His 911
bzzzt bzzzt
Dengan mata setengah terbuka Seokmin mencari handphonenya.
“Halo? Ini siapa?”
“Seok, lo dimana? Kita bentar lagi rapat.” Ucap seseorang diujung sana.
“Hah? Rapat apa?”
“Wah anjing, rapat yang kemaren lo minta lah. Lo baru bangun ya?”
“Iya, sorry gue lupa banget. Ini Hyunjae?”
“Iya, terus gimana? Batalin atau undur beberapa jam? Gak enak ditungguin anak-anak.”
Seokmin melihat jam yang tertera di layar handphonenya, 9.15 AM, “Batalin aja deh, gak keburu kayaknya kalau gue ke kantor. Sekalian gue gak masuk hari ini.”
“Bos kurang ajar. Yaudah gue bilangin ke yang lain.”
“Sip, thanks ya, Jae.” Seokmin menutup telfon dan mengedarkan pandangannya, kamar dengan dominan berwarna putih dan sedikit warna emas menambah kesan elegan.
Seokmin menggaruk kepalanya yang tidak gatal, “Gue minum berapa botol deh? Ini kamar siapa? Seokmin goblok.”
Tok tok
Belum sempat Seokmin memproses apa yang terjadi semalam, seseorang sudah mengetuk pintu yang ada di kamar tersebut.
“Seok, udah bangun?” Tanya suara dari balik pintu putih tersebut.
“Hah? Eh? Iya udah kok, masuk aja.”
Pintu didepan tersebut terbuka dan menampilkan sesosok lelaki berbadan kecil dengan membawa satu nampan yang berisi segelas susu dan satu mangkuk sup.
“Lah?”
“Surprise?” Lelaki bertubuh kecil tersebut tertawa kecil melihat ekspresi bingung di wajah Seokmin.
“Kok gue disini, Cing?” Seokmin menggaruk kepalanya.
“Coba lo cek iMess lo deh terus liat jam 12 malem lo chat siapa.”
Seokmin buru-buru membuka aplikasi iMess dan tertawa kecil, “Drunk text gue ke lo nih?”
“Ke gue doang? Apa ada yang lain?” Sarkas lelaki tersebut.
“Yaelah cing, udah bertahun-tahun di luar negeri masih aja sarkas.”
“Gak ngaruh kali, Seokkie.”
Seokmin tertawa mendengar nama panggilan yang keluar dari mulut lelaki tersebut.
“Masih inget aja.”
“Makan dulu nih, lo kerja gak?”
Seokmin menggelengkan kepalanya, “Barusan gue chat temen sih, izin masuk hari ini.” Seokmin menggeser tubuhnya dan mengisyaratkan lelaki tersebut untuk duduk disebelahnya, “Makasih, Wooseok.”
“Udah bos ya sekarang jadi bisa izin mendadak?”
“Yeee, masih gak ada apa-apanya dibanding lo sih.”
“Sialan.” Ucap Wooseok sambil memukul lengan Seokmin, “Oh iya, tadi Minghao dm gue.”
“Lah ngapain?”
“Nyariin lo lah. Kalau udah makan, cek handphone lo deh kayaknya temen lo pada nyariin.” Wooseok berdiri dari tempat duduknya, “Anak lo juga jangan lupa dikabarin, kalau udah selesai makan keluar ya. Kita ngobrol.” Lanjut Wooseok sambil pergi meninggalkan kamar tersebut.
Seokmin buru-buru menghabiskan makanannya dan dengan satu tangan lagi membuka handphone untuk mengabari Sunwoo dan juga teman-temannya. Tidak butuh waktu lama untuk Seokmin menghabiskan sup buatan Wooseok, jadi setelah makan ia keluar dari kamar dan berjalan menuju ruang tengah dimana Wooseok sedang duduk menonton televisi.
Seokmin duduk disamping Wooseok dengan membawa segelas air putih, “Oh iya, lo belom ketemu Sunwoo ya, Cing?”
“Belum, kenalin dong. Parah banget ya lo.”
Seokmin meneguk segelas air putih yang dia ambil di dapur milik Wooseok tersebut, “Nanti gue kenalin, lo sih main pergi aja ke luar negeri. Btw tadi susu lo enak.”
Wooseok meninju lengan Seokmin, “Susu ultramilk itu, nyet.”
“Beda dari yang gue beli. Lo free kapan? Mau ketemu sekarang aja?”
Wooseok menganggukan kepalanya, “Gue pengangguran jadi free untuk hari ini.”
“Pengangguran kaya raya, emang lo gak kerja di tempat Ayah?”
“Males ah, nanti gue diomongin. Mulai minggu depan sih gue kerja di tempat lain.”
“Males diomongin apa males langsung diangkat jadi direktur?”
“Tai lo.”
Seokmin tertawa mendengar umpatan lelaki disampingnya, “Yaudah nanti malem dinner sama gue dan Sunwoo mau gak?”
“Boleh. Tapi lo kenalin gue ke anak lo sebagai apa nih? Mantan? Atau orang spesial?”
“Kan, lo mah gitu sih.”
“Gitu gimana? Kan gue cuma nanya.”
“Iya sih, sorry.”
Wooseok tertawa melihat ekspresi bersalah yang dipasang oleh Seokmin, “Bercanda, lo gak mau cerita nih tentang semalem?”
“Apa ya cing? Gue putus karena Younjung ketemu yang lebih baik. Belum lama ini ketemu sama Jisoo. Belakangan ini tuh gue kayak naik rollercoaster tau gak?” Ucap Seokmin sambil memijit keningnya.
“Capek banget kayaknya. Jisoo gimana pas ketemu lo?”
“Ya gitu, gue juga gak ada niat buat balik sama dia sih dan dia juga udah ada yang lain.”
“Kalau dia gak ada yang lain, lo ada niatan buat balik gitu?”
“Ya enggak tau. Cuma untuk sekarang pikiran buat balik ke dia tuh gak ada di otak gue.”
“Terus masalahnya dimana?”
“Gue tidur sama dia, Cing. Selingkuh gue dibalik Younjung. Emang dasarnya brengsek tetep aja brengsek.”
“Ya salah lo.”
“Emang, salah gue juga kan dulu tidur sama cewek sampe dia hamil?”
“Terus lo ulangin lagi deh tuh minum sampe mabok parah, padahal janjinya gak akan diulangin. Untung aja lo chatnya gue dan gue datengnya cepet juga. Kalau orang lain ada yang godain lo disana gimana?”
“Stress emang.”
Wooseok mengelus rambut Seokmin dengan lembut, “Yaudahlah udah lewat juga, sekarang lo mandi deh terus temenin gue belanja.”
“Belanja apalagi?”
“Kado lah buat anak lo.”
“Dia udah gede, cing.”
“Emang remaja gak perlu kado? Sekalian di kamar mandi lo mikir deh kalau anak lo nanyain gue bakal lo jawab apa nanti?”
“Iyee, sekalian mikir deh janji kita masih berlaku gak?”