udah bertahun-tahun di luar negeri masih aja sarkas.”

“Gak ngaruh kali, Seokkie.”

Seokmin tertawa mendengar nama panggilan yang keluar dari mulut lelaki tersebut.

“Masih inget aja.”

“Makan dulu nih, lo kerja gak?”

Seokmin menggelengkan kepalanya, “Barusan gue chat temen sih, izin masuk hari ini.” Seokmin menggeser tubuhnya dan mengisyaratkan lelaki tersebut untuk duduk disebelahnya, “Makasih, Wooseok.”

“Udah bos ya sekarang jadi bisa izin mendadak?”

“Yeee, masih gak ada apa-apanya dibanding lo sih.”

“Sialan.” Ucap Wooseok sambil memukul lengan Seokmin, “Oh iya, tadi Minghao dm gue.”

“Lah ngapain?”

“Nyariin lo lah. Kalau udah makan, cek handphone lo deh kayaknya temen lo pada nyariin.” Wooseok berdiri dari tempat duduknya, “Anak lo juga jangan lupa dikabarin, kalau udah selesai makan keluar ya. Kita ngobrol.” Lanjut Wooseok sambil pergi meninggalkan kamar tersebut.

Seokmin buru-buru menghabiskan makanannya dan dengan satu tangan lagi membuka handphone untuk mengabari Sunwoo dan juga teman-temannya. Tidak butuh waktu lama untuk Seokmin menghabiskan sup buatan Wooseok, jadi setelah makan ia keluar dari kamar dan berjalan menuju ruang tengah dimana Wooseok sedang duduk menonton televisi.

Seokmin duduk disamping Wooseok dengan membawa segelas air putih, “Oh iya, lo belom ketemu Sunwoo ya, Cing?”

“Belum, kenalin dong. Parah banget ya lo.”

Seokmin meneguk segelas air putih yang dia ambil di dapur milik Wooseok tersebut, “Nanti gue kenalin, lo sih main pergi aja ke luar negeri. Btw tadi susu lo enak.”

Wooseok meninju lengan Seokmin, “Susu ultramilk itu, nyet.”

“Beda dari yang gue beli. Lo free kapan? Mau ketemu sekarang aja?”

Wooseok menganggukan kepalanya, “Gue pengangguran jadi free untuk hari ini.”

“Pengangguran kaya raya, emang lo gak kerja di tempat Ayah?”

“Males ah, nanti gue diomongin. Mulai minggu depan sih gue kerja di tempat lain.”

“Males diomongin apa males langsung diangkat jadi direktur?”

“Tai lo.”

Seokmin tertawa mendengar umpatan lelaki disampingnya, “Yaudah nanti malem dinner sama gue dan Sunwoo mau gak?”

“Boleh. Tapi lo kenalin gue ke anak lo sebagai apa nih? Mantan? Atau orang spesial?”

“Kan, lo mah gitu sih.”

“Gitu gimana? Kan gue cuma nanya.”

“Iya sih, sorry.”

Wooseok tertawa melihat ekspresi bersalah yang dipasang oleh Seokmin, “Bercanda, lo gak mau cerita nih tentang semalem?”

“Apa ya cing? Gue putus karena Younjung ketemu yang lebih baik. Belum lama ini ketemu sama Jisoo. Belakangan ini tuh gue kayak naik rollercoaster tau gak?” Ucap Seokmin sambil memijit keningnya.

“Capek banget kayaknya. Jisoo gimana pas ketemu lo?”

“Ya gitu, gue juga gak ada niat buat balik sama dia sih dan dia juga udah ada yang lain.”

“Kalau dia gak ada yang lain, lo ada niatan buat balik gitu?”

“Ya enggak tau. Cuma untuk sekarang pikiran buat balik ke dia tuh gak ada di otak gue.”

“Terus masalahnya dimana?”

“Gue tidur sama dia, Cing. Selingkuh gue dibalik Younjung. Emang dasarnya brengsek tetep aja brengsek.”

“Ya salah lo.”

“Emang, salah gue juga kan dulu tidur sama cewek sampe dia hamil?”

“Terus lo ulangin lagi deh tuh minum sampe mabok parah, padahal janjinya gak akan diulangin. Untung aja lo chatnya gue dan gue datengnya cepet juga. Kalau orang lain ada yang godain lo disana gimana?”

“Stress emang.”

Wooseok mengelus rambut Seokmin dengan lembut, “Yaudahlah udah lewat juga, sekarang lo mandi deh terus temenin gue belanja.”

“Belanja apalagi?”

“Kado lah buat anak lo.”

“Dia udah gede, cing.”

“Emang remaja gak perlu kado? Sekalian di kamar mandi lo mikir deh kalau anak lo nanyain gue bakal lo jawab apa nanti?”

“Iyee, sekalian mikir deh janji kita masih berlaku gak?”

POV Seokmin.

Malam ini akan menjadi malam pertama setelah beribu-ribu malam Seungcheol akhirnya mau lagi untuk keluar dan ngumpul bareng gue, Mingyu dan Minghao.

“Gokil, akhirnya bisa kumpul berempat lagi!”

“Sorry sorry, harap maklum atas keputusan gue waktu itu.”

Dan tentunya keputusan yang dibuat Seungcheol pada malam itu adalah akibat dari retaknya hubungan gue dan Jisoo.

“Iya bang, santai aja.” Gue menepuk pundak Seungcheol dengan pelan, “Lagipula gue sama Jisoo udah aman kok sekarang.”

“Iya, makanya gue baru muncul lagi kan.”

“Bang, lagian kenapa deh lo ngejauh? Gue sama Mingyu jadi bingung mau kontak lo atau enggak.”

“Yah lo kan tau, gue tuh yang paling tau keberadaan Jisoo sama Jungwon waktu itu. Gak enak aja gue sama Seokmin dan kalian berdua. Untungnya sekarang udah baikan.”

“Balikannya belom.” Celetuk Mingyu dengan memasukan kacang ke mulutnya.

“Anjing, kagak ada balikan-balikan.” Gue menyanggah ucapan Mingyu barusan.

“Gak ada yang tau, lagian emang lo gak denger gosip, Seok?”

Gue mengernyitkan kening, “Hah? Gosip apa, Ming?”

“Gue minta maaf ya, Seok. Gosipnya ada karena perbuatan gue.” Seungcheol yang jawab pertanyaan gue barusan dengan menunjukkan handphone miliknya didalam handphone tersebut gue dapat melihat dari laman instagram akun gosip mengenai hubungan Younjung dan rekan kerjanya, Rowoon.

Model Younjung dan Aktor Rowoon sedang berkencan? Berikut beberapa bukti mengenai hubungan mereka!

Gue tertawa melihat judul berita tersebut, lagipula gue lebih percaya dengan kekasih gue daripada akun gosip tidak jelas dan hanya menampilkan beberapa cocoklogi yang sangat tidak masuk akal. Seperti salah satu foto Younjung yang gue ambil didalam mobil gue yang ternyata menjadi salah satu bukti mereka berpacaran. Aneh bukan?

“Santai bang, gue lebih percaya Uyo kok.”

“Kalau mereka clbk seok?”

Gue lagi-lagi tertawa mendengar pertanyaan Minghao barusan, “Gak masalah. Biarin aja Uyo sama orang baik.”

“Seokmin?” Jisoo menghampiri Seokmin yang tertidur di sofa ruang tengah.

“Kenapa soo? Gak bisa tidur?”

“Kinda? Kamu gak mau tidur di kamar aku aja?”

Seokmin menelan ludahnya, ia baru menyadari bahwa Jisoo memakai sweater kebesaran sehingga menampakan pundak indah miliknya.

No. Not right now.

“Gak usah, aku disini aja.”

“I know you miss me, Seok.”

“Iya, aku emang kangen kamu Soo.”

“Well, kamu tau kan kalo kamu bisa ngelakuin apa aja ke aku?”

Seokmin bangkit dari tidurnya, “explain?”

“I want you.”

“Kamu mau apa, Jisoo?”

Suara berat Seokmin adalah kelemahan Jisoo.

“Your dick inside of me.”

“Well, kayaknya besok pagi aku harus minta maaf sama Seungwoo.”

“You dont have to.” Jisoo mengerlingkan matanya dan menarik tangan Seokmin menuju ke kamar miliknya.

Tanpa basa-basi, Seokmin menutup pintu kamar dengan satu tangannya sementara tangan lainnya mencengkram pinggang Jisoo erat.

“I miss you, my beautiful Jisoo.”

Jisoo rindu ini.

Seokmin melumat bibir Jisoo dengan lembut. Bibir keduanya bergerumul.

“A-aaah.” Jisoo mendesah saat menyadari Seokmin menggigit kecil lehernya.

“Just fuck me already, Seok.”

Seokmin tertawa lalu mengangkat tubuh kecil Jisoo dan menaruhnya diatas pangkuannya dan kembali mencium Jisoo dengan lembut.

Jisoo yang berada diatas pangkuan Seokmin membalas ciuman tersebut. Jisoo menggeliat geli saat tangan Seokmin mulai bergerak dan menelusuri kedua paha miliknya. Jisoo menggoyangkan kedua pinggangnya dengan pelan yang dibalas dengan cengkraman erat di pinggangnya.

“Aku kangen wangi kamu.”

Jemari Jisoo menelusuri surai rambut Seokmin, lengan Seokmin begerak merapatkan jarak, bibir keduanya bertemu. Bibir Jisoo ditangkup dalam ciumannya. Terlarut dalam ciuman Seokmin, Jisoo mengalungkan kedua tangannya ke leher Seokmin,

Jisoo terlihat indah diatas pangkuannya, tanpa membuang waktu Seokmin menjatuhkan diri dengan Jisoo dipelukannya, tangan Seokmin merengkuh lembut pinggang Jisoo.

“Aku bakal ngomong ini terus but on a serious note aku beneran suka kalau kamu kaya gini, Seok.” bisik Jisoo

Tangan Jisoo membuka kancing baju milik Seokmin dan tangannya bergerak menelusuri dada bidang Seokmin.

“Aku juga kangen denger suara kamu, Soo.”

Seokmin memberikan gigitan kecil di daun telinga yang lebih tua dengan sengaja karena ia tau Jisoo menyukai itu. Seokmin memberikan kecupan ditiap sisi wajah Jisoo seiring dengan tangannya yang bergerak menggerayangi tubuh Jisoo. Dengan cepat Seokmin membuka sweater yang digunakan Jisoo. Ini bukan pertama kalinya ia melihat tubuh indah milik Jisoo.

Seokmin mempertemukan bibirnya dengan bibir Jisoo, melumat tiap inci bibir mantan suaminya dengan lidahnya. Ciumannya semakin turun, meninggalkan beberapa bekas merah di leher indah milik Jisoo. Jisoo tahu ini akan terjadi, karena sumpah demi apapun ia merindukan tiap sentuhan Seokmin pada tubuhnya. Inci demi inci, Seokmin beri kecupan di leher Jisoo. Gerakan Seokmin sangat lambat dan lembut.

Seokmin menyentuh paha dalam Jisoo, memberi remasan lembut tanpa memperdulikan benda yang mengeras di dekatnya. Jisoo lelah menunggu, ia menuntun tangan Seokmin untuk menyentuh miliknya, “sabar kali, soo? buru-buru banget.” Jisoo tahu Seokmin menyeringai dibalik leher miliknya, sampai Jisoo membuka mulutnya hanya untuk mendesah tertahan.

“A-aah.”

Penis yang digenggam Seokmin mulai digerakkan tanpa henti dengan tempo dipercepat membuat Jisoo mendongak tinggi, memperlihatkan lehernya yang dihiasi beberapa tanda merah.

Jisoo hampir keluar jika Seokmin terus menekan, menggesek dan memijat, semua Seokmin lakukan dengan berantakan, menghantarkan tubuh Jisoo ke nikmat duniawi yang sudah lama ia tidak rasakan.

“S-seokmin n-nghh.” Seokmin suka tiap kali Jisoo mendesah dengan namanya dan tentunya Jisoo tau itu. Genggaman Seokmin pada penis Jisoo semakin erat membuat Jisoo bergerak tidak nyaman dengan Seokmin yang menahan pinggul Jisoo.

“Seokmin, mau. Aku gak kuat lagi.”

“Bantu aku, Jisoo.” Perintah Seokmin yang membuat Jisoo meneguk ludahnya.

Seokmin menurunkan celananya sebatas paha dan mendekatkan tubuhnya kearah Jisoo.

Jisoo menyeringai dan menarik celana Seokmin sehingga lepas dari si pemiliknya. Yang lebih tua menungging dengan bagian bawah menghadap ke wajah Seokmin. Dengan cepat Jisoo melumat penis milik Seokmin, begitu juga dengan Seokmin melakukan hal yang sama.

Seokmin menarik kepalanya, melepaskan penis Jisoo dari rongga mulut miliknya, dan i membawa kedua jarinya memasuki ke lubang milik Jisoo, membuat Jisoo berhenti melakukan aktivitasnya untuk mendesah dan terbuai akan permainan Seokmin dibawah sana.

Jisoo membiarkan Seokmin melakukan apapun yang pria itu ingin lakukan kepadanya. Seokmin memberi jarak diantara dua jarinya membuat Jisoo menggeliat kesenangan.

“Masukin sekarang, Seok.”

Siapa Seokmin berani menolak perintah Jisoo? Dengan Jisoo yang masih menungging, Seokmin membawa penisnya kedalam lubang milik Jisoo, menekan pelan liang berkerut tersebut.

“Aaahh.”

“Nghh.”

Seokmin menarik tengkuk Jisoo untuk dibawa pada pergumulan mulut, ciuman ringan yang terkesan manis dan tidak terburu-buru membuat sesuatu dalam diri Jisoo bergairah.

Jisoo merasa tubuhnya sulit dikendalikan, saat benda tak bertulang milik Seokmin mengajaknya bertarung juga tangan Seokmin menggerayangi tubuhnya seductive, Jisoo hampir kembali mendesah jika Seokmin tidak tengah membungkam mulutnya. Sampai salah satu diantara keduanya mendesah tertahan, tak kuat menahan afeksi gila.

“Aaah.”

Hentakan pertama, hentakan kedua hingga hentakan ketiga disambut teriakan kencang oleh Jisoo.

Tak segan Jisoo mencengkram lengan Seokmin, butir keringat meleleh pada pelipis kening, matanya memejam dan bibirnya digigit kencang.

“Hey, u okay?”

Jisoo mengangguk pelan, “im good, please aku mau lagi seok.”

Seokmin mengangguk, enggan membuang kesempatan ia segera menggerakan penisnya secara perlahan dengan tempo yang beraturan. Lama kelamaan Seokmin mulai gila, ia merindukan ini. Merindukan Jisoo dan lenguhan yang keluar dari mulutnya. Seokmin menusuk lubang kenikmatan Jisoo dengan kasar. Tetapi Jisoo sudah tidak merasakan sakit, melainkan kenikmatan yang mendominasi.

Setelah memasukkan penis cukup dalam, Seokmin memeluk tubuh Jisoo erat dan memperhatikan penis Jisoo yang mengeluarkan cairan bening.

Seokmin memberi kecupan di leher Jisoo, diam-diam mengucap rasa sayang.

“I fucking miss you, Soo.”

Saat kalimat tersebut diucapkan oleh Seokmin, Jisoo mulai menggerakan pinggangnya tidak beraturan membuat penis Seokmin masuk lebih dalam.

“Seook—aaah! Sakit—aaah” Ucapan itu keluar bersamaan dengan pinggang Jisoo yang bergerak lebih cepat

“Didalem aja, S...seokk—aaah”

Apa yang Jisoo mau tentu akan dengan senang hati dikabulkan oleh Seokmin.

Seokmin memeluk tubuh Jisoo erat saat penisnya mengeluarkan banyak cairan putih. Seokmin tidak berhenti menggerakan penisnya dengan kasar sampai cairan itu memenuhi lubang anal milik Jisoo.

Jisoo juga merasakan hal yang sama. Ketika ia merasakan cairan memenuhi lubangnya, ia mencapai klimaks. Membuat tubuhnya lemas setelah pelepasannya. Seokmin mengeluarkan penisnya dari lubang milik Jisoo dan melihat cairan putih mengalir di paha milik Jisoo.

Napas keduanya memburu, Seokmin menjatuhkan badannya disebelah Jisoo, sedangkan Jisoo bergerak perlahan untuk memeluk tubuh Seokmin dan memberikan kecupan di bibir Seokmin sebelum akhirnya ia memejamkan matanya untuk tertidur.

“Seokmin, aku sayang banget sama kamu.”

Jisoo tau ada yang berbeda dari Seokmin 1 tahun belakangan ini tapi Jisoo gak tau apa penyebabnya. Seokmin tuh anti banget sama yang namanya ngurus anak kecil, dia selalu nolak kalau Jisoo mulai bahas tentang anak tapi tahun lalu tiba-tiba Seokmin bilanh ke Jisoo, “Soo, aku mau adopsi anak. Aku udah research dan dateng ke panti matahari, aku ketemu sama satu anak laki-laki. Mau adopsi dia gak? Sama aku?” Bingung dong. Sejak kapan Seokmin diam-diam datang ke panti dan tiba-tiba hatinya tergerak buat adopsi anak? Aneh kan?

Yang Jisoo gak tau, anak yang dibicarain itu anak kandung Seokmin dengan perempuan yang dia sendiri lupa nama dan mukanya kaya gimana. Bodoh emang Seokmin ini. Waktu Minghao saranin ke dia buat dateng ke panti dan liat anaknya, Seokmin langsung dateng ke panti itu dan disana dia ketemu langsung sama ibu panti yang ternyata udah dititipin salam sama ibunya Sunwoo untuk kasih anak ini ke Lee Seokmin dan jangan yang lain, awalnya ibu panti gak setuju dan mikir gimana kalau ayah kandung Sunwoo gak pernah dateng dan mau ambil anaknya tapi ibu Kim ini ngeyakinin ibu panti kalau ayah kandungnya aka Lee Seokmin pasti dateng. Dan ya bener aja, Seokmin pasti dateng untuk anaknya. Pertama kali ketemu Sunwoo, Seokmin masih gak percaya kalau anak ini adalah anak kandungnya sendiri, mirip sih dikit cuma dia masih gak yakin jadi dia tes dna diem-diem dibelakang Jisoo sampai akhirnya hasil tesnya keluar dan dia benar-benar ayah kandung dari anak itu. Seokmin buru-buru ajak Jisoo untuk adopsi Sunwoo, untungnya Jisoo gak menaruh curiga sama sekali (kayaknya sih ya). Jisoo sempet tanya sih ke Seokmin dia siap enggak adopsi anak, karena menurut Jisoo ini tuh tanggung jawab yang besar bukan sesuatu yang mudah juga tapi Seokmin ngeyakinin Jisoo kalau dia bisa dan sanggup untuk adopsi Sunwoo. Jisoo percaya kalau Seokmin bisa tapi Jisoo gak ngerti kenapa harus anak ini dari sekian banyak anak di panti ini, pertanyaan itu gak pernah Seokmin jawab sampai sekarang.

“Kalau kamu sibuk, aku bisa kok urus dokumen untuk Sunwoo.” Jisoo beneran gak ngerti kenapa Seokmin mau urus ini sendirian

“Aku bisa sendiri kok, Soo.”

“Beneran?”

“Iyaa.”

“Seok.” Jisoo sebenernya pengen adopsi satu anak lagi, dia pernah ke panti yang Jeonghan rekomendasiin ke dia.

“Iya sayang?”

“Nanti kalau kita bisa urus Sunwoo, aku mau nambah 1 anak lagi boleh?”

Seokmin sebenernya ingin nolak tapi dia inget gimana Jisoo belakangan ini selalu sebut satu nama anak kecil yaitu Jungwon untuk diadopsi, “Jungwon?”

Jisoo menganggukan kepalanya dengan semangat, “iyaa aku mau adopsi dia.”

“Boleh, Jisoo boleh.”

Sebenernya alasan kenapa Seokmin gak mau melibatkan Jisoo dalam proses adopsi ini sesimpel karena dia belum siap Jisoo tau kalau Sunwoo itu anak kandung Seokmin. Seokmin sendiri rasanya kaya jalan diatas pecahan kaca, tiap langkahnya itu bikin dia sakit sendiri. Resiko sih karena Seokmin gak mau berkata jujur.

“Seok, Sunwoo kapan bisa kita bawa pulang?”

“Minggu depan, Soo.”

Jisoo disini tuh udah curiga sebenarnya, karena proses adopsi Sunwoo ini cepet banget beda sama yang Jeonghan ceritain ke dia dan ada beberapa prosedur yang terlewat sama Seokmin.

“Seok, beneran semua proses tuh kamu kerjain sendirian? Udah selesai?”

“Udah sayang, kamu kenapa deh gak sabar banget?”

Bukan itu masalahnya, dia fine fine aja kalau Sunwoo baru bisa mereka bawa pulang 2 bulan atau beberapa bulan lagi tapi masalahnya kenapa prosesnya cepet banget? Ini gak masuk diakal Jisoo.

“Cepet yaaa? Nanti kamu ajarin aku ya Seok biar proses adopsi Jungwon secepat ini.” Sarkas sih, Seokmin tau dari nada bicara Jisoo tapi dia gak berani buat balas apa-apa jadi Seokmin cuma senyum dan cium pipi Jisoo.


“Sunwoo pake bajunya dulu!” Jisoo teriak dari dapur pas ngeliat Sunwoo didepan tv telanjang karena terdistraksi sama kartun di tv.

“Seokmin, anaknya pakein baju dulu jangan main handphone aja!”

“Iya maaf-maaf, aku abis liat jadwal aku.” Seokmin buru-buru gendong Sunwoo dan bawa dia ke kamarnya untuk dipakein baju.

“Anak ganteng, siap sekolah gak hari ini?”

“Udah dong, kata papa disana banyak temen ya kaya di tempat aku dulu?”

Tempat? Oh panti.

Seokmin menganggukan kepalanya, “Iya, banyak temennya nanti Nunu suka deh disana.”

Nunu. Nama panggilan yang Jisoo kasih buat anak kecil yang sekarang udah mulai sekolah.

“Yes yes, aku mau sekolah sekarang.”

Jisoo tersenyum melihat interaksi Seokmin dan Sunwoo, “sarapan dulu yuk nu?”

“Oke papa!” Sunwoo langsung lari ke meja makan

Seokmin tersenyum dan diam-diam mensyukuri pilihannya untuk mengadopsi Sunwoo.

“Seok, kamu yang anter atau aku?”

“Aku aja, sekalian aku berangkat ke kantor.”

“Lah kan aku ke kantor juga?”

“Kalau kamu yang anter nanti malah muter-muter, kasian kamunya.”

“Okaay, sarapan dulu sana. Aku siap-siap dulu.”

Seokmin selalu merasa bersalah tiap kali matanya memandang Jisoo. Ngeliat Jisoo lagi makan aja dia rasanya mau nangis, ada perasaan bersalah yang numpuk di dadanya.

“Ayah, nanti aku pulang dijemput siapa?”

“Loh nu, udah nanya pulang aja.”

“Jam 1 ada spongebob di tv tau yah.”

“Iya, ayah tau. Nanti yang jemput papa, gapapa kan?”

“Gapapa banget laaah.”


Puncak masalah Seokmin dan Jisoo itu waktu mereka mau adopsi Jungwon. Harusnya mereka sedang bahagia-bahagianya karena mereka baru menikah 1 tahun lalu. Iya Jisoo dan Seokmin menikah setelah mengadopsi Sunwoo. Acara pernikahannya juga gak mewah-mewah banget, hanya mengundang keluarga dan teman dekat mereka aja.

“Kamu beneran mau adopsi Jungwon sekarang? Tahun depan aja gimana?”

“Gak bisa, Seok. Aku takut dia diambil orang.”

Oke, Seokmin ngerti kegelisahan Jisoo sekarang tapi dia belum siap.

“Kamu belum siap ya Seok?”

“Kalau kamu siap, aku siap kok Soo.” Bohong. Seokmin belum siap, tapi dia gak mau egois karena Jisoo terlihat sangat bahagia sekarang.

“Yess!! Nanti sabtu kita kesana ya sama Sunwoo.”


Proses adopsi Jungwon ternyata cukup panjang dan melelahkan, prosedurnya tuh ribet banget. Jisoo kewalahan dan harus minta bantuan Seokmin dan Jeonghan karena gak sanggup ngurus ini sendirian. Untungnya Jeonghan mau bantu disaat Seokmin gak bisa bantu karena urusan kerjaan.

“Han, kok prosesnya lama ya?”

“Lah emang gini, Soo. Dulu pas urus Sunwoo gini juga kan?”

“Enggak.”

“Hah?”

“Waktu adopsi Sunwoo, gak ada wawancara kaya gini han.”

“Gak mungkin, Soo. Ini tuh justru poin penting buat adopsi anak.”

“Tapi gue gak ada wawancara gini, waktu gue tanya Seokmin dia bilang gak tau kenapa gak ada.”

“Aneh.”

“I know.”

“Soo.”

“Apa?”

“Sebenernya proses ini bisa dilewatin.”

“Gimana caranya?”

“Kalau anak itu anak kandung kita sendiri.”

“Maksudnya gimana?”

“Ya, prosesnya tuh bakal gampang kalau kita adopsi anak kandung kita sendiri. Gak ada wawancara, cuma dokumen tanda tangan doang.”

“Han?”

Jeonghan menarik Jisoo kepelukan, “maaf-maaf, gue gak ada maksud bikin lo mikir yang enggak-enggak.”

“Kayaknya iya.”

“Nooo, honey.”

“Gue tanya Seokmin malam ini.”

“Kalau ternyata Sunwoo anak kandungnya beneran gimana?”

“Pisah.” Jisoo melepaskan pelukannya, “gue akan tinggalin Seokmin.” Lanjutnya.

“Soo?”

“Han, Seokmin yang paling tau kalo gue itu gak bisa dibohongin.”


“Seok, bisa ngomong? Sebentar?”

Seokmin mematikan laptopnya dan berjalan menghampiri Jisoo, “bisa sayang.”

“Duduk dulu deh.” Jisoo menggeser tubuhnya dan memberikan space untuk Seokmin.

“Mau ngomong apa sih? Kok kayaknya serius banget?”

“Ada yang mau kamu omongin gak ke aku?”

“Enggak? Kamu mau ngomong apa?”

Jisoo mengeluarkan satu lembar kertas, “Ini akta lahir Sunwoo.”

Ah udah waktunya. Seokmin tau rahasia yang dia simpan itu ibaratnya bom yang bisa meledak kapan saja tapi siapa sangka kalau bomnya akan meledak sekarang? Di hari aniversarry mereka?

“Iya, itu akta lahir Sunwoo.”

“Nama ayah kandungnya, nama kamu Seokmin!” Jisoo melempar akta lahir itu ke Seokmin

“Soo, dengerin penjelasan aku dulu ya?”

“Apa Seokmin? Apa yang mau kamu jelasin? Kamu punya anak dari perempuan lain?”

“Soo, tarik nafas dulu. Maaf-maaf.”

“AKU GAK BUTUH MAAF KAMU.”

“Oke, dengerin penjelasan aku dulu ya? Kamu mau kan?”

“Enggak. Semuanya udah jelas.”

“Jisoo.”

“Seok, kamu yang paling tau aku benci dibohongin tapi kamu ngelakuin itu ke aku? Dan kamu ngelakuin ini bertahun-tahun Seokmin!”

“KAMU BISA DENGERIN PENJELASAN AKU DULU GAK SIH JISOO? GIMANA AKU MAU JELASIN KALAU KAMU NYELA PEMBICARAAN AKU TERUS.”

Seokmin really know he fucked up.

“Maaf-maaf, aku gak maksud bentak kamu.” Seokmin mengelus tangan Jisoo

“Gila kamu, Seok.”

“Maaf, Jisoo. Dengerin penjelasan aku ya?”

“Seok, kamu bohongin aku dan bentak aku. Kamu ngelakuin dua hal yang aku benci dan sekarang kamu minta aku dengerin penjelasan kamu?”

“Please, Jisoo.”

“No, aku mau kamu jawab jujur. Sunwoo anak kandung kamu atau bukan?”

Seokmin menganggukan kepalanya, “iya, dia anak kandung aku.”

“Dari perempuan mana?”

“Aku gak tau.”

“Udah gila. Kamu gila Seokmin. 8 tahun lalu kamu ngelakuin seks sama perempuan lain dan kamu gak jujur sama aku? 8 tahun Seokmin, bukan waktu yang sebentar.”

“Jisoo, maaf.”

“Kita selesai, Seok. Aku bawa Jungwon keluar dari rumah ini.”

“Jisoo, jangan gini ya? Aku minta maaf, Jisoo.”

“Kamu tau perbuatan kamu itu fatal Seokmin.”

Seokmin tidak berani menjawab ucapan Jisoo lagi, dirinya benar-benar berantakan sekarang.

“Harusnya kamu jujur dari awal kamu mau adopsi Sunwoo, tapi kamu gak ngelakuin itu. 1 tahun kamu bohong dan 8 tahun kamu khianatin aku. Besok pagi aku pergi dari rumah ini, aku gak bakal bawa Sunwoo karena itu hak kamu sebagai ayah kandungnya.”

“Jisoo.”

“Jangan panggil nama aku lagi dan aku harap kita gak ketemu lagi.”

Seokmin melirik kearah pintu restoran, tidak ada tanda-tanda bahwa Sunwoo sudah sampai.

“Abang anter Eric dulu, ayah masuk duluan aja. Table mana aja terserah.” tulis Sunwoo di kolom chat mereka.

Seokmin memilih untuk tidak memesan makanan terlebih dahulu, entah feelingnya saja atau bagaimana yang pasti ia merasa bahwa ia tidak perlu memesan makanan.

“Permisi? Kayaknya anda salah table deh?”

Seokmin menolehkan kepalanya ke sumber suara, “Jisoo?”

Jisoo berusaha menyembunyikan ekspresi terkejutnya, “Seokmin?”

Seokmin melirik lelaki disamping Jisoo dan tersenyum tipis.

“Maaf, kalo gitu aku pindah.”

Jisoo menahan tangan Seokmin, “No, kayaknya ini salah paham deh?”

Seokmin mengerutkan keningnya, “Ah?” Sial, ini pasti ide Sunwoo. “Mau duduk dulu, Jisoo?”

Jisoo menggelengkan kepalanya, “Gak perlu duduk, kita perlu bicara sebentar saja. Bisa?”

“Bisa, dimana?”

Jisoo melirik pria disampingnya, “Oh iya, perkenalkan ini Seungwoo pacar aku.”

Seungwoo mengulurkan tangannya, “Halo, saya Seungwoo.”

Seokmin menjabat tangan Seungwoo dan tersenyum, “Seokmin.”

“Seungwoo, aku boleh ngomong sebentar sama Seokmin?”

“Boleh sayang, aku tunggu di mobil ya?”

Jisoo menganggukan kepalanya, “okay, makasih ya.”

“Seokmin, kita bicara diluar aja gapapa? Kamu belum pesan apa-apa kan?”

“Belum kok.”

“Yaudah yuk.” Jisoo melangkahkan kakinya meninggalkan restoran tersebut diikuti Seokmin yang berjalan dibelakangnya.

“Aku minta maaf untuk kejadian ini.” Seokmin angkat bicara setelah keheningan cukup panjang diantara mereka.

“Ya sebenernya aku gak ngerti, Jungwon tau darimana kalau kamu itu ayahnya dia dan begitu juga Sunwoo kenapa dia bisa tau kalo aku itu papanya dia?”

“Aku gak tau, Soo. Atas nama Sunwoo aku minta maaf sebesar-besarnya ya. Aku gak membenarkan ini dengan alasan dia masih remaja tapi aku harap kamu gak benci sama dia.”

Jisoo menggelengkan kepalanya, “Aku gak pernah benci sama Sunwoo.” Jisoo menghela nafasnya, “Dan juga kamu. Aku gak pernah benci sama kamu.”

Seokmin tersenyum, Jisoo memang mudah memaafkan.

“Aku minta maaf atas kejadian dimasa lalu.”

“Masa lalu biarin di masa lalu ya, aku gak mau bahas itu sekarang karena aku rasa waktunya belum tepat dan gak cukup untuk itu.”

“Iya, maaf.”

“Aku belum siap juga untuk bahas itu.” Jisoo menundukkan kepalanya, “lebih tepatnya aku belum siap ketemu kamu, maaf.”

Seokmin paham dan itu bukan salah Jisoo.

“Gak perlu minta maaf, mungkin kalau waktunya sudah tepat kita bisa bicara berdua ya? Kamu sendiri belum dengar cerita aku dan permintaan maaf langsung dari mulut aku.”

“Iya, aku pamit ya.”

“Jisoo, boleh titip pesan untuk Jungwon?”

Jisoo menganggukan kepalanya, “boleh, seokmin.”

“Tolong bilangin dia ya kalau aku gak marah sama sekali ke dia dan ku minta maaf belum bisa jadi orang tua yang baik dan belum bisa ngejagain dia. Oh sama satu lagi, bilangin kalo aku kangen sama dia.”

“Iya, Seokmin bakal aku bilangin ke dia.”

Seokmin tersenyum, “makasih ya.”

“Bilang ke Sunwoo kalau aku gak marah sama dia dan sampaiin ke dia kalau aku kangen dia.”

Seokmin menganggukan kepalanya, “iya soo.”

Jisoo mengulurkan tangannya, “sampai ketemu nanti?”

Seokmin menjabat tangan Jisoo dengan erat, “Sampai ketemu nanti, Jisoo.”

Seokmin pun melangkahkan kakinya meninggalkan Jisoo yang berdiri menatap punggungnya dari belakang.

“Seokmin, jangan lupa ceritain ke dia tentang masa lalu kita. Aku rasa dia perlu tau itu.” Teriak Jisoo

Seokmin memutar badannya dan mengacungkan jempolnya, “Pasti bakal aku ceritain kok.”

Seokmin melangkahkan kakinya, sejujurnya dia paling malas acara seperti ini ujung-ujungnya minta sumbangan ke sekolah.

“Yah, jangan suruh om Minghao lagi ah ke sekolah.” Sunwoo protes waktu Seokmin minta tolong ke Minghao untuk wakilin dia ke sekolah Sunwoo, “Om Minghao diminta sumbangan ngasih 2 juta, buset dah itu buat makan-makan guru kali.” Lanjutnya.

Untung saja acara selesai jam 11, sebelum jam makan siang. “Halo ayah, acaranya udah selesai?” Itu Eric, pacar Sunwoo

“Udah kok ric, kok ayahmu gak dateng?”

“Au tuh sibuk kali, emang ngomongin apa yah?”

“Bahas studytour, kamu ikut ric?”

Eric menganggukan kepalanya, “ikut dongg, Ateng ikut dong om biar saya gak sendirian.”

“Oke, kalo kamu gak ikut Sunwoo gak saya izinin buat ikut.”

“Iya ayah jangan, dia kalo dilepas di alam bebas suka liar.”

Seokmin tertawa mendengar ucapan Eric barusan, “Sunwoo kemana ric?”

“Lagi dipanggil pelatih, saya duluan ya yah.” Eric pun melangkah pergi setelah salim dengan Seokmin.

Sunwoo dan Eric mengingatkannya dengan dia di masa lalu. Bedanya, dulu dia bertiga dengan Mingyu dan Minghao.

Seokmin memicingkan mata, tepat 100 meter didepannya ada lelaki bertubuh kecil yang sangat mirip dengan seseorang di masa lalunya. Jisoo.

“Jisoo?”

Baru saja Seokmin ingin menghampiri Jisoo, seorang anak kecil berlari dari belakangnya.

“PAPA JISOO!” Anak itu berlari kearah Jisoo dan melewati Seokmin. Otomatis Jisoo menoleh kearah anak tersebut dan matanya bertemu dengan mata Seokmin.

Jisoo terkejut melihat seseorang yang mirip dengan Seokmin. Tapi ia memilih untuk berpura-pura tidak mengenalinya.

“Hai sayang, sekolahnya udah selesai?”

Jungwon menganggukan kepalanya, “sebelum pulang ke rumah, jungwon mau makan hokben.”

Seokmin menyaksikan semua itu, menyaksikan bagaimana Jisoo mengelus rambut Jungwon dan mengecup keningnya.

“Iya sayang, yuk?” Jisoo menuntun Jungwon dengan mata sedikit melirik kebelakang, berharap lelaki yang dilihatnya itu benar-benar Seokmin.

“AYAH SEOKMIN WOI TUNGGUIN KALI!” Sunwoo berlari menghampiri Seokmin dengan membawa selembar kertas ditangannya.

Entah kenapa kepala Jisoo ikut menoleh kearah sumber suara, “Seokmin?”

Sunwoo berhenti di belakang Seokmin, menatap lelaki yang dia pernah lihat sebelumnya didepan gerbang sekolah, Papanya Jungwon sedang menatap kearah Seokmin dan Sunwoo secara bergantian.

“Bang Sunwoo!!!!!” Teriak Jungwon

Sunwoo hanya tersenyum dan melambaikan tangannya membalas sapaan Jungwon.

“Jungwon, pulang yuk?”

“Papa gak mau kenalan sama Bang Sunwoo?”

Jisoo terkejut dengan ucapan Jungwon, bagaimana cara menolaknya secara halus karena Jisoo belum mempunyai nyali untuk bertegur sapa dengan Seokmin.

“Nanti yaa, di rumah ada bang Ican ayo pulang dulu.”

Jungwon mengerucutkan bibirnya, “yaudah deh.”

Sunwoo memperhatikan bagaimana Ayahnya melihat Jisoo dengan ekspresi yang Sunwoos sendiri tidak mengerti.

“Yah, kenal?”

“Hm? Siapa?”

“Itu yang tadi?”

Seokmin hanya tertawa, “Tadi ayah ketemu Eric katanya kamu lagi ketemu pelatih? Kok disini?”

Ah mengalihkan pembicaraan, Sunwoo tahu ayahnya menyimpan rahasia. Mungkin nanti dia cari tau sendiri dengan bantuan Jungwon.

“Udah kok, abang pulang telat ya yah?”

Seokmin menganggukan kepalanya, “iya, jangan malem-malem ya bang.” Seokmin mengeluarkan selembaran uang dari dompetnya, “buat kamu.” lanjutnya

“Widih emang paling mantep dah ayah.”

“Udah makan siang bang?”

“Nanti, bareng Eric.”

“Bulol, yaudah ayah ke kantor ya bang.”

“Lah gak jadi cuti yah?”

“Ada client jam 1.”

“Oke, hati-hati.” Sunwoo pun pergi setelah salim dengan Seokmin.

Seokmin masih belum sepenuhnya sadar atas kejadian barusan, Jisoo dan Jungwon ada disini? Jungwon kenal Sunwoo?

Jam menunjukkan pukul 17.54 sekolah sudah mulai sepi dan hanya tersisa beberapa siswa yang baru selesai ekstrakulikuler dan satpam sekolah yang sedang berkeliling. Sunwoo memakai helm dan memicingkan matanya saat melihat Jungwon yang sedang duduk di dekat pos satpam sambil memainkan handphonenya, Sunwoo pun buru-buru menyalakan motor dan menghampiri Jungwon.

“Woi cil, ngapain masih disini?”

Jungwon hampir terjungkal kebelakang saat menyadari ada motor ninja menghampirinya “Oh bang Sunwoo, abis pulang ekskul bang, kok abang masih disini?”

“Sama, gue juga baru kelar futsal.” Sunwoo menaikkan kaca helmnya, “belom dijemput?” tanyanya

Jungwon menggelengkan kepalanya, “kayaknya papa kejebak macet.”

“Mau ditungguin gak?”

Jungwon menyilangkan tangannya, “gak usah bang, aku berani sendiri kok.”

“Gue temenin aja lah, soalnya temen gue juga belom keluar dari ruang ganti.” Ucap Sunwoo sambil melirik kearah pintu sekolah.

“Woi ateng anjing, kenapa ninggalin gue.” Eric memukul kepala Sunwoo dengan keras

“Jaga mulut lo, ada anak kecil.”

Eric mengalihkan pandangannya dan tersenyum saat melihat Jungwon, “Haloo, nama kamu siapa? Aku Eric temennya ateng.”

“Halo kak eric, aku Jungwon.”

“Kamu kok masih disini?”

“Belom dijemput papa, kak.”

Eric mengelus kepala Jungwon, “ih kamu lucu banget deh, kok aku baru liat kamu sih di sekolah?”

“Lo aja tukang bolos, ric.” Sela Sunwoo

“Gue gak ajak lo ngobrol teng.”

Jungwon hanya tertawa melihat interaksi dua kakak kelasnya ini, menyenangkan. Kak Eric dan Bang Sunwoo sama-sama cerewet, mereka tidak berhenti berbicara atau lebih tepatnya bertengkar.

Tin

Jungwon mengalihkan pandangannya, ada mobil Papanya didepan gerbang sekolah.

“Kak Eric, bang Sunwoo aku pamit pulang duluan ya. Makasih udah nemenin aku.” Pamit Jungwon dengan tersenyum manis

“Sama-sama anak ganteng, besok-besok kalo sendiri bilang boteng ya biar ditemenin sama dia, kalo gak berani sama dia chat aku aja.” Ucap Eric

“Sama-sama cil.”

“Tapi aku gak punya nomer kak Eric?”

“Nanti aku chat kamu yaaa, aku minta sama Ateng. Gapapa kan?”

“Gapapa kak, aku duluan ya. Kalian pulangnya hati-hati, dadah!!” Ucap Jungwon lalu berlari meninggalkan Sunwoo dan Eric.


“Sore, papa!” Sapa Jungwon saat memasuki mobil milik papanya.

“Sore sayang.” Ucap Jisoo dengan mengelus rambut Jungwon

“Tadi kakak kelas yang aku ceritain loh pa, yang papa bawain bekel itu.”

“Yang mana dek? Yang diatas motor atau yang duduk disamping kamu?”

“Yang diatas motor, lucu deh aku baru tau dia dipanggil ateng.”

Jisoo melirik kearah Jungwon, “Ateng? Apa itu dek?”

Jungwon mengangkat kedua pundaknya, “gak tau aku juga pa.”

Jisoo tertawa, “kirain kamu tau.”

“Enggak. Dia minta gak dibawain bekel lagi, katanya gak enak sama papa.”

“Hm? Padahal papa gak masalah?”

“Gak tau tuh, dia sibuk futsal katanya jadi jarang di sekolah.”

“Oh gitu.”

“Futsal ya? Mirip kamu Seok.” batin Jisoo

Seokmin pov

Sabtu pagi, jam menunjukkan angka 10.30 dan gue sekarang ada di mobil Minghao.

“Jangan nangis ya nyet nanti.” Gue tau Minghao hanya meledek gue jadi gue tidak menjawab ucapan tersebut

“Gue sih yang nangis kayaknya.” Ucap Mingyu

“Lebay.”

Gue membuka ruang obrolan dengan Kak Jisoo di whatsapp, katanya dia sudah sampai dan akan menunggu gue di starbucks jadi gue hanya membalas acungan jempol saja.

“Nanti ketemu dimana?”

“Starbucks, kalian mau ikut gue?”

Kedua sahabat gue menggelengkan kepalanya, “liatin dari jauh aja.”

“Kayaknya Kak Jisoo juga sadar kalo kalian liatin.”

“Iya gapapa, yang penting kan lo dapet momen berdua.”

Sesampainya di bandara gue buru-buru melangkahkan kaki kearah starbucks, mata gue memicing ke segala arah mencari sosok Kak Jisoo dan gue menemukannya di bangku paling ujung.

Kak Jisoo menggunakan kemeja dengan lengan digulung, sumpah demi Tuhan gue tidak rela lelaki ini pergi jauh.

“Loh cil katanya sama temen-temen lo?”

“Iya, tapi mereka lagi beli makan dulu.”

“Oh gitu.”

Hening. Gue memilih diam daripada membuka percakapan dan sepertinya lelaki didepan gue juga melakukan hal yang sama.

“Pesawat lo jam berapa?”

“30 menit lagi.”

“Oh gitu ya.”

“Iya.”

“Kak?”

Gue akan memberanikan diri, kata Chaeyeon mendingan malu sekarang daripada nyesel nantinya.

“Iya Seok?”

“Makasih ya.”

“Untuk?”

“Semuanya. Makasih udah jadi role model gue, makasih udah ngebantu gue dari segi akademik maupun enggak, makasih udah ngeluangin waktu buat nonton gue ngeMC padahal lo lagi sibuk waktu itu, makasih untuk uangnya? Sejujurnya uang dari lo 100% gue sumbangin ke kitabisa jadi gue gak pake.”

“Sama-sama ya cil.”

Ngomong gak ya? Katanya gak mau nyesel tapi gue takut banget.

“Kak?”

“Iya?”

Gue menghela nafas, “sejujurnya gue pengen nahan lo tapi kata Younjung itu egois.”

“No, gak egois.”

“Iya, tapi udah telat juga kan? Jadi ya gapapa. Kalau gue diposisi lo gue yakin lo bakal ngelakuin hal yang sama kaya yang gue lakuin kan?”

Kak Jisoo menganggukan kepalanya, “iya.”

“Gue gak tau sih apa gue boleh ngomong ini atau enggak but i adore you. In a romantic way.”

Tidak ada wajah terkejut, sial berarti selama ini dia tau dong?

“Iya, makasih ya Seokmin. Gue juga sayang sama lo, tapi gue gak bisa janji apa-apa sama lo sekarang. Jadi, terbang yang tinggi ya Seok? Kalau emang kita mean for each other kita bakal ketemu lagi kok. Tapi gue mohon sama lo jangan tungguin gue ya?”

Gue mengangguk setuju, “Iya, thanks ya kak.”

“Gue juga makasih sama lo.”

Gue hanya tersenyum, “jadi farewell nih?”

Lelaki didepan gue hanya tertawa, “For now.”

“Yah yakin gak selamanya?”

“Jangan gitu. Kita gak tau apa yang bakal terjadi besok atau 5 menit lagi. Jadi farewellnya untuk sekarang aja.”

“Okay.”

Gue menatap laki-laki didepan gue, sangat disayangkan kalau dia gak bisa jadi milik gue.

“Pesawat gue bentar lagi.”

Waktu gue dan dia hanya sebentar, sangat sebentar. Gue menyayangkan momen dimana gue menjadi pengecut.

“Iya, yaudah sana.”

Kak Jisoo memberikan gue satu tas belanja, “buat lo.” gue mengerutkan kening “kenang-kenangan.”

Sialan.

“Yah gak bilang, tau gitu gue kasih hadiah juga.”

Dia tertawa lagi, suaranya merdu dan gue akan simpan suara itu didalam otak gue.

“Gak perlu, sini peluk?”

Gue mendekatkan tubuh gue dan gue menarik tubuh Jisoo kedalam pelukan, “safe flight kak.”

Dia mengelus punggung gue dengan lembut, “makasih seok, jangan lupa belajar yang rajin dan lulus tepat waktu ya.”

Dia melepaskan pelukannya dan mengelus rambut gue, “good luck cil, i love you.”

Ucapan tadi menutup kisah Seokmin dan Jisoo.

“Its completely done.” Gue memperhatikan punggung lelaki kesayangan gue yang makin lama makin mengecil sebelum akhirnya hilang.

“I love you too, kak.”

Seokmin tersenyum saat melihat Younjung dan Chaeyeon yang melambaikan tangan kearahnya dari venue. Dibelakang mereka ada Junhui dan Minghao, kalo kalian bertanya-tanya dimana Mingyu dia ada di barisan paling depan, katanya sih mau nonton Sheila On 7 dari dekat tapi gak tau kenapa mata Mingyu gak lepas dari partner MCnya malem ini—Soonyoung.

“Nah sekarang penampilan siapa nih Seok?”

“Ini nih yang ditunggu-tunggu kalian daritadi siang.” Jawab Seokmin dengan nada ceria

“Siapa tuh Seok?”

“Kita panggil aja kali ya nyong?”

“Oke kita sambut”

“Yovie and Nuno!!!!” Teriak Seokmin dan Soonyoung bersamaan

Tepuk tangan meriah dari penonton saat personil Yovie and Nuno naik ke atas panggung.

“Selamat malam!” Ucap Dikta dengan tersenyum

“MALAAAAM!!” Jawab penonton dengan semangat

“Wah semangat banget kayaknya nih? Yaudah tanpa menunggu waktu lama, INI DIA YOVIE AND NUNO!!!!” Ucap Seokmin yang disambut tepuk tangan

Seokmin melihat kearah venue sebelum akhirnya turun dari atas panggung. Seokmin tau orang yang dicarinya sedari tadi tidak mungkin datang, pasalnya jam 4 sore tadi Jisoo mengabarinya bahwa ia baru selesai rapat dan tidak mungkin dia datang ke acara ini. Tapi masih ada sebuah harapan di dada Seokmin yang mengharapkan Jisoo untuk datang.

Soonyoung menepuk pundak Seokmin, “Seok, dicariin Sejeong di depan.”

“Oke, thanks nyong. Btw lo ditungguin Mingyu tuh.” Ujar Seokmin dengan mengangkat dagu memberi tanda ke Soonyoung ada Mingyu yang daritadi memperhatikan mereka.

Seokmin melangkahkan kakinya keluar dari belakang panggung, mencari keberadaan perempuan berambut pendek tersebut.

“Seok!!!” Seokmin mencari sumber suara tersebut

“Woi!” Chaeyeon menepuk pundak Seokmin dari belakang.

“Eh ngapain si lu kesini?”

“Bawel, ini lo break berapa menit?”

“Yovie n Nuno sih bawa 5 lagu jadi 15/20 menit kali ya? Kenapa?”

Chaeyeon menarik tangannya, “ikut gue ketemu Seje.”

Seokmin hanya mengikuti arah Chaeyeon, terlalu malas untuk ribut.

“Tuh liat Seje dateng sama siapa.”

Seokmin mengarahkan pandangannya kearah yang dimaksud dan sumpah demi Tuhan kakinya terasa seperti jeli.

“Beneran gaksih?” batinnya

“Hai.” Sapa Jisoo

Wanginya. Ini beneran wangi Jisoo. Jadi Seokmin gak mimpi?

“Lah kok disini?”

“Sejeong yang undang.”

Seokmin melirik Sejeong yang tersenyum jahil, “suprise?” ucap Sejeong tanpa suara

“Udah selesai?” Tanya Jisoo

Seokmin menggelengkan kepalanya, “belum, selesai yovie and nuno gue pamit undur diri diganti sama kating.”

“Oh yaudah sana balik ke backstage, gue nonton disini bareng temen-temen lo.” Ujar Jisoo sambil mengelus rambut Seokmin dan tersenyum

Seokmin mengerutkan keningnya dan melirik kearah teman-temannya. Younjung tersenyum dan menganggukan kepalanya, “sana balik, laki lo aman sama gue.” bisiknya pelan

“Yaudah.” Seokmin pun melangkahkan kakinya kearah backstage dan bertemu Soonyoung dan Mingyu yang sedang asik berbincang.

“Sana lo gyu, gue sama Soonyoung mau naik keatas panggung.” Usir Seokmin dengan mendorong tubuh Mingyu

“Tai, ganggu aja.”

“Kerja goblokkkkk.” Seokmin mendekatkan tubuhnya ke Mingyu, “ada kak Jisoo sama anak-anak ditempat tadi Chaeyeon nunggu.” bisiknya pelan

“Oke, gue kesana.” Mingyu pamit dengan Soonyoung dan melangkah pergi


Setelah menutup acara, Seokmin menghampiri teman-temannya disalah satu stand makanan.

“Widih mc kita nih.” Sapa Mingyu dengan menepuk pundak Seokmin

“Paansi lu.” Mata Seokmin bergerak ke segala arah, mencari keberadaan seseorang yang tadi ditemuinya.

“Pak Jisoo udah balik, Seok.” Ucap Chaeyeon

“Lah demi apa?”

“Demi Allah, dia titip salam katanya suruh lo cek whatsapp aja kalau udah gak sibuk.” Ujar Chaeyeon, “Sini duduk dulu.” Lanjutnya.

“Beneran chae?”

“Gue udah demi Allah yakali gue bohong?”

“Oh gitu.” Seokmin buru-buru membuka handphonenya dan mengecek notifikasi handphone, sayangnya tidak ada pesan dari Jisoo.

“Masih dijalan kali.” Ujar Sejeong

“Iya kali ya.”

“Tau gak lo kalo si bapak kesini naik kereta?”

Seokmin mengerutkan keningnya, “masa?”

“Ye serius, lo bayangin aja ada orang kaya namanya pak Jisoo rela naik angkutan umum desek-desekan buat nonton lo doang? Belom lagi dia kelar rapat kan? Disela-sela waktunya dia luangin buat lo? Nyet, kalo gue jadi lo sih gue perjuangin.”

“Ah anjing lah.” Seokmin memijat keningnya, merasa pusing dengan fakta yang barusan ia dengar, “eh tapi kok tetep wangi sih?” lanjutnya.

“Nah itu gue juga bingung, pak Jisoo pake parfum apa ya? Kok wanginya awet bener. Tapi gue akuin sih seok, wangi rich daddy.”

“Je, gue aduin abang ya lo.”

Seokmin pov.

11.00

Gue melihat jam di kamar, jam menunjukkan angka 11 siang. Gue menengok kesebelah ada Mingyu yang masih tertidur pulas dan gue buru-buru ke kamar mandi untuk mencuci muka dan sikat gigi. Setelah melakukan ritual pagi, gue melangkahkan kaki keluar dan melihat Younjung sedang membersihkan ruang tengah villa.

“Pagi yo, sini gue bantu.”

Younjung tersenyum, “Pagi anak rajin, ambil plastik sampah deh seok di laci dapur. Kalo udah masukin tuh sampah yang gue pisahin.”

Gue buru-buru mengambil plastik sampah dan mengumpulkan sampah yang berserakan, ada dua botol besar minuman bersoda, 4 box pizza dan plastik snack yang cukup banyak.

“Gila ini yang makan udah kayak gak dikasih makan 1 bulan.”

“Lo yang makan ya monyet.” Younjung melempar satu botol aqua kearah gue

Setelah membereskan sampah, gue memutuskan untuk duduk di sofa dan membuka handphone untuk melihat pesan yang masuk dan scroll twitter melihat-lihat video lucu. Younjung merebahkan badannya diatas sofa, kepalanya ditaruh diatas paha gue yang membuat gue langsung memainkan rambutnya, sebuah kebiasaan dari dulu.

“Seok, laper gak?”

Gue menutup handphone dan memperhatikan Younjung yang sedang asyik berselancar di aplikasi Gojek, “mau gofood?”

“Jauh deh jaraknya, sayang ongkos.”

“Mau cari deket deket sini? Keliling aja kita cari sarapan.”

“Yuk, sekarang aja langsung.” Younjung bangun dari posisinya dan menarik tangan gue

“Yaudah, tanya seje sama chae mau makan apa. Gue tanya yang lain.”

Gue langsung mengambil kunci mobil dan memanaskan mobil sembari gue mengambil jaket dan membangunkan Mingyu.

“Gyu, nyarap gak? Gue mau cari makan sama buyo.”

“Ngikut aja deh gue.” Jawab Mingyu dengan setengah sadar.

“Oke. Nanti gue telpon ya adanya apa.” Ucap gue sebelum pergi menutup pintu kamar

Gue bertabrakan dengan Minghao yang baru saja keluar kamar “Hao, nyarap?”

“Kasih tau digrup aja lu nemu makan apa ya.”

“Sip.”


11.50

Gue dan Younjung baru saja menghabiskan 1 mangkok bubur ayam dan sedang menunggu abang tukang bubur untuk membungkuskan pesanan gue. Setelah membayar makanan gue dan Younjung memutuskan untuk langsung balik ke Villa.

“Hari ini rencana kemana yo?”

“Mau ketemu temen.”

“Siapa?”

“Inget gak cowok yang gue ceritain pas gue masih kuliah? Yang si you-knows-who cemburuin itu?”

Gue mengerutkan kening, berusaha mengingat siapa cowok yang dideskripsikan Younjung, “Lupa, yang dj bukan?”

Younjung menganggukan kepalanya, “iya.”

“Ciaelah jadi nih sama yang ini?”

Younjung mendorong badan gue pelan, “jadi apaan, orang temenan doang.”

“Gue lagi nyetir monyet jangan dorong-dorong.” Gue melirik Younjung sekilas sambil tersenyum jahil, “jadian juga gapapa, tapi izin gue dulu.”

“Jisoo kali yang harus izin sama gue bukan Hyungwon yang izin sama lo.”

“Kak Jisoo woi, main Jisoo Jisoo aja lo.”

“Yee biarin.”

Lampu merah didepan cukup lama, membuat gue sedikit kesal.

“Sejeong rencana kemana?”

“Dijemput si abang, katanya mau main kemana gitu gue lupa.”

Gue cukup kaget, bisa-bisanya Sejeong mengajak abang kesini?

“Wah anjing, ngeri gue ketemu si abang.”

“Lo kenapa deh? Padahal keliatan pendiem gitu anaknya.”

“Takut cuy, hawanya menyeramkan. Mingyu aja takut padahal gedean badan Mingyu daripada si abang.”

“Tato di jarinya sih yang bikin keliatan menyeramkan.”

“Gak pake tato juga si abang udah nyeremin yo.”

Younjung tertawa dan menyetujui ucapan gue, “Jun sama Hao udah pasti malem mingguan. Kalo lo, Mingyu sama Chaeyeon ada rencana kemana?”

Gue menggelengkan kepala, “belum tau, tadi sih sempet ngobrol sama Mingyu kalo gak gabut ya di villa aja.”

“Oh gitu.”

Gue melirik Younjung, dan berpikir apakah gue harus izin untuk pergi nanti malam atau pergi diem-diem aja?

“Yo, jam 11 udah balik kan?”

“Udah, kenapa?”

“Gue mau pergi sama Mingyu jam 11.”

“Malem banget? Mau kemana?”

Otak gue berputar mencari alasan yang tepat karena gak mungkin gue jujur sama perempuan disebelah gue ini.

“Anjing.” Umpat Younjung, “Gak seok, gak.” Lanjutnya

“Yaelah yo, sekali doang. Sama Mingyu kok.”

“No.”

“Yo, please?”

“Lo gak bisa mabok, Seokmin. Minum alkohol satu teguk aja lo udah muntah.”

“Gue gak minum, janji.”

“Terus ngapain ke club malam kalo gak minum?”

Sial. Gue gak akan pernah menang kalau debat sama Younjung.

“Ya cuci mata?”

“Mata lo sini gue cuci pake sunlight. Gak usah macem-macem.”

Gue mengerucutkan bibir, sejujurnya Younjung ada benernya juga.

“Enggak ya, Seok. Kasian Chaeyeon sendirian di Villa.”

Betul juga.

“Gue ajak.”

“Jangan bikin gue marah deh, seok.”

“Iya iya, gak jadi ke club.”

Younjung tersenyum dan mengelus kepala gue dengan lembut, “good boy.”


19.30

Sekarang di villa hanya tersisa gue, Mingyu dan Chaeyeon. Kita bertiga duduk di sofa ruang tengah berdekatan. Mingyu sedang asyik dengan handphonenya, Chaeyeon sedang serius menonton film di layar televisi dan gue yang bosan karena tidak mengerti alur film.

“Boseeeeen.”

Mingyu menolehkan kepalanya ke gue, “Seok, kalo kita diem-diem perginya, dimarahin gak sama buyo?”

“Lo siap dibelah dua sama buyo?”

Chaeyeon tertawa mendengar jawaban gue barusan, “gak dibelah dua kali tapi dibelah tiga.”

“Cabut yuk?” Ajak Mingyu

“Kemana?”

“Chae, lo mau shopping gak?”

Chaeyeon menggelengkan kepalanya, “Shopping apaan si monyet, orang isi mallnya juga sama aja kayak yang di Jakarta.”

“Ke cafe aja yuk?”

“Mauuu ikutttt, Seokkkk.”

“Naik apaan?” Tanya Mingyu

“Grab aja.” Usul Chaeyeon lalu pergi menuju kamarnya

“Gak usah ganti baju ah, gini aja kita seok.” Ucap Mingyu

“Iya, gue juga males ganti baju.”


21.00

Live music yang disediakan di cafe daritadi menyiarkan lagu galau yang sumpah demi Tuhan gue gak perlu dengerin.

“Galau bener dah, pemilik cafenya ditinggal pacarnya apa gimana?” Keluh Mingyu sambil mengeluarkan sebatang rokok

“Bagi.” Pinta gue

“Jangan ngerokok, gue gak suka asapnya.” Chaeyeon menarik paksa lighter dari tangan Mingyu.

“Iyedah iye.” Ucap gue dan Mingyu bersamaan.

“Eh, buyo bentar lagi sampe villa.” Ucap Chaeyeon

“Balik dong kita?”

Chaeyeon menganggukan kepalanya, “kunci di kita, nanti buyo gak bisa masuk.”

Gue setuju, kasian kalau Younjung kekunci di luar malam-malam gini, “Pesen grab chae.”